Chereads / ARRANGE MARIAGE / Chapter 15 - PENASARAN

Chapter 15 - PENASARAN

2 bulan berlalu.

Rasa penasaran Rangga terhadap Kayla semakin besar. Ia tidak mampu menemukan lokasi syuting Kayla. Ia bahkan tidak tahu rumah produksi mana yang sekarang menauingi Kayla.

Rangga menyeruput kembali kopi hitam yang berada dihadapannya. Ia mencoba menelepon Kayla sebelum Kalita datang. Karena biasanya Kalita selalu datang ketika ia sedang break.

Rangga menatap sebal layar ponselnya. Panggilannya di tolak!

"Hm, kenapa dia selalu menghindar? Menyebalkan, apa kurangnya aku untukmu, Kayla!" kesal Rangga bermonolog.

*Pesan Whatsapp*

Rangga : "Hai, apa kabar?"

Kayla : "Baik."

Rangga : "Lagi sibuk ya?"

Kayla : "Y"

Rangga mendesah kesal melihat balasan pesan singkat Kayla yang hanya satu huruf itu.

Rangga : "Sibu apa?"

Kayla : "Rahasia."

Rangga : "Kok gitu? Aku ada salah denganmu, ya?"

Kayla : "G"

"Haaaah! Jelas ini aku pasti punya salah dengannya. Tapi, apa?" pekik Rangga mulai frustasi. Ia tampak seperti orang gila yang bicara sendiri di ruangan itu.

Rangga : "Kalau aku nggak punya salah. Lalu kenapa kamu menghindariku, Kayla?"

Kayla : "No particular reason."

Rangga : "Sumpah?"

Kayla : "Y"

Rangga menghela napas panjang menahan kesal dengan jawaban Kayla. Ia tidak terima Kayla memperlakukannya seperti ini. Ketika para perempuan memujanya dan mendambakan sosok Rangga menjadi pasangan mereka. Kayla malah menghindari Rangga habis-habisan.

Rangga : "Kamu di mana?"

Kayla : "Kerja."

Rangga : "Di mana?" (NB: Centang satu. Photo profile Kayla terhapus.)

"Seriusan, gue di-block oleh Kayla?! Haaaah! Benar-benar ya perempuan yang satu ini! Jangan panggil aku Rangga jika aku tidak bisa menaklukkanmu, Kayla!" decak kesal Rangga. Ia kemudian mengambil jaketnya, hendak pergi meminjam motor salah satu kru.

Baru saja ia mendatangi seorang cameraman yang selalu membawa motor ke lokasi syuting, manik matanya menangkap kehadiran Kalita. Perempuan yang akan di jodohkan dengannya itu datang dengan membawa rantang. Bisa Rangga tebak jika itu berisi makan siangnya.

"Hai," sapa ramah Kalita pada Rangga.

"Hai," balas Rangga dengan wajah datar.

"Sudah makan siang?" Kalita mengangkat rantang yang dibawanya dan hendak mengajak Rangga malan siang.

Rangga menghela napas panjang. Ia menuruti keinginan Kalita, karena kasihan dengan perempuan itu yang sudah jauh-jauh datang membawa makan siang. Rangga mengarahkan Kalita ke sebuah sofa di ruang tengah. Ruang yang sering digunakan untuk istirahat oleh para artis.

"Kamu masak sendiri?" tanya Rangga sembari memperhatikan Kalita yang tengah membuka rantang satu persatu di atas meja.

"Tidak. Aku tidak bisa memasak. Aku membelinya dari restoran di ujung jalan dekat sini. Sengaja aku menaruhnya di rantang, agar terkesan klasik."

"Oh." Rangga mengangguk pelan. Sudah kuduga, batin Rangga.

"Ayo makan!" seru Kalita mengulurkan sepiring nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk di atasnya.

Rangga mengangguk.

Dari arah belakang, berdiri 2 orang kru. Seorang make up artist dan seorang penata busana. Mereka tampak keheranan dengan hubungan Rangga dan Kalita.

"Mereka pacaran?" tanya si MUA.

"Sepertinya. Tapi, kok Mas Rangga itu dingin sekali ya dengan pacarnya?" timpal si stylish.

"Mungkin mereka masih malu-malu begitu. Kan Mas Rangga itu katanya suka sesama jenis. Jadi, ia ingin tobat. Mungkin sih."

"Jadi Rangga masih menyesuaikan diri gitu ya dengan lawan jenis?"

"Bisa jadi. Berarti ia sudah tobat."

"EHEM!" suara deham Rangga sengaja ia perkeras volume-nya ketika samar mendengar kru membicarakannya.

Menyadari jika Rangga sepertinya mendengar omongan mereka, si MUA dan si Stylish itu buru-buru pergi meninggalkan ruangan itu.

Rangga menyuapkan makanan ke mulutnya sembari meredam emosinya.

Aku yang menyebarkan gosip jika aku menyukasi sesama jenis untuk menutupi semua cinta satu malam yang aku lakukan dengan banyak wanita, dan untuk menghindari perjodohan. Tapi, entah kenapa ... aku merasa kesal ketika orang-orang mempercayainya. Ah, sial, decak kesal Rangga dalam hati. Rangga lalu beralih pandang ke arah Kalita yang juga tengah makan di samping Rangga.

"Lit, kamu sering sekali datang ke lokasi syutingku, apa kamu tidak memiliki kesibuan lain?" tanya Rangga.

"Kamu tidak suka aku datang kesini?"

"Bukan begitu," kilah Rangga. "Hanya saja, aku kan menyukai perempuan yang produktif. Jadi, aku penasaran saja dengan kesibuanmu."

"Oh. Aku tidak sedang ada job syuting apapun. Hanya pemotretan untuk produk busana dan majalah saja."

"Hm, begitu. Kamu jangan sering-sering datang ke sini ya?"

Kalita memanyunkan bibirnya. "Ih kenapa? Kamu tidak suka ya dekat sama aku. Kamu tidak suka ya dijodohkan denganku? Padahal tante Carlota yang memintaku agar memperhatikanmu, karena tante tidak bisa memperhatikanmu. Memangnya itu salah? Lagi pula kita harus sering bertemu agar bisa saling mengenal satu sama lain. Meskipun dijodohkan, bukan berarti kita berdua membeli kucing dalam karung, kan?" ujar Kalita panjang lebar dengan manjanya.

Rangga menghela napas panjang. Rasanya ia ingin sekali menyumpal lubang telinganya saat mendengar ocehan Kalita.

"Terserah kamu mikirnya gimana. Aku tidak bisa konsentrasi dalam berakting ketika kamu terus datang ke lokasi syuting," kata Rangga.

"Kenapa?"

"Ya, karena aku tidak bisa konsentrasi." Rangga benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana Kalita bisa mendapatkan peran utama dalam berbagai film padahal ia begitu lambat dalam mencerna kalimat.

"Ah, aku tahu. Karena kamu terpukau dengan kecantikanku, ya? sehingga kamu tidak bisa fokus dalam berakting?" goda Kalita. "Aku tahu, sih. Aku memang memukau. Banyak orang yang mengatakan hal itu," lanjut Kalita sembari tertunduk malu dan menyisir rambutnya sendiri dengan jari.

Rangga tersenyum lebar penuh kepalsuan. Bukan itu maksudku, bodoh! umpat Rangga dalam hati.

Rangga lalu meletakkan piringnya. "Terima kasih makan siangnya," kata Rangga.

"Sama-sama. Aku seneng deh, Mas Rangga mau menghabiskan makanan yang aku bawa," kata Kalita.

Tidak sengaja, Rangga melihat ke layar televisi. Sebuah FTV disajikan siang itu di channel Invisi TV. Bola mata Rangga melebar, melihat wanita yang berakting di FTV itu. Wanita itu adalah Kayla yang sedang memerankan peran utama. Karena FTV itu tampak seperti tayangan yang baru saja dibuat, Rangga langsung tahu. Tidak ada rumah produksi lain yang mengisi acara di channel Sena TV, selain rumah produksi yang menjadi anak perusahaan Sena Entertainment.

"Yellow PH. Di sana kamu ternyata," gumam Rangga tersenyum seringai. Aku tahu dimana keberadaanmu, Kayla, batin Rangga.

"Hm, Lit, sebentar ya, aku ingin menemui kameraman untuk syuting nanti," ijin Rangga pada Kalita.

"Oh, iya. Aku akan menunggu di sini."

Rangga tersenyum sembari mengangguk, buru-buru menemui Ferdy. Seorang kameramen yang semula ingin ia temui. Namun, urung karena kedatangan Kalita tadi.

"Fer, gue pinjem motor," izin Rangga sembari menengadahkan telapak tangannya, meminta kunci motor Ferdy.

"Mau ke mana?"

"Beli softdrink," ujar Rangga beralasan.

"Oke, jangan lama-lama. Adegan berikutnya dimulai 20 menit lagi."

"Ya."

Rangga buru-buru pergi sebelum Gerald dan kru yang lain datang mencarinya untuk mempersiapkan adegan selanjutnya.

Ini seperti peribahasa 'Sekali dayung 2 pulau terlampaui'. Bagaimana tidak, Rangga bisa mencari keberadaan Kayla. Sekaligus mencari udara segar. Ia sangat il-feel dengan kalimat Kalita barusan. Baru kali ini ia menemukan wanita yang memiliki rasa narsis yang sangat tinggi. Dan itu membuat Rangga merasa geli.