Malam ini jadwal The Scorpion berkumpul. Ketiga sahabat Aria memutuskan untuk menjemput
Tokk… Tokk…
"Assalamualaikum Letta maling kerupuk yuk!."
Dan berakhirlah tas Vivi di kepala Triton. Sifat asli laki-laki ini baru terlihat, yaitu BOBROK. Tak lama pagar terbuka menampilkan seorang wanita cantik nan anggun
"Eh temannya Letta?."
"Iya tante. Kita mau ajak main bentar hehe." Ramah Vivi
"Emang main apa malam-malam?." Tanya Aisha seraya membuka pintu membuat mereka bertiga keringat dingin, bingung mau menjawab apa
"Oh dah datang toh. Ma Aria mau nonton sebentar ya sama mereka. Jam 11 mungkin pulang." Aria mencium tangan mamanya
"Ohh ya udah, hati-hati ya." Pesan Aisha
Aria melirik sekilas kedua kakaknya yang hanya diam lalu keluar bersama ketiga sahabatnya
"Sumpah gw keringat dingin." Curhat Matthew seraya memakai helmnya
"Alah tinggal ngeles gitu doang susah amat." Sahut Aria yang mengeluarkan motornya
"Heh susah mau ngomong semudah itu sama holang kaya." Tutur Triton
"Udah ah, bang Ryan dah nunggu nih." Ujar Vivi seraya membaca pesan dari Ryan
Mereka lalu pergi dengan berbonceng cowok-cewek, yang dimana Matthew dan Aria yang menyetir. Tanpa mereka tahu, ayah Letta, Gale, dari tadi memperhatikan dari lantai atas dengan wajah datar
‼️‼️‼️
"Njay banyak amat motornya." Tutur Aria
"Lo berdua duluan aja, biar kami yang markir." Ujar Triton seraya mengambil alih motor Aria
Aria dan Vivi lalu menuju markas The Scorpion. Aria terdiam melihat dua bendera di depan pintu. Bukan hanya bendera The Scorpion
"Itu lambang…"
"The Wolfgang." Ujar Vivi datar membenarkan pikiran Aria
The Wolfgang, geng motor paling bar-bar dan ganas sedunia. Mereka benar-benar mengerikan, dan tak segan-segan untuk membunuh seseorang bahkan wanita sekalipun. Tidak, mereka adalah monster
Aria tersentak saat Vivi memeluk lengannya dengan gemetar
"Gapapa, ada gw dan yang lain. Ayo!."
Hanya ada satu pertanyaan di pikirannya?. Kenapa The Wolfgang kembali?. Bukankah … mereka sudah menghilang selama 15 tahun?
Cklekk…
Seluruh mata menatap dua gadis itu. Vivi memutuskan untuk bergabung dengan perempuan yang lain, Triton dan Matthew datang lalu mereka bertiga menghampiri para laki-laki
"Jadi ini, anak yang lo rekrut?. Perempuan?." Ujar Danny, pemimpin The Wolfgang
"Ya. Perkenalkan ini Ar- Letta, Matthew dan Triton. Mereka berdua juga tak lama bergabung. Kalian bertiga, ini Danny selaku pemimpin. Lalu anggota intinya, Jun Sam dan David. Ya walau kalian sudah mengenal mereka." Ucap Ryan
"Mana Travis?."
Hening
Aria menutup matanya lalu menghempas tasnya dan menatap semuanya tajam
"Gw tanya, mana Travis?." Pertanyaan Aria membuat semuanya membeku
Travis, adalah pemimpin sebenarnya dari The Wolfgang. Hatinya bagaikan sebuah bongkahan es yang dicampur besi
"Jika bukan karena dia, mengapa kalian kembali?. KENAPA?!."
"Aria." Gumam Ryan
Dan Travis … adalah sahabat kecil Aria
"Siapa lo?. Bagaimana lo bisa mengenal Travis?." Ujar Danny, mengingat jika hanya orang terpenting yang tahu siapa pemimpin asli mereka
Aria menyeringai dan menatap nyalang
"Orang yang tahu tentang ketua asli The Wolfgang, mereka adalah orang penting bukan?."
"Terus lo mau apa dari hal itu?." Tanya Jun tajam
"Gw cuman mau ketemu Travis." Jawab Aria singkat
"Buat?."
Seorang laki-laki berambut biru tua datang dengan angkuhnya dan wajah dingin. Triton dan Matthew terkejut
"Travis."
"Lo harusnya didalam!." Bentak David namun Travis tak menghiraukan
"Dari cara bicara lo, gw merasa familiar. Bisa lo jelaskan?." Ujar Travis
Mata Aria berkaca-kaca. Setelah sadar, ia kembali menatap datar
"Tyran."
Travis terbelalak dan menatap mata Aria dalam. Aria mendekat dan tersenyum kecil
"Tyran, gw kangen sama lo." Ujar Aria membuat semuanya terkejut sekaligus bingung
"Aria?." Ryan tersentak, karena selama ini hanya dia yang tahu
Aria mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Travis dengan segera memeluk Aria dan yang mengejutkan adalah, laki-laki berhati es itu … menangis
Semuanya saling tatap
"Lo kemana aja?." Tanya Aria lembut
"Hiks, gw kira lo sama-. Bentar, kok lo beda?." Ujar Travis yang baru sadar jika ia tak mengenal wajah itu
Aria menatap Ryan. Ryan yang mengerti segera memanggil Jack dan berbisik. Jack mengangguk lalu membawa keluar semua orang, kecuali anggota inti
"Tunggu, biarkan mereka bertiga disini." Pinta Aria saat Jack hendak membawa ketiga sahabatnya keluar
"Mereka berhak tau." Lanjutnya
Jack membungkuk lalu keluar. Sekarang hanya ada tim inti The Wolfgang, Aria dkk dan Ryan. The Scorpion masih belum mendapat tim inti
"Oke biar gw jelasin." Aria menatap semuanya
"Cewek yang lorang liat ini … bukanlah Scarletta Madison. Tapi Savaria Robinson."
All terkejut, kecuali Ryan
"Apa?!. Bentar, bukannya itu nama putri ketiga Robinson yang bakal dijodohin sama putra kedua Alexandre?." Tebak Triton
"Lo gak … bertukar tubuh kan?." Ujar Matthew. Sementara Vivi masih syok
"Gw gak tahu apa yang terjadi. Bangun-bangun, gw sudah ada disini. Di tubuh seorang gadis yang kalian panggil Letta. Seorang gadis rapuh yang hanya menjadi korban perundungan bahkan kehadirannya tak pernah dianggap oleh kedua kakaknya. Gw masih belum tau kenapa ini terjadi ke gw." Tutur Aria
"Dari cerita-cerita yang gw dengar. Yang lo alami ini … namanya transmigrasi. Gw gak salah kan?." Ujar Sam dan diangguki Ryan
"Kenapa lo ngerahasiain?!." Bentak Vivi
"Karena gw gak mau lo kecewa. Gw gak mau lo ngejauhin gw." Sendu Aria
"NGEJAUHIN APA?!. LO BOHONG SAMA GW!!." Bentak Vivi dengan tangisannya
"Gw gak pernah bohong Vi. Gw terlalu kaget dengan semua yang terjadi. Semua kepanikan, semua keresahan, dan kekhawatiran gw. Gw tutup dengan sifat dingin dan absurd, dan menjalani hari-hari seperti biasa seolah-olah tak peduli dengan apa yang terjadi. Gw butuh lo, Triton dan Matthew. Terserah kalian mau menganggap gw itu palsu. Tapi yang pasti … gw, bukan Letta yang lo-lo pada kenal."
Semuanya terdiam, syok. Aria tahu hal ini akan terjadi dan hanya mereka yang bisa ia percaya. Dengan cepat gadis itu membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah kotak
"Gw mau lo liat ini. Kemarin sore, ada seseorang yang ngirim ini ke apartemen gw. Padahal gw belum juga datang, tapi sudah ada yang tahu alamat gw." Ujar Aria seraya memberikan kotak itu ke Travis
"Mawar merah?. Ini pertanda bahaya." Sentak Travis
"Gw tau."
"Terus rencana lo apa?." Tanya Ryan serius
Aria menatap ketiga sahabatnya
"Kalian boleh benci sama gw, tapi jangan ke Letta!. Ke gw, Aria, teman palsu kalian. Tapi sekali ini aja, bantu gw dan Letta. Hari minggu, gw mau kita semua hadir di acara pertunangan."
"Lalu?."
"Ada dua hal yang harus dilakukan. Mencari pelaku pengirim surat itu, dan menghancurkan acara." Ujar Aria serius
Travis menyeringai
"Toh gw gak setuju lo tunangan sama Ghata."
Aria tersenyum lalu meraih tangan Vivi
"Oke, kami ikut." Tutur Triton
"Demi lo, dan Letta." Tambah Matthew
Vivi mengangguk. Aria berterimakasih lalu memeluk sahabatnya itu