"Aria dengerin mama!."
"Gak!. Aria gak mau nikah!. Mending Aria pergi."
Brakk
"ARIA!!."
‼️‼️‼️
"A-apa salahku?."
"Salah Lo karena udah ngerebut pacar gw."
"A-aku sama sekali gak dekatin kak Nanda."
"Halah bacot!."
Arghh...
Hahaha...
"Gw ... dimana?."
"Letta!."
Aria mengerjapkan matanya kebingungan. Ia terkejut saat ada seorang wanita tak dikenal yang tiba-tiba memeluknya. Aria tak melawan karena menurutnya tak sopan untuk mendorong seseorang yang lebih tua. Mungkin wanita itu hanya salah kamar
"Anu ... tante."
Wanita seketika menegang. Ia terkejut dengan air mata yang tengah membasahi pipinya
"Letta, ini mama sayang."
Aria terkejut
"Maaf, sepertinya anda salah kamar. Saya tak mengenal anda dan siapa Letta." Ujar Aria bertubi-tubi
Wanita itu tercekat. Dengan segera ia berlari keluar. Aria mencoba untuk tak tertawa lalu ia berbaring. Gadis itu kebingungan, mengapa dirinya diinfus?
"Ah benar juga." Aria menghela nafas saat mengingat alasannya masuk rumah sakit
Tiba-tiba saja pintu terbuka lagi. Seorang dokter dan dua suster datang. Dokter itu meminta ijin untuk mengecek dirinya, tentu Aria mengijinkan walau ia kebingungan. Sekilas ia dapat melihat wanita tadi yang mengintip dari jendela pintu, masih dengan tangisannya
"Nona, siapa nama anda?."
"Aria. Savaria Robinson. Kenapa?."
Dokter dan suster itu saling tatap
"Lalu wanita yang ada diluar sana. Apa anda mengenalnya?." Tanya dokter lagi
"Dia tante yang tadi. Mungkin dia salah kamar." Jawab Aria santai. Dia bukanlah orang yang panikan
"Sus, tolong keluar dulu."
"Yahh kami kan penasaran dok."
"Saya bilang keluar."
Dengan terpaksa suster-suster itu keluar. Aria memutuskan untuk duduk karena hanya berdua saja dengan seorang laki-laki. Ya, dia masih muda
"Anda sedang berbohong bukan?."
"Ha?."
"Nama anda adalah Scarletta Madison. Dan yang diluar adalah ibu anda." Jelas dokter. Aria diam
"Boleh pinjam cermin?." Walau kebingungan dokter itu pun memberikan cermin kecil dari kantongnya
Seketika Aria terbelalak
"ITU SIAPA ANJIM."
"Ya itu anda nona. Tolong jangan berteriak ini di rumah sakit." Aria segera menutup mulutnya lalu memegang kedua pundak si dokter. Dokter itu pun terkejut
"Jangan bilang kalau gw ... transmisi."
Dokter itu sweatdrop
"Transmigrasi nona."
"Nah itu!. Ini bukan novel yang gw baca semalam kan?!." Gertak Aria
"Saya juga tak tau nona. Hahh, hal seperti ini sangat langka." Ucap si dokter sambil mengusap dagunya
"Terus gw harus gimana?!. Dokter harus menolong pasiennya!." Sentak Aria tak sabar
"Oke-oke. Anggap saja nona hilang ingatan, saya akan mengatakan itu kepada keluarga anda. Maksudnya Scarletta." Ujar dokter
"Nah sabi, bilang aja gw anemia."
"Amnesia-_-. Saya akan menjaga rahasia, tolong anda juga." Dokter itu berdiri. Sementara Aria mengacungkan jempolnya dengan wajah sumringah
Dokter itu bingung kenapa gadis itu tak kebingungan lalu ia pun keluar. Sementara Aria kembali melihat dirinya di cermin
"Keknya kita cocok. Sama-sama cantik tapi gak perawatan. Tapi gw masih cantik anjim, ah gampang tinggal di remake aja dikit." Monolog Aria sendiri sambil menaruh jadi jempol dan telunjuknya di bawah dagu
"LETTA!!."
"Anjing."
Aria mendorong kasar perempuan yang memeluknya erat hingga tak bernafas. Gadis itu memonyongkan bibirnya karena balasan Aria
"Ih Letta udah jahat ya. Padahal Vivi kangen hiks."
"E-eh kok Lo malah nangis sih anjim!." Ujar Aria dengan panik
"Jadi benar ya kalau Letta amnesia. Gak ingat sama aku?."
"Namanya juga amnesia ya gak ingat atuh."
"Iya deh."
Dia adalah Vivien Leonel. Katanya dia adalah sahabat dari gadis yang raga sedang di tempati Aria dan dia lebih suka dipanggil Vivi. Dari yang Aria lihat tangkap, Vivi itu orangnya imut-imut alay dan juga bersemangat. Sebenarnya dikalangan sekolahnya, orang seperti Vivi sudah banyak Aria temui. Hanya saja ia tak terlalu berteman dekat, mungkin kali ini ia akan memilikinya
"Vi, Lo teman gw kan?."
Vivi mengangguk semangat
"Coba ceritain tentang gw." Suruh Aria
Vivi mengingat-ingat
"Lo itu burik, idiot, bego, cupu, culun."
Aria mengerutkan keningnya tak suka lalu menghentikan omongan Vivi
"Lo beneran teman gw kan?. Kenapa Lo malah ngomongin sisi jelek gw?!." Sentak Aria tak terima
"Ehh Vivi ngomong kenyataannya. Semua orang gak suka sama Letta, tapi cuman Vivi satu-satunya yang mau sama Letta." Ujar Vivi cepat. Tapi Aria menanggapinya dengan salah paham
"Supaya Lo dapat perhatian."
Vivi terkejut. Tak menyangka Aria akan mengatakan itu. Dengan bergulir air mata, Vivi berdiri
"Kok kamu berubah sih sekarang?!. Aku itu tulus mau temanan sama kamu, tapi kamunya kenapa begitu?!. Hiks, kamu jahat." Vivi pergi keluar
Aria menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya ia dapat melihat ketulusan dalam ucapan Vivi, namun Aria adalah seorang gadis yang suka salah paham. Bahkan karena kesalahpahaman ia harus berada di tubuh orang lain
"Hahh, gw harus minta maaf."