Chapter 3 - CHAPTER 02

"Vi dengerin gw dulu elah!."

Vivi tak peduli sambil berjalan menjauhi sahabatnya itu. Sementara Aria mulai kelelahan, sejak kapan perempuan itu bisa jalan secepat ini?!. Dan dengan tubuh Letta yang kecil membuatnya agak susah untuk berjalan. Sampai dibelokkan Aria tak sengaja menabrak seseorang

"Akh."

"Hana!."

Aria langsung menampilkan wajah datar. Ternyata itu Hana (si lon4e) dan keempat ksatrianya

"Letta!. Lo apa-apaan sih hah?!. Jalan tu pake mata!." Gertak Allen

"Anjir. Dimana-mana orang jalan pake kaki bos. Gw tanya emang Lo jalan pake mata?. Ngotak dong." Aria menahan tawanya

"Hish sudah berani Lo ya!." Ujar Kevin. Tapi Aria tau kalau Kevin itu hanya pura-pura berani

"He ngapain gw takut?. Lo tuhan?. Gak, Lo pada tu iblis karena udah kena racun Medusa." Ucap Aria sarkas

"Letta!."

All menengok. Ternyata itu Leon. Tapi yang membuat Aria terkejut adalah seorang laki-laki yang berdiri agak jauh dari mereka. Dia sedang menatapnya dengan datar

'Kenapa dokter itu disini?'

"Hiks kak Leon, Letta dorong aku sampe kaki aku luka."

Para ksatrianya dengan panik segera mencek kaki Hana. Aria mengulurkan tangannya sedikit saat melihat Ryan yang maju dengan wajah memerah. Ryan pun diam dan menonton

"Ups gw gak sengaja. Kalau luka ya dibawa ke UKS ogeb bukannya diliatin doang." Ujar Aria datar. Terdengar suara Ryan yang menahan tawa

"Letta minta maaf."

"Gak."

"Minta maaf."

"Ga-k ma-u."

"GW BILANG MINTA MAAF."

"GW BILANG GAK MAU YA GAK MAU."

plakk...

Ryan dengan cepat mendekati Aria dan mencek keadaannya. Aria menepis tangan Ryan dan menatap mereka kasihan dengan pipinya yang memerah. Kini mereka telah menjadi pusat perhatian

"Kasihan, kasihan hidup Letta haha."

Perkataan Aria membuat mereka bingung

"Letta?." Ryan hampir saja keceplosan memanggil nama aslinya

"Gw bilang minta maaf."

Aria mengepalkan tangannya, dia sudah tak tahan

"DIMANA LO WAKTU GW BUTUH?!. DIMANA LO WAKTU GW DITINDAS?!. KITA SEDARAH SEAYAH SEIBU. TAPI KENAPA KALIAN MALAH BELA DIA?!. DIA SIAPA GW TANYA?!."

All terkejut. Aria mengusap air matanya. Sekarang dia mengerti perasaan Letta

"Tapi sayang, kalian udah ngebunuh Letta yang dulu. Kata maaf udah terlambat. Yang ada hanya kata benci. Apapun yang terjadi kedepannya, jangan pernah mengharap maaf dari Letta. Karena kini gw yang berkuasa."

Hanya Ryan yang mengerti ucapan itu

"Bajingan brengsek bang*at babi anjing tai. Mati Lo pada."

Aria memutuskan untuk pergi dan Ryan mengejar, meninggalkan mereka semua yang syok. Scarletta Madison yang mereka kenal tak pernah melakukan hal ini, dirinya terlalu takut akan apapun, bahkan sampai membentak atau berucap kasar. Tapi seperti yang dia katakan, Letta telah mati dan kini dirinya yang berkuasa

* * * * *

"Emm... burgernya enak ya."

"Enak karena ditraktir."

"Hehe."

Aria memutuskan untuk berbaikan dengan Vivi. Gadis itu benar-benar merupakan sahabat Letta, terlihat dari dia yang tak mau berteman dengan yang lain. Akhirnya dengan traktiran makan dia mau juga diajak bicara, dan untungnya ada toko burger enak yang baru buka. Dua sejoli itu sama-sama suka burger

"Tau gak sih, pas Lo gak ngejar gw lagi. Gw liat ke belakang, dan itu pas banget Lo ditampar!. Baru kali ini gw liat kak Leon main tangan sama Lo." Ujar Vivi

"He jangan menilai buku dari sampulnya!. Dia mungkin gak ngapa-ngapain, tapi gak menutup kemungkinan kalau dia juga ada niat buat ngenindas gw." Jawab Aria dan diangguki Vivi

"Btw itu cowok kenapa sih?. Ngikutin terus lho." Bisik Vivi

"Ha?. Anjing!."

Aria mengatur nafasnya, sementara si pelaku hanya tertawa dan duduk di sebelah Aria

"Sialan Lo kak."

"Hee udah jadi kakak adek ni." Goda Vivi

Aria dan Ryan saling tatap

"Gak tau. Karena dia udah kuliah ya gw panggil kakak lah, gak sopan tau. Eh tapi kok Lo kayak kenal." Ujar Aria sambil menatap curiga dua orang itu

"Lo gak tau?."

"Kan gw anemia."

"Amnesia plish-_-. Gw sebagai dokter merasa tersinggung."

Aria dan Vivi tertawa. Lalu Vivi menjelaskan ternyata Ryan adalah kakak sepupunya yang paling dekat. Mereka sudah berencana untuk diam-diam mengagetkan Aria tadi. Dan katanya hanya Vivi satu-satunya keluarga yang tau jika Ryan adalah leadernya The Scorpion

"Wahh keren. Pantas kok kalian kek mirip gitu." Komentar Aria

"Bukan kayaknya lagi mah. Nanti malam kalian sibuk?." Tanya Ryan

"Gw mau marathon film." Jawab Vivi cepat. Ia tau Ryan akan mengajaknya nonton balapan, dan dia benci itu karena takut ada yang terluka

"Ar- Letta?." Ryan lagi-lagi hampir keceplosan kalau Aria tidak membelalakkan matanya

"Gak sih. Kebetulan mama sama papa lagi diluar buat ngurus berkas." Jawab Aria

"Sip, Lo nonton anggota gw main ya." Ucap Ryan. Aria mengangguk

Malam Harinya...

"Mau kemana Lo?."

Aria melirik sambil memperbaiki rambutnya

"Ngelonte pasti." Randy mengabaikan tatapan tajam Leon

"Mau ngelonte ngejalang cari om-om kaya, itu semua bukan urusan Lo pada. Sejak kapan kalian peduli?. Toh kalian duluan yang gak peduli sama gw." Ujar Aria membuat kedua kakaknya membeku

"Mau ngajak gw berantem lagi?. Siapin mental dulu ya bos. Karena gw punya banyak belati buat ngebalas satu pisau dari Lo." Aria menampilkan seringainya lalu pergi setelah membanting pintu

'Gw memang minta Lo berubah. Tapi gak gini'

* * * * *

"Argh sialan, bisa-bisanya gw sakit perut. Kak Ryan mana lagi, bodo ah. Ke toilet dulu."

Aria berlari kecil ke arah toilet. Saat dirinya hendak masuk ke toilet perempuan, ia seperti mendengar bisikan-bisikan dari toilet laki-laki

"Itu apaan anjir?. Kok gw ambigu?. Au ah." Aria memutuskan untuk menyelesaikan hajatnya terlebih dahulu

Tak lama gadis itu keluar sambil mengibas tangannya yang basah. Tapi tiba-tiba ia bersembunyi ketika melihat dua anggota The Flame, lawan yang akan melawan The Scorpion malam ini

Salah satu dari mereka menelpon. Sementara satunya lagi menjaga sekitar, takut ada yang mendengar obrolan mereka. Namun dikarenakan tubuh Letta yang kecil Aria dapat bersembunyi di gelapnya malam, tubuh itu ada untungnya juga

"Sudah beres?."

"Sudah. Kami menyabotase remnya dan membiarkan bensin bagian bawah terbuka."

Aria terkejut. Mereka berniat untuk melakukan hal curang

Setelah selesai melapor, dua orang itu pergi. Aria pun keluar dari persembunyiannya dan berpikir. Ia sangat mengenal The Flame, leadernya itu dikenal dengan kebaikan hatinya. Dan dari suara orang di telpon tadi, suaranya tak mirip dengan anggota inti The Flame. Ya, ini satu-satunya tim balap motor yang anggota intinya dipublikasikan. Sungguh perbuatan bodoh karena dengan begitu mereka memiliki musuh yang banyak. Tapi Aria tak pernah mendengar kabar The Flame yang hancur

Brmm... Brmm...

"Shit, dah dimulai." Aria memutuskan untuk menelpon Ryan sambil menggigit jarinya karena gugup. Hanya dia yang tau, maka hanya dia yang bisa mencegah

"Halo Aria?. Lo dimana?."

"Lupakan itu, apapun yang terjadi batalkan pertandingannya!." Gertak Aria membuat Ryan bingung

Tapi terlambat peluit berbunyi dan kedua motor itu telah melesat

"Sialan."

Aria segera berlari ke markas The Scorpion. Disana ada Ryan dan Jack dan anggotanya yang lain

"Letta?."

"Gw pinjam motor lu, cepat!."

"Buat?."

"Udah siniin!." Aria merampas kunci motor Ryan lalu segera keluar dengan diikuti yang lain

"Ok Aria, walau Lo gak berpengalaman tapi mata Lo berpengalaman." Aria segera menaiki motor Ryan dan menarik gasnya

Dalam sekali kedipan motor itu telah menghilang

"Aria!. Anak itu mau apa?. Ayo!." Ryan membawa teman-temannya ke tengah lapangan

Sementara Aria ia semakin menarik gas karena laki-laki itu sangat cepat

"WOY BERHENTI LU!."

Laki-laki itu terkejut dan tak peduli. Ia malah semakin memperlaju motornya. Aria mengumpat dan menarik gasnya lagi, sekarang ia sudah tak peduli dengan hidupnya. Tapi kalau dipikir-pikir, untuk apa ia menyelamatkan orang senyebelin itu

"BERHENTI WOY MOTOR LU DISABOTASE!!."

"CK JANGAN GANGGU!."

"COBA TARIK REMNYA BANGSUL!."

Laki-laki itu mengumpat saat remnya tak berfungsi. Ia pun menjadi panik dan meminta Aria bertindak

'Tadi sih gak mau dengerin. Ngapain juga gw nolongin ni orang?. Astagfirullah, Lo gak boleh gitu Aria'

Aria berpikir dengan cepat. Dan menemukan sebuah ide yang memang sepertinya agak absurd

"Lo samain motor Lo sama gw!. Setelah aba-aba dari gw Lo lompat ke jok belakang!. Ngerti?!."

Laki-laki itu mengangguk ragu

"Satu... Dua... Ti-."

Belum hitungan ketiga laki-laki itu sudah melompat ke belakangnya meninggalkan sang motor yang terombang-ambing. Aria sempat oleng namun dia bisa menyeimbangkan motor lagi

Duarr...

Mereka menengok ke kaca spion. Motor tadi telah meledak berkeping-keping. Aria merasakan jika laki-laki itu terkagum-kagum, aneh bukannya takut. Berbeda dengan Aria yang kini mengeratkan rahangnya

'Permainan konyol seperti ini harus diselesaikan dengan hal konyol juga'