Chapter 7 - CHAPTER 06

"Jadi semua sudah beres?."

"Ya tuan, kami sudah mendapat hasilnya."

"Katakan padaku."

"Nona ... itu bukanlah nona Aria."

"Sudah kuduga." //smirk

* * * * *

"Argh, siapa Lo hah?!."

"B-bos, dia perempuan yang katanya ngehajar anggota The Flame habis-habisan."

"Ha?."

"Jangan berani macam-macam." Ancam Aria dengan suara dingin. Ryan merasakan aura yang gelap dari Aria

"He memang Lo siapa?. Lo kira gw takut sama Lo?." Jason bangun dan mendekati Aria dengan angkuhnya

"Gw gak nyuruh Lo buat takut sama gw. Tapi seharusnya Lo tau tempat, disini ... Lo yang dianggap rendah." Ujar Aria dingin

"Apa Lo bilang ha?!."

Plakk…

"Lo!."

"Letta!." Vivi segera berlari ke arah Aria. Semuanya berkumpul, The Scorpion dan The Phoenix saling baku hantam

"Let?. Letta?. Lo gapapa?." Tanya Vivi

"Lo jangan disini, bahaya." Jawab Aria sambil mengusap darah di ujung bibirnya

"Ihh mana mungkin gw tinggalin Lo!. Ck, seharusnya kita tu gak disini!." Vivi terkejut saat Aria menariknya keluar tenda

"Jack!. Gw titip Vivi." Ujar Aria. Jack mengangguk

"Let Lo mau kemana?!." Teriak Vivi. Aria hanya tersenyum lalu kembali ke belakang tenda

Karena terlalu ramai, Aria mengeluarkan jurusnya. Yaitu menyalakan kembang api lalu melemparnya ke tengah-tengah mereka, seketika mereka saling berpencar

Melihat keadaan yang mulai tenang, Aria berjalan ke tengah-tengah dengan gaya badgirl. Lalu dengan mudahnya ia menginjak kembang api itu hingga apinya padam

"Malam ini akan menjadi akhir dari perdebatan kita. Kalau Lo kalah ... Lo turun pangkat." Ujar Aria membuat mereka semua terkejut

Namun yang Aria perhatikan ialah wajah anggota The Phoenix yang terlihat senang. Ya, Aria sangat tau bahwa para anggotanya tak suka dengan Jason

"Ok deal. Dan kalau gw menang ... gw mau kalian bubar, deal?." Ucap Jason

Aria menatap Ryan dan Matthew. Sebenarnya Ryan ingin menggeleng, namun Matthew hanya tersenyum

"Ok deal."

Kediaman Madison...

"Lo masih bangun bang?."

"Hahh, Letta belum pulang."

Seketika wajah Randy menjadi datar lalu ia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Sementara Leon dari tadi menelpon adiknya itu tapi tak diangkat dan sekarang sudah tengah malam

Tiba-tiba mereka berdua melihat pintu belakang yang terbuka

"Letta, darimana aja kamu?." Tanya Leon dengan wajah khawatir

Aria menatap malas. Mereka berdua baru menyadari jika di wajah Aria ada goresan luka dan ujung bibirnya yang terdapat bekas darah

"Kamu kenapa?!."

"Lo tawuran?!."

"Ck ngaco. Gw cuman marathon film sama Vivi. Tu anak kalau liat biasnya pasti gw jadi imbasnya." Ujar Aria berbohong

Randy dan Leon meringis. Leon dengan cepat mengambil kotak p3k tapi Aria menahan

"Gw ngantuk, gw bisa obatin sendiri. Dah-dah pinggir." Aria pergi ke kamarnya

Randy memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sementara Leon menghela nafas dan menyimpan kotak p3k lagi

Selama berjalan, Randy berada di pikirannya. Kenapa ia begitu ramah dan perhatian kepada adiknya tadi?. Ternyata Aria belum masuk ke kamar. Tubuh Randy menegang saat mendengar kata-kata Aria

"Cepat atau lambat ... Lo gak bisa ngalahin rasa di hati Lo."

Cklekk... Brakk...

Randy terdiam. Dia mengerti apa maksud dari kata-kata itu. Tanpa ba-bi-bu ia segera pergi ke kamarnya

🌤️🌤️🌤️

"You say what's?. Gw gak salah dengar kan?."

"Mm-hmm."

Aria memukul meja dengan gemas+kesal

"Gini ya. Gw memang bisa balapan dan gw suka banget ... tapi gw gak ada jiwa seorang pembalap." Jelas Aria

Ryan memberikan pesan kepada Matthew, bahwa Aria direkrut menjadi anggota The Scorpion

"Kan Lo yang menangin pertandingan semalam. Kenapa gw yang direkrut?!." Gertak Aria

"Karena Lo punya sifat seorang pemimpin."

Aria dan Matthew menengok

"Gw?."

Triton duduk di kursi depan Aria yang masih kosong

"Matthew menang pertandingan dari gw semalam. Dari kalian tau?. Jason dengan curangnya menyabotase rem gw." Jujur Triton membuat mereka berdua terkejut

"Tapi untungnya ada bang Ryan. Dia tau mana motor yang disabotase dan mana yang gak. Dia nukar itu motor dengan yang baru tapi sama persis. Walaupun gw sampai finish, gw gak bakal ada disini." Ujar Triton

"Jadi itu alasan Lo ... pengen masuk ke The Scorpion?."

"What's?!. Serius?!."

Triton mengangguk. Lalu menunjukkan chatnya

"Gw baru aja keterima tadi pagi." Ujar Triton

"Wow, incredible." Puji Aria

"LETTA!!."

Aria meringis. Lalu sahabatnya itu masuk dengan wajah ingin menangis

"Lo kenapa sih Vi?." Tanya Aria lelah

Vivi duduk di depan Matthew dan menghapus air matanya

"Sini cerita." Suruh Matthew

"Thanks, hiks. Kalian tau gak sih Abang laknat gw itu ... masa dia suruh gw gabung The Scorpion?!." Sentak Vivi, Untung saja kelas masih ada mereka berempat

"Oke sudah berapa kali gw harus bilang 'what's'." Ujar Aria datar

"Kok bisa?." Tanya Triton

"Iya. Dia bilang kalau The Scorpion butuh cheerleader sama yang tukang ngurusin persiapan gitu lho." Jawab Vivi

"Emang yang lain mana?." Tanya Aria

"Lo gak tau?. Si Jason brengsek itu udah ngambil mereka semua dengan embel-embel harta. Untungnya sekarang masih ada 4 cewek, kalau ditambah Lo berdua jadi 6." Jawab Matthew

"Ohh."

"Oh doang?."

"Ihh kalian!. Gw harus gimana?!."

"Terima ae. Toh Lo gak jadi pembalapnya kan. Lo bisa ngobatin mereka yang terluka, kasih masakan Lo buat mereka. Dan yang terpenting, i guess, Lo bisa pdkt sama cogan-cogan disitu." Ujar Aria

Vivi diam, tak lama ia tersenyum sumringah. Sudah mereka duga, Vivi pasti akan tertarik dengan hal begitu

"Oke gw bakal gabung!. Tapi Lo juga kan?." Ujar Vivi

"Ha?. Emm... gw masih belum tau." Aria memangku wajahnya dan menatap keluar

Ketika kembali menatap kelas, tiga human itu sudah menatapnya dengan wajah memelas

"Tu mata kayaknya minta dicolok. Hahh, denger. Gw gak ada niatan menjadi seorang pembalap. Dan kalian gak berhak buat maksa gw." Ucapan Aria membuat mereka bertiga cemberut

"TAPI kalo memang gw ditakdirkan disana, gw bakal gabung. Janji. Dah ya jamet gw mau belajar." Sungutnya

"Dih tumben." Triton mendelik

"Lo lupa harini ada ulangan kimia?."

Vivi Matthew dan Triton saling tatap

"OH IYA."

"ARGH BELUM BELAJAR GW."

"ANJIRLAH MANA GURU KILLER."

Aria menatap datar ketiga sahabatnya itu lalu mulai membuka bukunya. Dalam hati, ia masih memikirkan tawaran itu

Pulang Sekolah…

"Letta mau bareng gak?."

"Gak usah. Gw mau ke apartemen, liat-liat. Bye sohib!." Aria melambaikan tangannya lalu pergi

Gadis itu mengendarai motornya menuju apartemen. Kemarin lusa, Aria memaksa untuk dibelikan apartemen kepada orang tua Letta. Alasannya karena ia ingin memecahkan siapa pelaku dibalik semua ini

"Wow sederhana tapi excellent." Puji Aria

Aria naik ke lantai dua tempat apartemennya. Saat di depan pintu, dia dikejutkan dengan sebuah kotak

"Apa ini?." Aria mengangkat kotak itu yang tak terlalu berat

Aria memutuskan untuk membawanya masuk. Sesaat ia menaruh tasnya lalu duduk di sofa. Tanpa ba-bi-bu Aria segera membuka kotak itu dan ada sebuah mawar merah dan surat

"Mawar?."

Aria mengambil surat itu

'Hai, lama tak bertemu. Bagaimana perasaanmu saat berada di tubuh orang lain?'

Aria terkejut

'Ini hanyalah awalan, ingat. Aku hanya ingin memberi peringatan. Jaga dirimu dan raga itu baik-baik!. Sebelum jatuh ke tanganku'

Surat itu selesai sampai disitu. Aria memegang mawar merah itu

"Merah. Peringatan, bahaya, darah." Aria menggigit jarinya

Siapapun yang mengirim surat ini pasti merupakan pelaku dari semua ini. Teringat sesuatu, Aria segera menelpon seseorang

"Halo?."

"Kak … gw terima tawaran lo."