Chapter 2 - CHAPTER 01

"Sialan anjim. Tu pasutri kaya lebih mentingin kerjanya daripada anaknya yang amnes-, anem-. Ah betulan lupa ingatan gw!."

Pasutri Madison itu punya kerjaan yang sibuk. Mereka pergi keluar negeri untuk urusan perusahaan dan Aria hanya dibekali alamat rumah. Sekilas ia mengerti siapa keluarga Madison, dilihat dari mansion yang begitu megah itu. Ia pun mengetuk pintu sesaat lalu masuk

Hahaha...

Aria mengerutkan keningnya saat melihat 5 orang yang berhura-hura di sofa. 4 laki-laki dan seorang perempuan dengan seragam sekolah yang ketat dan pendek

"Wahh langsung dapat empat anjim."

"Letta?."

"Letta!. Aku dengar kamu masuk rumah sakit. Kamu gapapa?."

Aria menatap jijik perempuan itu. Tiba-tiba gadis itu tersentak mundur sambil memegang kepalanya

"Lo itu mending mati!."

Arghh...

Hahaha...

Seketika Aria terbelalak. Memori Letta mulai mengisi pikirannya. Dia menatap dingin perempuan itu

"Jauh-jauh, gw jijik sama Lo."

Semua yang ada di tempat itu terdiam

"Letta, kamu kenap-."

Aria menepis kasar tangan perempuan itu. Dan dengan lebaynya perempuan itu malah menangis. Keempat laki-laki itu pun langsung marah dan berdiri

"Dih gitu aja lebay."

"Letta, jaga batasan Lo. Lo itu cuman sampah!."

Memori Letta kembali terputar. Ia adalah Randy, kakak keduanya yang tak pernah menganggapnya. Aria hanya menampilkan smirknya

"Lagi ngaca ya."

Mereka terkejut melihat perlawanan Aria. Sekarang ia mengerti posisi raga yang telah ia tempati ini. Ada tapi tak pernah dilihat

"Berani Lo!."

Dia Kevin, mulutnya bagaikan ember yang bocor. Aria tak merasa takut, ia memajukan tubuhnya. Seketika Kevin menciut saat merasakan aura Aria yang berbeda

"Lo yang berani-beraninya masuk ke rumah orang sembarangan dan bertingkah layaknya tuan rumah. Lo sadar lo siapa?." Ujar Aria

"Hiks Letta kenapa sih." Ucapan gadis itu membuat Aria semakin jijik

"Diam Lo Medusa."

"Letta!." Kini laki-laki yang hanya diam tadi sudah mulai kehilangan kesabarannya

Dia Nanda. Cowok yang sok-sok baik depan Letta hanya untuk mendapat perhatian dari orang-orang

"He main keroyok, sini by one sama gw." Aria menarik lengan bajunya

"Ada apa ini?."

Semuanya menengok. Aria menyipitkan matanya. Dia adalah Leon, kakak pertamanya yang tak memihak siapa-siapa. Ia menyayangi Letta namun dia hanya diam saja saat adiknya itu ditindas. Hal itu membuat Aria semakin kesal

"Bukan urusan Lo bitch." Aria pergi menaiki tangga meninggalkan wajah terkejut Leon

'Gw masih gak mengerti ini kenapa terjadi?. Tapi gw bersyukur karena ingatan Letta masih bisa terputar, atau gw gak bakal tau kamar gw'

Aria menatap dirinya (Letta) di cermin dan menyeringai

"Let's begin the game!."

‼️‼️‼️

Aria terdiam di tempat. Tadi siang ia baru saja mengumpat, namun tiba-tiba orang yang diumpatnya ada didepannya. Ya emang gak baik sih ngumpatin orang tua, tapi tetap saja

"Sayang kamu gapapa?."

Aisha mengusap kepala putrinya. Aria tertegun dan mengangguk kaku. Ia lalu menatap kedua kakaknya yang sedang makan dan mengacuhkannya. Gadis itu lalu memakan nasi goreng di depannya, ia baru sadar mansion besar ini tak memiliki pelayan. Mungkin supaya si Medusa bisa ngelon4e disini (ups)

"Sayang, besok kamu sudah sekolah. Gapapa?." Tanya Gale, ayahnya

"Ya gapapa. Lagian kan Ar- Letta cuman lupa ingatan bukan geger otak." Jawab Aria sarkas membuat kedua kakaknya itu menatapnya sinis. Namun Aria mengabaikan

"Ok, nanti papa bilang kalau kamu lupa ingatan." Ujar Gale. Aria diam

'Siapa juga yang akan peduli?'

"Gak usah pa. Biar aja mereka gak tau. Buat apa juga?. Gak penting. Letta kan mau belajar, gak peduli sama mereka." Ujar Aria. Gale tersenyum lalu mengangguk

Setelah makan malam, Aria dan kedua kakaknya duduk di ruang tamu dengan berjarak. Randy dan Leon bingung kenapa Aria mau bergabung

"He ngapain Lo disini sampah?." Gertak Randy

"Sorry, gw bukan cermin Lo." Ujar Aria tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone. Dilihat wajah Randy memerah karena amarah

Aria menscroll handphonenya dengan bosan. Sampai sebuah berita membuatnya terbelalak

"Tanggal berapa ini?." Dialog Aria

"18 Mei." Jawab Leon

"Gw gak nanya Lo, but thanks." Aria berlari ke kamarnya dengan sumringah

Tak lama ia kembali keluar dengan pakaian kasual

"Sayang mau kemana?." Tanya Aisha

"Letta mau ke rumah Vivi, udah janjian mau marathon film. Hehe, Letta pergi ya. Assalamualaikum!."

"Waalaikumsalam!. Jangan pulang kemalaman!."

"Ya!."

Yang membuat Randy dan Leon terkejut ialah saat melihat senyum smirk Aria dan gadis itu diam-diam mengacungkan jari tengahnya

‼️‼️‼️

"Wahh rame banget."

Yap, Aria berbohong. Sekarang hubungannya dengan Vivi sedang tak baik, tapi dia akan meluruskannya besok. Dan disinilah dia sekarang, di tempat pertandingan balap motor. Gini-gini Aria sangat suka dengan balap motor, hanya saja orang tuanya selalu mengekang

"Tadi siapa yang tanding?. The Phoenix dan The Scorpion kan?." Monolog Aria tapi ada yang menjawab

"Eh Lo ... dokter yang kemarin kan?!."

Laki-laki itu hanya mengangguk dengan wajah datar. Ia akan memeriksa telinganya setelah ini

"Wahh, Lo suka yang kek gini?!." Sentak Aria sambil menutup mulutnya tak percaya

Laki-laki itu menunjukkan belakang jaketnya. Aria terbelalak. Saat mau berbicara, laki-laki itu sudah menutup mulutnya terlebih dahulu

"Jangan nyaring-nyaring elahh. Mau liat tim gw?."

Aria mengangguk semangat. Laki-laki itu tersenyum lalu menarik Aria keluar gerombolan

"Semua kenalin ini..."

"Letta."

"Ah Letta. Dan gw Ryan, leader The Scorpion."

"Lo leadernya?!. Wow."

"Hai Letta. Gw Jack, wakilnya." Jack memperkenalkan anggotanya dan tentu Aria sangat senang. Sayangnya ia tak memakai nama dan tubuh aslinya

Lalu Ryan dan Aria keluar. Ryan bersiap-siap

"Fighting!!."

Ryan dan anggotanya terkekeh, merasa sikap Aria sangat lucu. Ditambah wajah lugu Letta

"Em, liatin gw ya." Ryan lalu ke tengah arena

Saat bendera merah terlepas, dua motor itu segera melaju cepat. Aria bersorak dan menyemangati Ryan. Sebenarnya leader dari tim geng motor yang sudah mendunia seperti ini selalu dirahasiakan wajahnya, entah mengapa Ryan memberitahu Aria

Aria menatap jamnya dan smirk. Ia menghitung mundur, dan tepat pada hitungan ke-satu motor Ryan telah menerobos garis finis. Aria melompat kegirangan

"Keren gak?."

"Keren banget!. Haha, gak sia-sia gw ngebias sama kalian."

Sekali lagi mereka menahan diri untuk tidak mencubit pipi chubby Letta. Ya karena itu tubuhnya

"Yahh, dah jam 10 malam ae. Gw harus pulang ni." Ujar Aria

"Yahh, gak ikut liat ronde kedua?."

"Gak bisa bro. Ntar singa di rumah ngamuk." Canda Aria. Seluruh anggota The Scorpion langsung tertawa

"Biar gw antar."

Seketika tawa itu terhenti. Mereka semua menatap Ryan dengan tatapan tak percaya

"Eh?. Gak, gw belum mau mati."

'Lagi...'

"Haha enggak. Gw bawa mobil, ayo!. Cewek gak baik ditinggal malam-malam." Ujar Ryan

Akhirnya Aria setuju. Gadis itu melewati Ryan duluan. Ryan menegang mendengar bisikan Aria dengan suara beratnya

"Lo gak ada maksud manfaatin gw kan?."

Ryan terdiam. Mereka bertatapan. Dan tanpa ada yang tau, kecuali Ryan, Aria mengeluarkan smirknya lalu berjalan keluar sebentar

"Ryan ayo cepat hehe!."

Ryan smirk

'Gadis itu pandai berakting. I like that'