Chereads / ARRANGE MARIAGE / Chapter 20 - KAYLA PINGSAN

Chapter 20 - KAYLA PINGSAN

Seorang make up artis tampak kesulitan memoleskan bedak ke wajah Kayla. Ia memakaikan foundation tebal di sekitar bawah mata Kayla, pagi-pagi buta.

"Ini sepertinya susah ditutupi. Mbak Kayla gak tidur ya?" tanya MUA itu.

"Aku tidak bisa tidur. Bagaimana aku bisa mendapatkan tidur yang berkualitas? Syuting baru selesai jam 11 malam dan aku harus bangun jam 3 pagi untuk persiapan adegan selanjutnya. Dan dalam rentang waktu itu, aku terbangun beberapa kali," terang Kayla. Ia sempat merasa stress dengan penyingkatan durasi syuting seperti ini.

Seharusnya, syuting satu judul FTV selesai dalam seminggu minimal. Tapi, sutradara memutuskan untuk menyingkatnya menjadi 3 hari. Karena minggu depan adalah jadwal casting film PEJUANG 1945. Kayla menerima tawaran sutradara itu, semata-mata karena ia ingin sekali memerankan film berlatar belakang masa lampau. Dan film PEJUANG 1945, mengisahkan tentang cinta dua sejoli di tengah krisis menjelang hari kemerdekaan Indonesia. Dan itu sangat menarik hati Kayla. Lolos casting atau tidak, bukan masalah. Yang terpenting bagi Kayla adalah mencoba peruntungannya.

"Hari ini, hari terakhir kok, Mbak Kayla. Setelah itu, Mbak Kayla bisa tidur sepuasnya di rumah."

"Ya, itu yang sangat aku tunggu-tunggu." Kayla mendekatkan wajahnya ke cermin. Menatap wajahnya lekat-lekat, memastikan riasannya sudah bagus dan tampak natural.

***

Kayla mulai merasakan lelah. Siang itu cuaca sangat panas. Terlebih ia hanya menerima jatah istirahat 20 menit untuk sarapan. Sedangkan, syuting sudah dimulai sejak setelah waktu subuh pagi tadi.

Ini adegan terakhir. Adegan dimana Kayla pingsan setelah bertengkar dengan pacarnya. Dan sayangnya, Kayla mulai kehilangan fokus. Ia sudah melakukan 4 kali take untuk adegan kali ini. Dan belum ada yang sempurna bagi Henry, sang sutradara. Kali ini take ke 5.

"Action!" lantang Henry.

"Kamu tidak mencintaiku. Selama ini kamu hanya peduli dengan harta keluargaku. Kamu tidak tahu jika aku ..." Kayla menjeda dialognya. Ia mengernyitkan dahinya, seolah merasa kesakitan. Sama persis seperti yang tertulis di dalam naskah.

"Jika apa?" tanya pria yang berperan sebagai pacar Kayla.

Kayla tidak menjawab. Seharusnya kini ia mendorong lawan mainnya dan mencercanya dengan kalimat-kalimat pedas. Tapi, Kayla tidak melakukannya. Ini di luar naskah. Kepala Kayla benar-benar terasa pusing dan berputar.

Lawan main Kayla mulai menyadari ada yang tidak beres dengan Kayla. Ia menatap Kayla penuh tanya.

Pandangan Kayla menguning cerah berganti dengan cahaya putih yang menutupi pandangannya, dan kemudian semuanya gelap. Kayla benar-benar pingsan!

Para kru langsung menyadari jika tokoh utama mereka sudah tidak sadarkan diri. Terbaring di atas lantai. Mereka berhambur menolong Kayla. Beberapa dari para kru memberikan minyak kayu putih. Sebagian yang lain mencoba melonggarkan pakaian Kayla, agar Kayla bisa bernapas. Tapi, tidak berhasil. Kayla tetap tidak membuka matanya.

***

Rena langsung meluncur ke Klinik Harry, tempat dimana Kayla di rawat setelah pingsan. Ia yang bertanggung jawab akan Kayla, karena ialah yang mengajak Kayla bergabung di Yellow PH.

Kayla merebahkan dirinya lemas di atas kasur pasien. Ia merasa sangat letih.

"Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa? Apa yang kamu rasakan?" Rena langsung memberondong Kayla dengan berbagai pertanyaan ketika ia datang.

"Aku hanya kelelahan," jawab Kayla. Suaranya terdengar parau dan lemas.

"Astaga." Rena mengusap kepala Kayla pelan.

"Aduh!" sengir Kayla. Ia merasakan ada yang sakit di kepalanya saat Rena mengusap kepalanya.

"Kenapa? Apa yang sakit?"

Kayla meraba kepalanya sendiri yang baru saja diusap oleh Rena. Ia menemukan benjolan di dekat pelipisnya. "Kepalaku benjol. Sial. Ini pasti terbentur saat aku pingsan tadi."

"Ya ampun. Para kru tidak peka. Harusnya mereka menangkap tubuhmu sebelum kepalamu mendarat ke lantai," kesal Rena. Ia merasa tidak ikhlas melihat sahabatnya terluka.

"Sudah, nggak apa-apa. Mereka juga tidak tahu jika aku akan pingsan." Kayla menekan remote kasur, untuk menaikan kasur bagian atas. Ia ingin setengah duduk sambil bersandar, agar lebih nyaman berbincang dengan Rena.

"Bagaimana dengan adegan terakhirku? Aku mengacaukannya," tanya Kayla.

"Tenang saja, kamu sudah take 4 kali sebelum pingsan. Pak Henry akan memilih satu diantara 4 video itu, yang Pak Henry rasa paling baik. Lagi pula, FTV itu harus tayang 2 minggu lagi. Dan harus segera masuk proses editing," jelas Kayla.

"Syukurlah. Setidaknya aku sudah menyelesaikan seluruh tanggung jawabku dalam kontrak itu."

"Ya. Harus disyukuri soal itu. Aku dengar Pak Henry menawarimu casting di film PEJUANG 1945?"

"Iya. Aku ingin mencobanya. Itu peluang yang baik, kan?"

"Tentu saja."

"Siapa lawan castingku?"

Rena menghela napas lemas. "Kalita. Semua orang tahu jika dia memiliki peluang terbesar untuk mendapatkan peran utama. Apalagi, di berita menyatakan jika sekarang Kalita menjalin hubungan dengan Rangga. Kepopuleran Rangga tentu saja akan menaikan reputasi Kalita. Dan kita semua tahu, jika film bukan hanya soal akting. Tapi soal reputasi artis juga."

"Mereka pacaran? Sudah go public? Serius?"

Rena mengangguk. "Ya. Sudah muncul berita itu di berbagai media infotainment sejak 3 hari yang lalu. Dan saat ini, kisah mereka juga masuk ke dalam trending topic twitter dengan hastag 'pasangan abad ini'. Mereka langsung menggeser posisimu di trending topic. Kenapa memangnya?"

Kayla menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."

Hah! Bedebah sialan. Tidak bisa dipercaya. Ia mengatakan menyukaiku, dan memintaku untuk setiap hari ada bersamanya. Memintaku untuk membalas pesannya. Dan sekarang ia jadian dengan Kalita. Playboy tetaplah playboy. Menyebalkan! Aku hampir saja terbawa suasana karena kata-kata manisnya. Ternyata itu memang sudah menjadi hobinya, membuat wanita jatuh hati padanya, lalu meninggalkan wanita itu begitu saja, dan berpindah ke wanita lain. Hah! Beruntunglah, aku menolak keinginannya. Apapun yang terjadi, aku tidak akan mau percaya apapun yang bedebah Rangga katakan, umpat kesal Kayla dalam hati.

"Kamu istirahatlah," kata Rena. "Aku akan menungguimu disini hingga kamu diperbolehkan pulang."

"Tidak perlu repot-repot, Ren. Tenang saja. Ini tidak akan lama. Aku masih menunggu hasil cek darah, sebelum dokter memberikan vitamin yang tepat. Aku berharap tidak ada penyakit berarti."

"Aamiin, semoga saja begitu."