Dari alat komunikasi tersebut, Jayden sangat jelas dapat mendengar ada suara- suara seseorang yang mengerang kesakitan dan suara sesuatu yang membentu dengan cukup keras.
"Apa kau sedang menyiksa seseorang di sana?" tanya Jayden ketika mendengar keributan di background Apple.
"Kurang lebih begitu. Bukan menyiksa, hanya memberi sedikit pelajaran saja." Dia mengkoreksi kata- kata Jayden.
"Jangan membunuhnya, aku membutuhkan dia untuk diinterogasi."
"Tenang saja, aku masih menyisakan enam lagi untukmu. Kau bisa melakukan apapun pada mereka," Apple menjawabnya dengan ringan.
Oh, please, pria ini lebih concern pada Apple yang dapat membunuh mereka, ketimbang keselamatan dirinya sendiri. Sepertinya Jayden terlalu percaya diri pada kemampuan Apple…
"Kemarilah cepat, kalau tidak aku akan memulai membunuh mereka satu persatu."
Tapi, setelah Apple mengatakan hal itu sinyal mereka kembali terganggu, tapi dia masih bisa mendengar suara Jayden yang memberitahunya dengan suara yang tergesa- gesa. "Aku akan berada di sana segera."
Setelah itu, sinyal mereka kembali hilang.
Dimana pria itu sekarang sebenarnya? Dan bagaimana dia bisa menemukan kapal ini yang sudah berada di lautan lepas? Dan terlebih lagi, seberapa cepat merka bisa meraihnya di sini?
Apple benar- benar kesal dengan situasinya sekarang dan kini, sama seperti Jayden, dia mulai tidak menyukai berada di dalam kapal yang terombang- ambing di tengah lautan bersama dengan pria- pria brengsek seperti mereka.
===================
Jayden dan Misha berjalan melewati tubuh- tubuh tidak bernyawa dari orang- orang yang telah menyerangnya tadi, mereka tidak lagi dapat bergerak sekarang, ataupun menembakkan senjata mereka.
Dan ternyata, setelah kekacauan tersebut reda, barulah dapat terlihat berapa banyak nyawa yang telah melayang karena kekacauan yang terjadi baru saja itu. Bahkan Misha mengangkat alisnya dengan tidak sedikit skeptis, ketika melihat jumlah dari korban penembakan yang telah orang- orang mereka lakukan.
"Good job untuk orang- orang yang telah kau latih," komentar Misha pada Jayden, tapi sepupunya tersebut tidak menanggapi.
"Kita harus menemukan Apple segera," ucap Jayden, dia melihat ke arah laut, ada sebuah kerutan di antara ke dua alisnya ketika dia melakukan hal tersebut dan Misha tahu apa yang mengganggu sepupunya tersebut.
Jayden memiliki trauma dan bahkan sampai sekarang dia masih belum bisa mengatasinya. Maka dari itu, untuk mengejar Apple yang berada entah dimana, di tengah laut sana, mereka harus menaiki salah satu speed boat mereka dengan, tentu saja, didampingi puluhan orang- orang mereka juga.
Tapi, masalahnya, Jayden tidak bisa menaiki speed boat tersebut.
"Kau tunggulah di sini, aku akan mengejarnya," Misha berkata, membuat situasi ini lebh mudah bagi sepupunya tersebut. "Kau bisa melihat siapa orang- orang ini, atau mungkin mendapatkan informasi."
"Informasi seperti apa yang bisa kudapatkan dari tubuh- tubuh tidak bernyawa ini?" Jayden mengerutkan keningnya, tidak suka dengan gagasan yang Misha berikan. Ide macam apa itu?
Tidak mungkin Jayden memeriksa tubuh pria- pria ini satu persatu untuk mencari informasi. Penggeledahan semacam itu, bisa dilakukan anak- anak buahnya dengan sangat baik, tanpa harus dirinya yang turun tangan.
Sementara itu, Misha hanya bisa menghela nafas. "Atau kau bisa kembali ke mobil dan meminum secangkir kopi, sambil menunggu laporan dariku."
Dari kejauhan, Misha dapat melihat puluhan speed boat yang bergerak mendekat, itu adalah kendaraan yang akan digunakan untuk mengejar kapal yang telah membawa Apple.
Jayden mengerutkan keningnya dengan lebih dalam. Itu adalah saran yang lebih konyol lagi.
"Atau kau bisa melakukan apapun yang kau suka dan aku tidak peduli, okay," ucap Misha sambil berjalan ke arah speed boat, melambaikan tangannya dan sempat melirik sesaat untuk memastikan kalau Jayden memang tidak akan ikut dengannya.
Ketika melihat Jayden hanya berdiri terpaku di tempatnya, barulah dia menaiki speed boatnya dan melambaikan tangannya pada sepupunya tersebut, sebelum dia memberikan perintah bagi mereka untuk bergerak segera.
Di sisi lain, Jayden hanya bisa melihat rombongan speed boat yang terdiri dari sekitar tiga puluh orang yang menggunakan lima belas speed boat, bergerak menjauh dan menghilang tidak lama kemudian.
Sementara Jayden hanya berdiri di tempatnya saja, tidak bergerak sama sekali. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.
Dirinya telah berjanji untuk mendapatkan Apple kembali dan datang dengan segera, tapi untuk berada di tengah laut saja, Jayden dapat merasakan panik attacknya kembali muncul.
Brengsek… rutuknya dalam hati…
=====================
Apple lalu menghajar pria tersebut untuk terakhir kalinya sebelum dia menggunakan kaos yang pria itu gunakan untuk mengikat tangannya dan menggunakan ikat pinggannya untuk mengikat kakinya.
Pekerjaan seperti ini adalah hal yang menyebalkan, tapi dia tidak ingin membunuh pria ini. Dia sudah cukup membunuh hari ini dan tidak ingin melakukannya secara berlebihan.
Setelah Apple selesai melakukan hal tersebut, pria itu telah pingsan karena mendapatkan tinju yang bertubi- tubi dari gadis di hadapannya.
Siapa yang menyangka kalau gadis secantik dan imut seperti Apple dapat menundukkannya dan dapat berkelahi dengan sangat mahir?
Di sisi lain, setelah Apple selesai dengan apa yang dia lakukan, dia duduk di lantai ruang mesin tersebut untuk sesaat, mengatur nafasnya karena dia merasa sedikit kelelahan dan kelaparan.
Seharusnya tadi dia membawa makanan kecil bersamanya sehingga setidaknya dia memiliki energy.
Dia lalu mencoba untuk menghubungi Jayden, tapi komunikasinya masih rusak dan tidak dapat tersambung dengan pria itu.
"Hey, Jayden, apa kau mendengarku sekarang?" panggil Apple ke alat komunikasinya, tapi tidak ada tanggapan.
Dan kemudian dia hanya terduduk di sana, berpikir bagaimana mereka dapat menemukan dirinya, tapi kemudian pikiran negative mulai merasukinya ketika tidak ada lagi yang bisa dia lakukan kecuali menunggu.
Bagaimana kalau mereka tidak berhasil menemukannya? Lalu, bagaimana dia menyelematkan diri dan menyelamatkan orang- orang di dalam sana?
Haruskah dia mulai membunuh pria- pria itu? Tapi, dia tidak bisa mengendari kapal ini, bukan?
Entah berapa lama pikiran- pikiran negative itu menemani Apple selama menunggu, tapi kemudian dia tersentak kaget karena dirinya mendengar suara dari alat komunikasinya.
"Jayden?"
"Kau memiliki senjata?" tanyanya langsung, bahkan tanpa sapaan terlebih dahulu.
"Satu pistol."
"Naik ke atas dek kapal, aku akan tiba di sana dalam dua menit."
"Apa?"