Chapter 5 - CHAPTER 04

"Aria kamu harus menikah."

"What's?!."

"Lo mending mati Letta!. Lo itu cuman sampah!. Buangan!. Gak ada siapapun yang mau sama Lo!."

"Hiks, tolong aku."

* * * * *

"Hah!. Anjir, apa itu tadi?."

Aria bangun lalu menatap dirinya (Letta) di cermin. Saat itu ia baru sadar, ada sebuah luka di lehernya

"He kalau memang kita bertukar tumbuh, Lo sudah dapat apa yang Lo mau. Tenang aja, Ghata sayang sama Lo. Dan soal mereka, biar gw yang urus."

Aria mengambil handuk lalu pergi ke toilet. Tak lama ia keluar lalu memakai seragamnya. Aria memutuskan untuk mengurai rambutnya, menggulung lengan bajunya dan mengikat almamaternya di pinggang

"Anjay, kelihatan badass gak gw?. Ehe, ok let's begin this day."

Aria memakai kaus kakinya lalu turun. Ia terkejut melihat kedua orang tuanya

"Mama?. Papa?."

"Oh putri mama sudah bangun?. Astaga, kamu kelihatan keren." Puji Aisha

"Hehe makasih. Kok kalian pulang?. Udah selesai urusannya?." Tanya Aria sambil mengambil piring berisi nasgor. Dan tak menghiraukan kedua abangnya yang terkejut melihat penampilannya

"Perusahaan papa bakal pindah ke Indonesia dan yang di Jerman itu ada yang urus. Kami tinggal mengurus berkas yang di Indonesia." Jawab Gale. Aria mengangguk mengerti lalu memakan sarapannya

Gadis itu melirik kedua orang tua dari raga yang ia tempati. Sepertinya mereka trauma, karena Letta bunuh diri. Padahal Aria yakin, Letta tidak bunuh diri

"Letta hari ini diantar abang-."

"Gak!." Jawab Randy cepat

"Kalau begitu, sama supir atau Leon-." Lagi-lagi ucapan Aisha terpotong

"Letta bawa motor sendiri." Randy menyemburkan minumannya. Sementara yang lain menatap terkejut

"Lo gak usah ngikutin gw njing!."

"Ini suruhan mama."

Aisha dan Gale tak percaya putrinya itu dapat mengendarai motor. Jadi Aria memaksa, ia dibolehkan tapi harus diikuti kedua kakaknya. Randy tampak tak mau, jadi dia pergi duluan. Lalu Aria dan Leon menaiki motor mereka masing-masing

Saat Aria menyalakan motornya, Leon mengacungkan jempolnya. Aria mengeluarkan smirknya

"Hey." Panggil Aria. Saat Leon menengok, Aria mengacungkan jari tengahnya lalu menarik gas dengan cepat

Motornya melaju di jalan. Untungnya jalan masih sepi. Aria melihat Leon yang mengikutinya, hingga hitungan terakhir lampu menjadi merah Aria dengan cepat melesat. Kini ia tak menemukan Leon di belakangnya

Saat sampai di sekolah, gadis itu memarkirkan motornya lalu menatap gedung sekolah yang besar itu

"Wahh, jadi begini rasanya pergi ke sekolah pakai kendaraan sendirian. Enak juga." Dialog Aria. Ini bukanlah hari pertamanya ke sekolah namun hari pertama pergi sendirian dengan mengendarai motornya, karena kemarin supir yang mengantar karena Aria masih belum tau daerah disitu

"Dek." Sebuah tangan mencegat tangan Aria. Aria menengok dengan datar

"Gw mau ngomong." Aria menghempas tangan Leon kasar

"Lo bilang apa tadi?. Dek?. He, setelah gw berubah Lo baru nganggap gw?. Dengar ya, kita mungkin memang sedarah. Tapi Lo bertingkah seolah-olah Lo itu orang asing. Buat apa gw Nerima Lo?, kalau Lo udah ngancurin gw secara perlahan?." Ujar Aria dingin. Leon terdiam

"LETTA!!."

Vivi terdiam

"Emm… mungkin gw ganggu-."

"Gak, kita udah selesai. Ayo!." Aria menarik Vivi pergi

Leon menghela nafas. Ini memang salahnya. Karena sifatnya yang tak peduli dengan sekitar membuatnya kehilangan seseorang yang disayanginya

* * * * *

"Oh ya, Lo tau gak sih bakal ada anak baru di kelas kita." Ujar Vivi heboh

"Tau. Namanya Matthew kan?." Tebak Aria

"Hee sejak kapan Lo update gini?." Ucapan Vivi hanya Aria balas dengan angkatan bahu

Bel pun berbunyi. Guru mereka yang bernama Bu jamet … eh Janeth itu masuk ke kelas dengan seorang laki-laki yang menampilkan wajah datar. Seketika kelas menjadi ribut

"Kyaa ganteng banget!."

"Anjirlah cowok gw itu!."

"Ayo angkat aku jadi istrimu!."

Aria menatap jijik. Hingga matanya tak sengaja bertatapan dengan laki-laki yang duduk di pojok paling belakang. Laki-laki itu terkejut lalu memalingkan wajahnya. Aria mengulum bibirnya, menahan tawa, karena merasa itu lucu

"Hey siapa laki-laki yang di ujung itu?." Bisik Aria. Vivi segera melihat orang yang dimaksud

"Eh iya gw lupa Lo amnesia. Dia Triton, ketua kelas kita." Jawab Vivi

"Ha?. Tapi tingkahnya gak kayak ketua kelas." Ujar Aria

"Dia itu juaranya taekwondo. Dia juga dijuluki 'The Smart Savage'. Karena dia bisa membalikkan omongan seseorang. Dia juga pintar dan walaupun dia pendiam dan tak memiliki banyak teman, dia itu sangat bertanggung jawab makanya dipilih jadi ketua kelas." Jelas Vivi. Aria mengangguk mengerti

"Baiklah Matthew, silahkan duduk di bangku kosong!." Suruh Bu Janeth

Matthew membungkuk sedikit lalu memutuskan untuk duduk di belakang Aria. Kebetulan disitu ada kursi kosong

"Oh ya satu lagi."

"Hm?." Aria mendekatkan telinganya

"Ada rumor yang bilang kalau dia anggota The Phoenix. Musuh bebuyutan The Scorpion." Bisik Vivi membuat Aria terkejut lalu menengok

Aria melihat bahwa Matthew dan Triton diam-diam saling melirik. Dan jika ini di dunia anime, maka akan ada sebuah petir diantaranya. Aria menyeringai

"So interesting." Gumam Aria

* * * * *

Srashh…

Aria membasuh wajahnya di toilet. Sungguh pelajaran tadi sangat membosankan membuatnya mengantuk

"Wahh ada adik cantik disini."

Aria melirik dengan malas lalu mengelap wajahnya dengan tisu. Setelah itu ia berniat pergi

"Wah sombong banget. Si cupu ini ternyata mulai berulah ya."

"Ugh, Lo mau apa si bab*?!." Gertak Aria

"Jaga omongan Lo!." Bentak Hana

"Lo yang jaga Anji*g!. Masuk rumah orang sembarangan!. Pake baju ketat lagi, pelacur Lo!."

Plakk…

"He he haha. Lo barusan nampar gw?."

Hana terdiam. Entah mengapa tatapan dingin Aria begitu menusuk. Aria memojokkan Hana ke wastafel

"Lo ingat ya. Disini Lo itu cuman penghalang di kehidupan gw. Jadi jangan Lo pikir gw bakal diam aja bang*at!."

Plakk…

"Hana!."

Aria menatap datar keempat ksatria itu. Hana sudah menangis drama, sementara yang lain mencoba menenangkannya. Terlebih Nanda yang memeluknya

"Lo ngapain Anji*g!." Bentak Allen

Aria hanya menampilkan jari tengahnya lalu mendekati Hana yang menangis tersedu-sedu

"Lo pikir gw lupa dengan kejadian di rooftop?. Ingat bung, ini masih permulaan."

Tubuh Hana menegang ketika mendengarnya dan juga melihat smirknya Aria. Aria pun keluar

"Dek!."

"Jangan sentuh gw bajingan!." Aria menepis tangan Leon

"Pipi Lo kenapa merah?." Tanya Leon lembut

"Kalau gw bilang Hana yang nampar gw, Lo percaya?."

Leon diam

"Gak kan?. Jadi diam aja." Aria benar-benar pergi dengan perasaan amarah

"Lo kesal?."

"Ha?." Aria menyipitkan matanya, mencoba mengingat laki-laki di depannya

"Gw Triton."

"Ah ketua kelas!."