Aku pun mulai membaca soal-soal di ujian tersebut. Saat ku lihat soal ujian tersebut, aku berpikir kalau ujian quiz kali ini mudah bahkan peserta lain pun bisa dengan mudah mengerjakannya.
"Nama Ibukota San Fulgen, Ada berapa jumlah sihir elemen dasar, Sihir lanjutan dari sihir api, dan lainnya. Bukannya soal ini terlalu gampang ? Jawaban tentang soal ini harusnya mudah ditemukan di buku-buku umum. Para peserta lain pun pasti bisa menjawab soal ini dengan mudah. Aku tak akan heran jika banyak yang akan mendapatkan 100 poin di ujian ini," pikirku.
"Sepertinya ujian ini cuma sebagai pelengkap saja. Ujian sebenarnya ada di ujian menghancurkan target dan ujian pertarungan," pikirku lagi.
Aku pun segera menulis jawaban untuk soal-soal itu. Waktu pun berlalu sampai tak terasa sudah jam 11.
"Baiklah semuanya, ujian quiz kali ini sudah selesai. Silahkan kalian kumpulkan kertas ujian kalian masing-masing di meja depan," kata pengawas tersebut. Segera semuanya pergi ke depan ruangan untuk meletakkan kertas ujiannya masing-masing.
Setelah semua kertas ujiannya sudah dikumpulkan, pengawasnya pun berkata "Untuk hasil ujian quiz ini akan diumumkan di papan pemberitahuan di lobi lantai 1, tempat kalian berkumpul tadi pada jam 12. Setelah ini akan ada jeda waktu kurang lebih 1 setengah jam sampai ujian berikutnya dilaksakan pada jam 12.30. Kalian bisa beristirahat terlebih dahulu di kantin yang berada di dalam akademi. Kalian bebas makan aja karena biayanya gratis,".
Mendengar hal itu, peserta yang lain pun kegirangan setelah mendengar bisa makan apa saja secara gratis. Setelah itu pengawasnya pun pergi sambil membawa kertas ujiannya dan kami mulai meninggalkan ruangan tersebut. Saat ku sudah berada di luar ruangan tersebut, Noa pun menghampiriku.
"Bagaimana dengan ujiannya Rid ? apakah mudah ?," tanya Noa.
"Hmm yah bagiku mudah sih," kataku menjawabnya.
"Kau benar, aku bahkan bisa menduga kalau aku akan mendapat 100 poin dari ujian ini," kata Noa dengan percaya diri.
"Kalau itu aku tak yakin," kataku menanggapinya.
"Kau meremehkanku ya Rid," kata Noa.
"Ya sudahlah, Bagaimana kalau kita ke kantin saja karena aku sudah lapar, apalagi tadi pengawasnya bilang kalau kita bisa memakan apa saja secara gratis," kata Noa seakan mengabaikan perkataan ku tadi.
"Baiklah, yuk kita ke kantin," kataku.
-
Kami pun segera pergi ke lantai 1 dan pergi ke belakang bangunan administrasi ini. Setelah sampai belakang, aku pun terpesona dengan desain bagian dalam akademi tersebut. Di belakang gedung administrasi adalah bagian dalam dari akademi, K
kantin berada di tengah. Di samping kiri dan kanan terdapat masing-masing 2 bangunan dan di belakang bangunan tengah ada 1 bangunan lagi. Masing-masing bangunan dihubungkan dengan lorong dan disamping lorong ada rerumputan dan bunga-bunga yang indah.
"Bagian dalam akademi ini benar-benar indah," kataku dengan takjub.
"Kamu benar Rid," kata Noa yang setuju denganku.
"Sudah cukup untuk terpesonanya, kita harus buru-buru ke kantin sebelum kehabisan tempat, Rid," kata Noa yang terlihat sudah sangat lapar.
Aku pun juga langsung bergegas ke kantin. Sesampainya di kantin, ternyata antrian untuk mendapatkan makannya cukup panjang.
"Lumayan juga ya antriannya," kataku.
"Aku lapar tapi ternyata masih harus mengantri lagi untuk mendapatkan makanannya," kata Noa mengeluh.
"Sabar sedikit, Noa," kataku ke Noa.
Walaupun antrian cukup panjang, tapi dapat terurai dengan cepat karena memang berkat para petugas kantin yang cekatan dalam menerima permintaan para peserta. Setelah beberapa menit, akhirnya giliran ku dan Noa untuk mendapatkan jatah makanan.
"Tuan, aku ingin Nasi kari tapi karinya dibanyakin ya," kata Noa ke petugas kantin tersebut.
"Aku juga nasi kari, porsi normal saja," kataku ke petugas kantin tersebut.
"Baiklah, tunggu sebentar ya," kata petugas kantin tersebut.
Aku dan Noa pun menunggu sebentar.
"Hahaha padahal sudah dikasih tau kalau memesan di kantin ini gratis, tapi ya yang namanya rakyat jelata tetap saja memesan makanan rakyat jelata," ucap seseorang dibelakangku.
Aku pun berbalik untuk melihat orang yang berbicara begitu, ternyata orang yang berbicara adalah anak dari Marquess Marcelo Buston, yaitu Javier Buston.
"Apakah ada yang salah dengan apa yang aku pesan ?," tanya ku kepada Javier.
"Ya itu tadi yang ku bilang, kalian rakyat jelata sudah diberitahu sebelumnya jika semua menu yang ada di kantin ini adalah gratis, dan kalian tetap memilih menu rakyat jelata," kata Javier.
"Terserah aku mau memilih apa yang akan ku makan, apa itu mengganggumu, Putra Marquess ?," tanya ku kepada Javier.
"Oh jelas sekali kalau melihat makanan rakyat jelata membuatku tidak nafsu makan. Tidak hanya makanannya, kehadiran kalian para rakyat jelata disini juga sangat merusak pemandangan," kata Javier sambil memprovokasi.
"Apa maksudmu berkata seperti itu ?," tanya Noa yang sepertinya sedikit terpancing.
"Bukannya sudah jelas, maksudku kalian disini hanya merusak pemandangan, lebih baik kalian pergi karena San Fulgen Akademiya itu cocoknya untuk bangsawan sepertiku, bukan rakyat jelata seperti kalian," kata Javier.
"Sepertinya kau harus diberi sedikit pelajaran ya Putra Marquess, jika kau babak belur disini, pastikan untuk tidak mengadu ke ayah tersayangmu itu," kata Noa yang bersiap mau memukul.
"Apa rakyat jelata sepertimu mau menyerang ku ?," kata Javier.
Saat Noa mau memukul, aku pun menghentikannya.
"Sudahlah Noa, buat apa buang-buang tenaga menghadapi dia," kataku menghentikan Noa.
"Tapi Rid, dia sudah mengolok-ngolok kita sebagai rakyat jelata," kata Noa.
"Sudah, biar aku yang urus saja dia. Kamu tetap tenang," kataku sambil menenangkan Noa.
"Hei kau bangsawan, tadi kau bilang kalo San Fulgen Akademiya hanya cocok untuk bangsawan sepertimu kah ? tidak cocok untuk rakyat jelata ?," tanya ku kepada Javier.
"Iya itu memang benar, apa ada masalah dengan perkataan ku ?," tanya Javier lagi.
"Apa itu berarti kau menentang peraturan yang dibuat oleh Yang Mulia Ratu ?," tanyaku lagi ke Javier.
"Apa maksud perkataanmu ?," tanya Javier yang tampak kebingungan.
"Kau bilang kalo akademi ini hanya untuk bangsawan kan ? tapi Yang Mulia Ratu bahkan mengundang kami para rakyat jelata untuk mengikuti ujian masuk ini. Jika akademi ini memang khusus untuk bangsawan, lalu untuk apa kami diundang ? Apa kamu mau menentang peraturan yang dibuat Yang Mulia Ratu dengan perkataanmu itu ?," kataku kepada Javier.
"Rakyat jelata keparat, apa kamu berusaha mengancam ku ?," tanya Javier yang tampak kesal.
"Mengancam ? aku tidak punya kedudukan yang tinggi untuk mengancam Putra Marquess sepertimu. Aku hanya mengatakan fakta yang terjadi. Dan lagi coba kau bayangkan jika kamu menentang peraturan yang dibuat oleh Yang Mulia Ratu, apa yang akan terjadi dengan ayah mu itu ? apa dia akan kehilangan gelar Marquess dan gelar bangsawannya karena perkataan yang dilontarkan anaknya ? Jika iya, apakah kau sudah siap ? Untuk menjadi rakyat jelata seperti kami," kataku memprovokasi Javier.
"DASAR KAU RAKYAT JELATA KURANG AJAR !!," kata Javier sembari mau memukulku.
"Sudah cukup, Putra Marquess," kata seseorang sambil menahan tangan Javier.
Ternyata itu Pangeran Charles yang menghentikan tangan Javier.
"Ugh, Pangeran," kata Javier.
"Bisa kau hentikan tindakanmu ini, tindakanmu barusan tidak mencerminkan apa yang harusnya para bangsawan lakukan," kata Pangeran Charles ke Javier.
"Tapi Pangeran, dia yang mulai lebih dulu," kata Javier.
"Aku sudah melihat masalahnya dari awal, kau terlalu ikut campur dengan makanan yang mereka pilih lalu memprotesnya. Mereka bebas memilih makanan yang mereka suka, tidak boleh ada yang memprotes bahkan merendahkannya. Apakah kau mengerti, Putra Marquess of Rovinj, Javier Buston ??," kata Pangeran Charles dengan tegas.
"Baiklah, saya mengerti Pangeran," kata Javier sambil membungkukkan kepalanya.
"Baguslah kalau kamu mengerti, silahkan lanjutkan untuk mengantri makananmu," kata Pangeran Charles.
"Baiklah, Pangeran," kata Javier menuruti.
Walau Javier terlihat menuruti perkataan pangeran tapi aku tahu dia masih mempunyai rasa dendam di pikirannya. Aku pun memutuskan melihat isi pikirannya.
"Rakyat jelata k*parat, lihat saja akan aku balas penghinaan ini," itulah yang terlintas di pikiran Javier.
"Tapi bukan kamu saja yang masih menyimpan rasa dendam wahai putra Marquess, aku pun juga masih menyimpannya. Apa aku harus mempermalukanmu di sebuah pertandingan ? Jika itu terjadi, aku akan menunjukkan kekuatanku kepadamu." batinku.
"Aku minta maaf ya pada kalian berdua, karena mengganggu kalian saat kalian mengantri makanan," kata Pangeran Charles kepada aku dan Noa.
"Kamu tidak perlu minta maaf Pangeran, kamu tidak salah satupun, yang harus minta maaf itu adalah dia." kataku ke Pangeran.
Tapi sepertinya dia tidak ada niatan untuk meminta maaf sedari awal.
"Begitu ya, karena makanan kalian sudah siap. Silahkan kalian lanjutkan untuk memakannya. Maaf sudah mengganggu waktunya," kata Pangeran dengan sopan dan sedikit membungkukkan kepalanya.
"Baiklah Pangeran, kami permisi dulu," kataku kepada Pangeran.
Kami berdua pun sambil membungkukkan kepala lalu segera pergi ke meja makan yang tersedia. Karena cekcok tadi, kami berdua pun menjadi pusat perhatian di kantin ini. Saat hendak menuju meja makan, aku sempat melihat Putri Chloe duduk di meja makan sambil melihatku. Saat tahu kalo aku juga melihatnya, Putri Chloe terasa malu tetapi langsung membungkukkan sedikit kepalanya. Entah itu sebagai permintaan maaf atau rasa hormat, jika itu permintaan maaf karena sedang melihatku harus tidak perlu karena peserta yang lain juga melihatku karena cekcok dengan Putra Marquess tadi. Jika itu untuk hormat, harusnya tidak perlu karena aku bukanlah orang yang mempunyai status bangsawan, kenapa seorang putri malah memberi hormat kepadaku. Entahlah, perilaku sang Putri itu sangat sulit untuk dipahami.
- Bersambung