Sesuatu terjadi tidak lama setelah ke empat orang anak buah Jerome meminum minumannya, mereka jatuh ke lantai, tidak sadarkan diri, segera setelah mereka meminum minuman mereka.
"WHAT THE HELL?!" Jerome berseru, dia berdiri dari tempat duduknya dan menatap ke empat pria yang dia bawa telah jatuh ke lantai dan tidak bergerak sama sekali, apakah mereka mati?
Dan seketika itu juga, segala sesuatunya terjadi dengan begitu cepat.
Seseorang menutup pintu dan kelima tamu yang terlihat seperti orang- orang biasa, dengan dua di antara mereka adalah wanita yang mengenakan baju kantor, dengan cepat menodongkan senjata yang telah mereka sembunyikan, pada Jerome dan Maureen.
"Kau menjebakku!?" geram Jerome pada Apple, yang duduk tepat di hadapannya, tapi gadis itu sepertinya sama bingungnya dengan dirinya. Hanya saja, Jerome terlalu dilingkupi rasa marah untuk dapat menyadari hal tersebut.
Dengan cepat Jerome meraih pistol di pinggangnya, tapi kemudian dia merutuk dengan keras ketika sebuah peluru tepat menggores kupingnya dan membuat dia diam, tidak lagi berani bergerak.
Sementara Maureen menjerit ketakutan dan bersembunyi di kolong meja.
Di sisi lain, Apple hanya bisa memejamkan matanya dan berharap kalau masalah ini tidak bertambah rumit, karena dia tahu siapa yang telah merencanakan hal mustahil ini.
D*mn, dia lupa kalau Jayden Tordoff lebih dari mampu untuk menyewa restaurant ini untuk pertemuan semacam ini dan membuatnya terlihat seperti sebuah keadaan yang biasa saja.
Dan Apple baru saja mengatakan pada Jerome kalau Jayden tidak akan menjebak mereka. Dia sepertinya harus mengenal Jayden lebih dalam lagi untuk mengetahui setiap trik yang ada di dalam pikiran pria itu.
"Aku tidak akan menghitung ini sebagai overtime- mu." Itu adalah kalimat pertama yang Jayden katakan ketika dia muncul dan duduk tepat di samping Apple sambil menodongkan senjatanya pada Jerome.
"Kau menipuku! Kau menjebakku! Kau bilang ini bukanlah sebuah tipuan!" Jerome berkata dengan sinis pada Apple, tapi kemudian di diam karena Jayden menembakkan peluru lagi ke arahnya, yang kali ini menggores lehernya.
"Diamlah, aku sedang berbicara dengannya, kau sangat tidak sopan untuk memotong pembicaraan kami," gerutu Jayden, merasa tidak senang karena obrolannya dengan Apple terpotong. "Sampai dimana kita tadi?" tanya Jayden pada Apple setelah berhasil membuat Jerome diam.
Apple menghela nafas dengan berat ketika melihat sikap Jayden yang acuh tak acuh.
"Oh, benar, overtime. Aku tidak akan menghitung ini sebagai overtime," ucap Jayden, terdengar sangat petty untuk masalah ini.
Sementara Apple hanya mengibaskan tangannya. "Terserah apa yang akan kau katakan." Dia lalu melirik ke arah empat pria yang terjatuh ke lantai. "Apa kau menaruh racun di minuman mereka?"
"Aku tidak sejahat itu," ucap Jayden dengan wajah terluka. "Aku hanya meletakkan obat tidur yang dapat menidurkan seekor gajah."
"Kau bisa membunuh mereka!" seru Apple.
"Nah, mereka hanya akan koma di kemungkinan terburuk yang akan terjadi." Dia melambaikan pistolnya dengan santai di hadapan Jerome. "Tidak perlu khawatir."
Jayden bahkan menepuk pundak Apple untuk membuat gadis itu merasa jauh lebih baik dengan apa yang dia katakan barusan.
"Kau bisa membunuh mereka," Apple masih bersikeras dengan pendapatnya tersebut.
"Ya, tentu saja aku bisa membunuh mereka," ucap Jayden meyakinkan Apple, tapi kemudian ekspresi wajahnya berubah serius ketika dia menatap Jerome dan segala sifatnya yang kekanakkan tadi seketika itu juga menghilang. "What you have for me?"
Bagi Jerome, yang baru pertama kali menghadapi perubahan Jayden yang begitu cepat, tentu saja membuatnya terkejut dan tidak mampu berkata- kata, tapi ketika Jayden meletakkan pistolnya di atas meja, dan menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa, dia tampak jauh lebih relax dan tidak terlalu menakutkan.
Terutama karena dia tidak lagi memegang senjata.
Jerome melirik pistol yang berada di atas meja tersebut, mencoba berpikir dapat secepat apa dirinya meraih senjata itu.
"I am talking to you," ucap Jayden mengingatkan Jerome. "Apple bilang kau memiliki sesuatu yang bisa kau tawarkan padaku."
"Apakah ini aman untuk kuminum?" tanya Apple sambil mengangkat gelas minumannya pada Jayden. "Kau meletakkan sesuatu juga di dalam sini?"
"Oh, tentu saja tidak, honey," ucap Jayden. "Kau aman meminumnya."
Barulah setelah itu Apple meminum minumannya. Dan karena Jayden telah berada di sini sekarang, dia bisa sedikit relax dan membiarkan pria ini mengurus segalanya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
"Jadi? Kau tahu siapa dalang dibalik pengiriman semalam?" tanya Jayden langsung pada Jerome.
"Ya, aku tahu." Jerome lalu mengalihkan perhatiannya dari pistol di meja kepada Jayden.
"So?"
"Aku ingin membuat penawaran denganmu."
"Tapi kurasa di sini kau tidak dalam posisi bisa memerikan penawaran apapun padaku." Jayden melirik ke lima orang yang masih memiliki pistol mereka terarah pada Jerome.
Jerome menggelengkan kepalanya, dia lalu berkata dengan suara keras. "Kau bisa saja membunuhku dan aku tidak akan mengatakan apapun, atau kau bisa menghemat waktumu untuk mencaritahu siapa mereka dengan harga yang pantas."
Jayden lalu melirik ke arah Apple yang tengah menikmati rotinya dan meminum kopinya, dia sepertinya kelaparan, karena baru sarapan saja yang dia makan dan waktu makan siang telah lewat.
"Apa dia lebih memilih mati daripada tidak dibayar?"
Apple menjawab dengan mulut penuh. "He loves money."
"I love money too."
"He loves more than his life."
"Oh, berarti kita tidak berada di dalam halaman yang sama dalam hal tersebut. Aku lebih mencintai hidupku."
Apple memutar bola matanya. "Kalian bahkan tidak membaca buku yang sama."
"Jadi, berapa harga yang kau tawarkan?"
Jerome lalu menyebutkan angka yang dia inginkan, tapi angka tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari uang yang Kyle dan Maureen pinjam darinya berikut dengan bunga.
"Hei, itu bukan angka yang kau janjikan sebelumnya!" protes Apple.
"Aku tidak bilang kalau aku akan meminta harga yang sama. Dan harga itu tidak termasuk untuk menebus mantan kekasih dan sahabatmu." Jerome menyeringai dengan penuh kemenangan.
"Apa?" Jayden mengerutkan alisnya ketika mendengar itu. "Aku akan membayar dengan harga yang kau sebutkan kalau kau membunuh mantan kekasihnya itu."
"Jayden!" seru Apple.
"Apa?" tanya Jayden. "Aku tidak akan membantumu untuk membayarkan tebusan kekasihmu yang brengsek itu."
Dan tepat pada saat itu, Maureen keluar dari bawah kolong meja dan berbicara dengan takut- takut. "Tolonglah kami, please."