Rangga akhirnya bisa bernapas lega setelah keluar dari lokasi syuting. Ia tidak peduli jika Gerald atau sutradaranya akan kebingungan mencari keberdaannya. Yang penting baginya sekarang adalah mencari udara segar untuk bernapas dan menemui Kayla. Karena dengan adanya Kalita di sisinya saja sudah membuatnya seperti kehabisan oksigen.
"Dimana draft pra-produksi FTV terbaru yang digarap oleh Yellow PH?" tanya Rangga pada seorang perempuan bernama Rinda yang bekerja di bagian administrasi Yellow Production House. Rangga tampak sudah akrab dengan karyawan yang bekerja di rumah produksi itu.
"Buat apa sih, Mas Rangga? Apa pimpinan yang menyuruh?" tanya Rinda.
"Ya, pimpinan yang menyuruh," jawab Rangga sekenanya. Ia tidak peduli jika nantinya Rinda akan mengkonfirmasi kedatangannya pada Carlota. Yang terpenting baginya sekarang ia mendapatkan data yang berisikan jadwal dan lokasi syuting Kayla.
"Ada di rak bagian tengah, di ruangan Pak Arga. Tapi, jangan dibawa ya. Soalnya draft itu arsip PH ," kata Rinda.
"Oke."
Rangga bergegas menuju ke ruangan yang ditunjukkan oleh Rinda. Ia membuka bandel demi bandel. Mengecek jadwal untuk hari ini. Senyum seringai melengkung di wajahnya ketika melihat jadwal syuting dengan nama artis Kayla Andriana.
"Kamu tidak akan bisa lari dariku Kayla. Kamu kira, kamu bisa membiarkanku seperti ini. Lihat saja, aku akan membuatmu menginginkanku. Enak saja, kamu mengacuhkan chat-ku seperti itu!" ujar Rangga bermonolog.
***
Seorang pria bertubuh tegap, berkemeja abu-abu, baru saja menampar pipi Kayla hingga ia tersungkur ke tanah.
"Aku ceraikan kamu!" kata pria itu.
Kayla tampak meringis memegangi pipinya. Ia menatap pria itu dengan derai air mata di pipinya. "Tapi, apa salahku, Mas?"
Pria itu menarik ujung bibirnya dan menatap tajam ke arah Kayla. "Salahmu? Hah!? Kamu hidup saja sudah salah! Dan kamu kira aku menikahimu bukan suatu kesalahan? Kamu kira aku tidak tahu kalau kamu selingkuh dengan bosmu itu?"
"Mas! Ini semua salah paham. Aku tidak pernah selingkuh darimu. Tolong dengarkan penjelasanku dulu, Mas," mohon Kayla. Pria itu tampak tidak peduli.
"Sudahlah! Aku sudah muak denganmu. Lebih baik aku kembali ke pelukan mantan pacarku dari pada mempertahankan rumah tangga dengan perempuan sepertimu!"
Pria itu pergi, meninggalkan Kayla yang merintih sedih memegangi dadanya. Tangisan penuh luka terpancar dari wajah Kayla.
"CUT!" seru sutradara mengakhiri adegan yang dilakukan Kayla dengan pria itu.
Seorang kru membantu Kayla berdiri dan memberikan Kayla selembar tisu untuk menyeka air matanya. Kayla memang sangat totalitas, ia tidak membutuhkan bantuan air mata buatan untu adegan itu. Dengan mudah ia menangis ketika lawan mainnya mulai membentaknya dalam adegan.
Plok! Plok! Plok!
Rangga bertepuk tangan seusai melihat akting Kayla. "Luar biasa. Dia benar-benar artis yang luar biasa," kata Rangga memuji Kayla. Ia sudah duduk dengan santai di samping sutradara sejak ia datang tadi.
"Iya, benar. Dia bisa berakting. Aku sendiri heran kenapa baru-baru ini saja namanya naik," tambah sang sutradara.
"The power of broadcasting."
"Ya, jika tidak ada acara infotainment itu, kita tidak akan tahu jika ada talent-talent hebat yang belum muncul ke permukaan."
Lepas mengusap airmatanya dan membenahi make up di wajahnya, Kayla berjalan ke arah sutradara. Ia ingin melihat hasil pengambilan gambar barusan.
Namun, langkah Kayla melambat ketika melihat ada Rangga yang duduk di samping sutradara yang bertanggung jawab terhadap FTV yang ia bintangi. Kayla menghela napas malas. Ia tidak habis pikir, bisa bertemu dengan pria menyebalkan itu lagi.
Tanpa menganggap Rangga ada, Kayla membungkukkan badannya di samping sutradara. Melihat ke layar monitor kecil yang berada di depan tempat duduk sang sutradara.
"Bagaimana hasilnya Pak Henry? Apa sudah bagus? Atau perlu take ulang?" tanya Kayla.
"Tidak. Ini sudah bagus kok," jawab Henry, sang sutradara. "Oke, guys! Kita istirahat 30 menit ya," ujar Henry sedikit berteriak memberi pengumuman. Henry kemudian kembali ke mobil caravan untuk mengecek adegan berikutnya dan hasil adegan yang sudah mereka dapatkan.
Setelah Henry pergi. Kayla menatap Rangga sembari berkacak pinggang. "Kenapa kamu ada di sini?"
Rangga melirik singkat. "Memangnya tidak boleh?"
"Ya, kan. Aku harus tahu apa urusanmu dengan FTV ini."
"Hm, aku hanya ada urusan pribadi dengan Henry."
"Oh." Kayla lalu beranjak pergi ke halaman samping rumah kecil yang menjadi lokasi syuting FTV itu.
Rangga buru-buru mengejar Kayla dan menarik tangannya. "Tunggu!"
"Ada apa lagi?" Kayla membalikkan badannya dengan wajah kesal.
"Kenapa kamu memblokir whatsapp-ku?"
"Aku tidak melakukannya."
"Lalu kenapa photo profile-mu hilang dan chat-ku hanya centang satu?"
"Sebesar itukah masalah yang membawamu kesini?" Kayla menatap Rangga dengan wajah datar. Ia tidak habis pikir, Rangga datang hanya untuk menanyakan soal chat whatsapp.
"Aku menghapus photo profile-ku dan mematikan daya ponselku. Aku tidak ingin diganggu saat syuting," jelas Kayla.
"Oh." Rangga kehabisan kata-kata untuk sesaat. Dan Kayla kembali melangkahkan kakinya ketika mengira sudah tidak ada lagi yang hendak dikatakan oleh Rangga.
Rangga menghirup napas panjang dan menarik tangan Kayla, mencegah perempuan itu agar tidak pergi darinya.
"Ada apa lagi?"
"Kamu mau ke mana?"
"Mau makan. Aku belum makan siang. Dan ini sudah jam 4 sore. Aku lapar."
"Aku ikut," pinta Rangga.
"Ya, ayo."
Lengkung senyum seketika melengkung di bibir Rangga. Ia mengikuti kemana arah Kayla pergi untuk makan siang.
***
"Rangga kemana?" tanya Adi, kebingungan mencari peran utamanya yang tiba-tiba menghilang.
"Aku tidak bisa menghubunginya," jawab Gerald. "Ponselnya mati."
"Lalu ini gimana syutingnya?" decak kesal Adi. "Aku tidak mau tahu ya, Rangga harus kembali ke lokasi syuting sebelum malam gelap!"
"Aku akan mencarinya," kata Gerald. Buru-buru Gerald mengambil kunci mobilnya. Ia hendak pergi ke tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh Rangga.
"Sialan, memang bocah itu!" umpat kesal Gerald bermonolog sembari menyalakan mesin mobilnya. "Selalu saja bertingkah seenaknya sendiri. Hash!!!!"
***
Malam itu, seusai syuting, Kayla berjalan sendirian. Ia hendak mencari taksi untuk mengantarkannya pulang. Sementara Rangga mengekor di belakang Kayla sembari menaiki motornya.
"Kayla. Ayolah. Pulang bersamaku," ajak Rangga.
Kayla menghela napas panjang dan menghentikan langkahnya. Ia menengok ke belakang. "Aku bisa pulang sendiri, Ga. Kamu memangnya tidak ada jadwal syuting?" tanya Kayla pelan. Ia sebenarnya tidak keberatan jika Rangga mengantarkannya pulang. Tapi, Kayla tidak ingin Rangga tahu jika rumahnya berada di perkampungan dengan rumahnya yang begitu kecil.
Kayla bergegas melanjutkan langkahnya menuju ke pinggir jalan raya. Hingga tiba-tiba terdengar suara ...,
BRAAK!
Rangga terjatuh ke atas aspal dengan motor yang menimpa badannya.
"Rangga!" teriak Kayla bergegas berlari menghampiri Rangga.
***