Chapter 9 - CHAPTER 08

"Letta sayang ayo bangun!."

Aisha memasuki kamar putri bungsunya itu dan tersenyum kecil melihat wajah tenang putrinya. Dengan perlahan ia menuju jendela lalu menarik gorden, sehingga cahaya masuk dan membuat Aria terganggu

"Eunghh… apa sih ma?." Aria bangun dan mengucek matanya

"Hey, kamu lupa ini hari apa?." Pertanyaan Aisha membuat Aria planga-plongo lalu ia segera mengambil handphonenya

"Ah hari ini ya!."

Aisha mengangguk

"Iya, cepat siap-siap. Mama udah siapin dress buat putri mama."

Aria mengangguk lalu masuk ke toilet. Sesaat ia membasuh wajahnya dan menatap pantulannya di cermin

"Lo berhak bahagia Let. Tapi bukan dengan Ghata. Sebaik apapun dia, lo gak boleh sama dia. Sorry tha, gw mending sama Tyran." Aria memutuskan untuk berendam di bathtub dan merenungkan rencananya

"Hari ini harus berhasil."

"Wahh putri mama cantik banget!."

"Woiya dong, anakku itu."

Aria tersenyum kecil menatap dirinya (Letta) yang memakai dress berenda itu. Selama ini ia sangat jarang memakai rok dan pakaian terbuka, menurutnya ia tak cocok dengan pakaian seperti itu. Namun Letta benar-benar cocok

"Ah papa panasin mobil dulu." Ujar Gale seraya keluar

"Mama mau nyiapin barang." Sahut Aisha. Dua pasutri itu sibuk sendiri

Aria masih melihat penampilannya yang luar biasa. Sampai ia berbalik dan melihat kedua kakaknya terdiam menatap dirinya di tangga

"Baru tau gw cantik huh?."

Randy membuang nafasnya lalu segera menuju dapur untuk mengambil minum. Leon yang sudah rapi dengan jasnya terlihat sangat tampan, ia mendekati Aria perlahan

"Kamu … cantik."

"Cantik kan mana sama Hana?." Pertanyaan Aria membuat Randy dan Leon terdiam

Jujur saja di dalam hati, mereka berdua meyakini jika Aria lebih cantik dari Hana. Tapi kalau memang mereka egois, mereka akan memilihnya

"Masih nanya?. Ya Hana lah!." Sentak Randy dan dia terkejut saat Aria spontan mendekat hingga nafas mereka bertemu

"Oh begitu?. Hati lo keras banget ya. Letta jadi sedih lho." Aria mengimutkan wajahnya membuat Randy merona

Aria diam-diam menyeringai lalu mengambil tasnya dan menyusul orang tuanya diluar. Sebelum masuk mobil, handphonenya berbunyi

"Ah gitu?. Ya udah."

"Ma!." Panggil Aria

"Ya sayang?."

"Aria ikut keluarga Leonel boleh gak?. Biar sekalian." Ujar Aria

"Eh serius?. Jauh lho. 3 jam." Tutur Gale

"Serius. Gapapa ya?." Aria memasang puppy eyes

"Ya udah gapapa, kalau begitu kamu yang kunci rumah ya. Kami jalan sekarang." Aria mengangguk semangat

Randy dan Leon tersentak saat Aria berbalik dan wajah imutnya langsung menghilang

Setelah kepergian keluarga Madison, Aria masih merenung. Suara dering handphone membuatnya tersadar

"Tyran?."

"…"

"Iya gw bareng bang Ryan sama Vivi."

"…"

"Oh, oke kami bakal kesana dulu."

Tak lama, mobil besar nan megah itu datang. Vivi segera keluar dan meraih tangan Aria dengan riang

"Ih kamu cantik banget Letta!. Eh Aria." Cicitnya diakhir

"Lo juga cantik. Dan Vi, lo boleh anggap gw sebagai Letta. Panggil gw dengan nama itu." Ujar Aria. Vivi tersenyum dan menggeleng

"Gak akan ada yang bisa menggantikan Letta. Tapi kamu gak ada bedanya sama dia kok." Vivi terkekeh manis

Dua gadis itu lalu masuk. Ryan sempat terpesona dengan Aria, namun ia sadar dan segera menginjak gas

"Ty- maksud gw Travis udah kasih tau lo bang?." Tanya Aria. Ryan menatap spion tengah dan mengangguk

"Iya. Kita kesana dulu. Triton dan Matthew lagi di jalan." Jawab Ryan

"Ih emang kenapa sih harus ke markas Wolfgang dulu?. Mereka serem tau!." Sentak Vivi

Aria hanya tersenyum maklum. Vivi masih belum terbiasa dengan dunia hitam itu. Sampai di lampu lalu lintas, Aria merasa ada yang aneh

"Bang." Sinyal Aria

Ryan mengangguk lalu memutar balik arah

"Eh kenapa balik?."

Ryan membanting stir lalu masuk ke perkarangan rumah dan berhasil menghilang di balik jembatan

"Argh sial!."

Ryan menatap orang-orang berjas itu pergi

"S-siapa mereka?." Tanya Vivi takut

"Mereka penjahat yang masih belum diketahui." Jawab Aria

"Gw tau ini bakal terjadi, jadi gw udah siapin mobil lain. Ayo!."

Setelah melewati bagian menegangkan, mereka sampai di sebuah hutan tempat markas The Wolfgang bersembunyi. Para penjaga membukakan pagar ketika melihat nomor di mobil itu, yap Travis yang memberikannya

"Kalian sudah datang." Travis tersenyum kecil ke Aria

"Lama banget kalian." Dumel Triton seraya membuang biji rambutan

"Sorry. Prediksi lo bener, kami diikuti." Ujar Ryan

"Never doubt us. Kita bincang singkat saja disini. Seluruh pasukan sudah gw kerahkan untuk misi ini." Tutur Travis

"Erkk… sebenarnya ini bukan semacam misi agen. Lo gak harus segitunya, but it's okay. Asal orang-orang lo gak ganggu aja." Kata Aria

"Aman itu."

"Triton dan Matthew gimana?." Tanya Vivi

"Kami gak dapat undangan. Tapi Sam memanipulasi sehingga kami bisa masuk." Jawab Matthew

Aria tersenyum. Semuanya sudah beres, sekarang tinggal menjalankan saja

3 jam lebih waktu perjalanan mereka. Vivi sempat mengeluh karena terlalu lama dan akhirnya ia tertidur

"Sudah sampai. Ar, tolong bangunkan Vivi." Pinta Ryan

Aria mengangguk lalu segera membangunkan Vivi. Dua gadis itu sempat-sempatnya merias wajah mereka

"Dah cantik itu, gak usah tebal-tebal." Sungut Triton kesal. Vivi hanya terkekeh dan Aria mendelik

"Dah-dah yok!." Ajak Matthew

Mereka berlima segera keluar, bersamaan dengan mobil Travis dkk yang baru datang. Aria membaca pesan dari mamanya

"Gw harus ketemu Letta, dan kebetulan mama lagi disana." Ujar Aria

"Aku mau ikut!." Sentak Vivi dan diangguki Aria

"Oke. Kami semua akan mengambil posisi." Kata Ryan

Aria meraih tangan Vivi dan berjalan duluan, tapi kemudian ia berbalik dan tersenyum manis kepada semua laki-laki disana

"Kalian, thanks." Setelah itu dua gadis itu benar-benar pergi, meninggalkan para lelaki yang membeku

"Perasaan gw … gak enak."

Ruang rias…

"Mama."

"Ah Letta!. Ayo kesini!. Ini tantemu." Ujar Aisha membuat Aria menegang

"Tante?."

"Iya Letta, dulu kamu masih sangat kecil. Sekarang udah besar ya, maaf tante jarang jenguk." Ujar Tria, mama Aria

Mata Aria berkaca-kaca. Ia merindukan sosok wanita di depannya, karena keegoisannya membuat dirinya harus berpisah. Dan oh ternyata, keluarga Robinson dan Madison satu darah

"Letta, Letta mau ketemu Aria."

"Dia ada di kamarnya. Kamu samperin gih." Suruh Aisha

Aria dan Vivi segera keluar lalu menuju kamar sebelah. Aria terdiam, melihat dirinya yang menggunakan gaun yang sama sekali tak ingin ia kenakan

"Letta!." Vivi segera memeluk Letta (Aria)

"V-Vivi?. Kamu-. Tunggu, itu wajahku!." Sentak Letta

Aria segera mengunci pintu. Vivi mundur dan membiarkan Aria yang menjelaskan. Aria memegang tangan Letta masih dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca

"Gw Aria dan lo Letta. Sampai kapanpun itu tak akan berubah, walau kita bertukar tubuh." Ujar Aria, ia merasa tengah bercermin. Begitupun dengan Letta

"A-aku gak paham. Bangun-bangun aku sudah di rumah sakit dan orang-orang memanggilku dengan nama Aria. Aku tak mengerti!." Sentak Letta

Aria mengangguk lalu menghapus air matanya. Ia berjalan menuju rak buku, betapa rindu dirinya dengan ruangan yang sudah ia isi selama 10 tahun lebih itu

"Apapun yang terjadi, lo gak boleh tunangan dengan Ghata." Ujar Aria

"Tapi kenapa?. Dia baik, jujur, dan dia bilang akan selalu mencintaiku!."

"Kau terhasut!. Ghata, lebih kejam dari yang kau pikirkan Letta." Kata Aria. Letta terdiam

"Kita harus kabur. Letta, percayalah kepada kami. Kau sahabatku kan?. Aku hanya ingin kau selamat. Kita harus pergi ayo!."

Letta mau tak mau mengikuti dua gadis itu. Vivi segera mengeluarkan gunting yang ia bawa lalu menggunting asal gaun Letta agar bisa terbuka dengan mudah. Lalu Letta mengganti pakaiannya

"Aria ayo!." Panggil Vivi

Aria tersadar, bukan saatnya ia merenung. Untuk kedua kalinya ia kabur dari rumahnya

Aria membuka jendela, dibawah ada anak buah Travis. Ia memutuskan untuk lompat duluan lalu kedua sahabatnya, dibantu dengan orang-orang itu

"Ini nona." Salah satu dari mereka memberikan kunci mobil yang Travis suruh

Aria berterimakasih lalu mereka bertiga dengan cepat menuju ruang bawah tanah tempat mobil Travis terparkir. Aria segera menginjak gas

"Sial." Gerutu Aria melihat ada sekitar 3 mobil yang mengikutinya

"Vivi hubungi Travis." Suruhnya

"Ah baik."

Aria terdiam melihat laki-laki yang menyetir di mobil yang mengikutinya

"Siapa-."

BRAKK