"Nomor 1 silahkan maju," kata pengawas Alan Hugo.
Sepertinya Alan Hugo yang menyuruh para peserta untuk maju dan 5 pengawas lainnya yang menilai para peserta. Para peserta pun langsung maju dan mulai melancarkan serangan mereka. Kelimanya menggunakan sihir mereka masing-masing.
~Water Fist~
~Wind Roar~
~Multi Fire Ball~
~Electro Lance~
~Rock Punch~
Serangan mereka semua mengenai boneka-boneka itu, tapi tidak semua boneka itu hancur, ada yang masih utuh. Mereka pun terkejut karena masih ada boneka yang masih utuh.
"Kenapa masih ada boneka yang masih utuh ?," tanya mereka.
Tentu saja, perkataan pengawas tadi yang bilang agar jangan membuat serangan yang cepat membuat lelah membuat para peserta dilema. Bagi mereka yang masih memiliki kapasitas mana yang kecil, mengeluarkan serangan dengan tingkat mana yang lumayan tinggi akan membuat mereka lelah dan mereka jadi tidak menggunakannya agar saat ujian ketiga mereka masih memiliki mana yang cukup untuk bertarung. Skill serangan tanpa sihir juga membutuhkan stamina yang cukup agar dapat melesatkan serangan dari jarak 100 meter. Mungkin serangan yang mereka lesatkan sebetulnya sudah cukup kuat untuk menghancurkan semua boneka itu, tapi tidak semua mana yang dibutuhkan untuk serangan itu mereka keluarkan. Jika mereka awalnya menggunakan sihir tingkat menengah tapi penggunaan mananya tidak mencukupi untuk sihir tingkat menengah, sihir tingkat menengah itu pun hanya menjadi sihir tingkat rendah.
"4 boneka hancur, 120 poin,"
"5 boneka hancur, 150 poin,"
Sepertinya setiap boneka diberi 30 poin, tapi jika keenam boneka itu hancur langsung diberi 200 poin bukan 180 poin. Para peserta nomor satu yang sudah melakukan tes pun segera pergi ke belakang, boneka yang hancur pun segera diperbaiki dengan Artifact.
"Selanjutnya, Nomor 2," kata pengawas tersebut.
Para peserta nomor 2 pun maju. Mereka melesatkan serangan mereka tapi tetap sama saja. Belum ada yang bisa menghancurkan semua boneka itu. Nomor 3 ,4,5 dan 6 maju tapi hasilnya tetap sama.
"Selanjutnya, nomor 7," kata pengawas tersebut.
Para peserta nomor 7 pun mulai maju. Diantara mereka ada seseorang yang tidak asing.
"Heh, dasar rakyat jelata. Ujian seperti ini saja kalian tidak bisa menyelesaikannya," kata orang itu.
Ya orang itu adalah Javier Buston, putra dari Marquess of Rovinj, Marcelo Buston. Orang itu yang tadi cekcok denganku di kantin. Dia berada di kelompok 4 yang berarti dia berada di nomor 307
"Akan aku tunjukkan perbedaan kekuatan antara bangsawan dan rakyat jelata," kata Javier.
"Orang itu masih menyebalkan saja," pikirku
Mereka pun segera melancarkan serangan masing-masing.
~Flame Magic, Apply Magic Weapon, Flame Sword~
Javier menyelimuti pedangnya dengan sihir api. Lalu dia mengambil kuda-kuda untuk segera menyerang boneka itu.
~Flame Slash~
Sebuah tebasan api membelah semua boneka kayu yang ada di depannya.
"6 boneka hancur, 200 poin," kata pengawas itu.
"Cuma segitu saja kalian tidak bisa, lemah sekali kalian. Inilah perbedaan kekuatan antara bangsawan dan rakyat jelata seperti kalian," kata Javier.
Memang benar, antara bangsawan dengan rakyat biasa ada perbedaan yang jelas. Para Bangsawan mempunyai kapasitas mana yang lumayan baik daripada rakyat biasa karena faktor keturunan mereka.
"Pernyataannya memang benar, tapi menjengkelkan kalau dia yang bilang," kataku
Tapi bukan berarti rakyat biasa akan selalu kalah oleh bangsawan, kapasitas mana bisa ditingkatkan dengan berlatih jadi pasti ada dari mereka yang bisa unggul atas bangsawan.
"Selanjutnya, nomor 8," kata pengawas tersebut.
Ujian pun terus berlangsung, setelah Javier yang pertama mendapatkan 200 poin, mulai ada beberapa dari mereka yang bisa mendapatkan 200 poin juga.
"Selanjutnya, nomor 30," kata pengawas tersebut.
Para peserta nomor 30 pun mulai maju.
"Kyaa ini saatnya Pangeran Charles maju,"
"Ayo Pangeran, semangat,"
"Aku mencintaimu, Pangeran," kata para peserta tersebut.
"Mereka ini heboh sekali, mereka cuma menyemangati dari jauh, apakah kalau di dekati oleh Charles mereka akan seperti ini juga ?," pikirku.
"Sssttt tolong diam karena sekarang masih dalam ujian," kata pengawas Alan Hugo.
Charles dan peserta lainnya segera bersiap untuk melancarkan serangan. Charles bersiap dengan pedangnya.
~Water Magic, Apply Magic Weapon, Water Sword~
Charles pun menyelimuti pedangnya dengan sihir air.
~Destruction Water Slash~
Sebuah tebasan air menghantam boneka kayu tersebut. Tapi tebasan itu berbeda dengan tebasan pedang biasanya yang hanya membelah boneka itu, tebasan itu menghancurkan boneka itu tanpa sisa.
"Destruction ya ?," pikirku.
"6 boneka hancur, 200 poin," kata pengawas tersebut.
"Kyaahhhh Pangeran keren sekali,"
"Aku suka kamu, Pangeran," kata peserta yang lain yang di dominasi perempuan.
"Hei, kubilang jangan berisik atau mau ku buat poin kalian menjadi 0 ?," kata pengawas Alan Hugo yang sepertinya marah.
"Selanjutnya, nomor 31," kata pengawas tersebut.
Para Peserta pun mulai maju, kali ini giliran Putri Chloe yang maju. Aku terkejut dengan senjata yang dibawa Putri Chloe, sebuah busur panah. Aku mengira kalau Putri Chloe itu pengguna pedang sama seperti kakaknya. Tapi aku tidak melihat anak panah yang dia bawa.
"Hei, lihat itu Putri Chloe,"
"Bahkan Putri Chloe saat akan memanah terlihat cantik," kata mereka dengan nada yang rendah supaya tidak kena marah pengawas Alan lg.
Para peserta pun bersiap melancarkan serangan.
~ Fire Magic, Create Magic Weapon, Fire Arrows~
"Dia membuat anak panah sendiri dengan sihirnya ?!?!," semua peserta nampak terkejut, begitu pun dengan aku.
Senjata buatan dengan sihir memang tidak sebagus buatan penempa karena durabiliti senjata dari sihir cepat sekali hancur, tapi kualitas serangan senjata dari sihir tidak kalah dengan senjata buatan penempa. Apalagi membuat senjata dari sihir membutuhkan mana yang tidak sedikit. Berapa banyak kapasitas mana yang dimiliki Putri Chloe ?
~Fire Arrows, Sixtuplets~
Putri Chloe menembakkan 6 panah sekaligus dalam 1 kali tarikan busur panah, masing-masing dari ke 6 anak panah itu mengenai masing-masing boneka kayu tersebut dan langsung menghancurkan boneka kayu tersebut.
"6 boneka hancur, 200 poin," kata pengawas tersebut.
"Putri Chloe benar-benar hebat,"
"Tidak hanya hebat, dia juga sangat anggun. Saat dia mau melesatkan anak panah tadi sangat jelas kecantikannya,"
"Selain Pangeran, Putri Chloe juga kuat. Anak-anak dari Yang Mulia Ratu memang luar biasa," kata mereka yang memuji penampilan Putri Chloe.
Memang benar, membuat senjata sihir saja sudah luar biasa. Anak-anak dari Yang Mulia Ratu memang tak bisa diremehkan. Saking hebohnya dengan penampilan Charles dan Putri Chloe tadi, peserta lain yang bersamanya seperti dihiraukan keberadaannya.
"Kamu hebat sekali, Chloe," kata Charles yang berada di kumpulan peserta yang sudah melakukan tes
"Kamu juga hebat, kak. Tadi aku agak sedikit grogi," kata Putri Chloe yang segera menghampirinya
"Tidak apa, yang penting kamu sudah menyelesaikan tesnya dengan baik," kata Charles
"Iya, kak," kata Putri Chloe
Ujian pun masih berlangsung.
"Selanjutnya, nomor 45," kata pengawas tersebut.
Para peserta nomor 45 pun segera maju dan di kelompok 3 ada Putri Irene, dia memegang sebuah Rapier.
"Lihat itu si putri es,"
"Putri Irene dan sebuah rapier, sungguh mempesona," kata mereka yang melihat Putri Irene.
Para peserta dan putri Irene pun bersiap melancarkan serangannya.
Putri Irene memegang Rapiernya dengan 2 tangan.
~Ice Magic, Create Magic Weapon, 6 Ice Rapier~
6 Rapier yang terbuat dari es pun tercipta dan Rapier-Rapier itu melayang mengelilingi Putri Irene.
"Apa-apaan, dia membuat 6 Rapier yang terbuat dari es"
"Padahal dia sudah punya Rapier dan dia membuat 6 Rapier lagi dengan sihir ?!,"kata para peserta lain yang terkejut.
- Bersambung