Rena memangku dagunya, menunggu hasil tes darah. Ia hampir tertidur di samping Kayla. Demikian juga Kayla. Kayla malah sudah terlelap. Untuk beberapa saat mereka terpejam. Hingga suara pintu yang dibuka dari luar, membangunkan keduanya.
Seorang dokter perempuan datang berkunjung ke kamar rawat yang dihuni Kayla.
"Ah, Dok," ujar Rena kelagapan. Ia buru-buru membenahi posisi duduknya.
Dokter perempuan bernama Dinda itu tersenyum. "Nona Kayla?"
"Ya, Dok," jawab Kayla lemah.
"Ini saya memanggilnya dengan sebutan nyonya atau nona lebih tepatnya?"
"Nona, Dok. Saya belum menikah," jawab Kayla.
"Begini Nona Kayla, saya ingin menjelaskan beberapa hal. Yang pertama, anda menderita anemia. Dan saya sudah meresepkan vitamin untuk itu. Dan yang kedua, anda positif hamil. Selamat."
Bola mata Rena dan Kayla melebar bersamaan.
"Ha-Ha-hamil, Dok?!" sentak Rena dan Kayla, terbata bersamaan dengan mulut menganga dan napas tersengal. Mereka tampak terkejut tidak percaya.
"Iya," jawab Dinda dengan senyuman yang tampak canggung. Melihat identitas 'nona' di kartu pasien, tentu saja Dinda tahu jika kehamilan ini terjadi diluar nikah.
Rena sontak berdiri. "Dokter tahu, kan jika Kayla itu artis?"
"Iya, saya mengetahuinya."
"Tolong, saya minta tolong sekali, rahasiakan kondisi medis pasien."
"Baik. Saya mengerti. Memang sudah menjadi tugas dokter untuk menjaga privasi kondisi medis pasien."
Rena menangkupkan tangannya pada Dinda. "Terima kasiiiiiih banyaaaak, dokter."
"Sama-sama. Saya permisi."
Setelah Dinda keluar, Rena seketika beralih menatap tajam ke arah Kayla yang masih mematung. "Siapa yang melakukannya?"
Kayla tidak menjawab. Ia menatap kosong ke arah Rena. Wajahnya masih tampak shock berat.
Setelah Dinda keluar, Rena seketika beralih menatap tajam ke arah Kayla yang masih mematung. "Siapa yang melakukannya?" tanya Rena. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Kayla seceroboh ini.
Kayla tidak menjawab. Ia menatap kosong ke arah Rena. Wajahnya masih tampak shock berat.
Rena menghela napas panjang melihat sahabatnya itu masih mematung dengan ekspresi tidak percaya. Ia mendekati Kayla dan memeluknya.
"Tidak apa-apa. Kita cari jalan keluarnya bersama. Untuk mencari jalan keluar, aku harus tahu siapa yang melakukannya," kata Rena mencoba menenangkan Kayla.
"Waktu itu, aku mabuk. Aku tidak ingat apakah aku melakukannya atau tidak," ujar Kayla. Mata Kayla masih menatap kosong ke depan.
"Kayla sayang, tidak mungkin kamu tidak melakukannya, dan kamu bisa hamil. Siapa yang menemani kamu mabuk?"
Kayla terdiam. Ia tidak tahu harus bagaimana ia menjawab pertanyaan Rena.
"Dengarkan aku. Anggaplah ini cobaan saat karirmu mulai naik. Tapi, kita harus segera mencari solusi sebelum perutmu semakin membesar. Katakan padaku siapa yang melakukannya. Dan kita harus memintanya bertanggung jawab atas kehamilanmu."
"Itu tidak mungkin terjadi. Aku harus punya uang 10 miliar untuk bisa memintanya menikahiku."
"Hah? Gimana, gimana?"
"Ibuku sakit dan sekarang aku hamil. Aku ingin mati saja," ungkap Kayla mulai frustasi.
"Hei, bukan begitu jalan keluarnya. Kamu harus memintanya bertanggung jawab. Jika dia tidak mau, kita harus memaksanya."
"Tidak bisa. Riwayatku sudah tamat sejak 3 bulan yang lalu."
"Kayla ayolah, katakan saja siapa yang menghamilimu," desak Rena.
"Aku sudah tamat tanpa perlu memberitahumu."
"Jangan membuatku kesal. Katakan saja siapa?!" Rena mulai menaikan intonasi suaranya.
"Rangga."
"Ga-Rangga? Rangga ?" ulang Rena. Ia terbelalak dengan jawaban Kayla.
Kayla hanya mengangguk pelan.
"Hhhh." Rena terduduk lemas di kursinya. "Ya, riwayatmu sudah tamat."
Kayla mengernyitkan dahinya. Ia merasa Rena tidak mengetahui soal perjanjiannya dengan Carlota. Tapi, Rena membenarkan pernyataan Kayla mengenail tamat riwayat.
"Kenapa kamu langsung mengatakan hal itu?"
Rena menatap Kayla dengan wajah kasian. "Kamu tidak tahu siapa itu Rangga?"
"Aku tahu. Aku kan syuting di sinetron yang sama dengannya."
Rena menghela napas panjang. "Dia itu anak Carlota."
"Aku tahu. Aku beberapa kali bertemu Carlota."
"Apakah kamu tahu latar belakang Carlota?"
Kayla menggelengkan kepalanya.
"Carlota adalah pimpinan Magenta Entertainment. Pemilik channel TV bernama Sena TV. Magenta Entertainment memiliki banyak anak perusahaan. Termasuk Sachy Agency, Yellow PH, Temaram Management—tempatmu syuting drama kolosal saat kamu menjadi kursi dengan green screen itu—dan banyak lagi. Setahuku, dari awal kamu berkarir, semua agency yang pernah menaungimu adalah milik Magenta Entertainment. Dan kamu hamil dengan anak dari pimpinan besar Magenta Entertainment. Haaaah, ini mengerikan. Mereka tidak akan mengijinkan Rangga menikahimu," jelas Rena. Wajar saja, Rena mengetahui itu semua. Suami Rena merupakan pimpinan di Yellow PH. Itu artinya, keluarga Rena juga merupakan bawahan Carlota.
Kayla terdiam setelah mendengar penjelasan Rena. Ia menyesal setuju dengan 1 miliar. Seharusnya ia meminta imbalan 5 miliar atau 10 miliar. Jumlah itu pasti tidak begitu besar bagi perusahaan sebesar Magenta Entertainment. Jadi, ketika ada hal yang seperti ini, setidaknya ia masih punya uang untuk hidup mandiri tanpa berharap pada laki-laki playboy itu.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Rena.
"Hah?" Kayla tidak menyangka jika Rena akan semenyesal dirinya.
"Bagaimana kamu bisa melakukannya dengan Rangga? Aku mengenalmu dengan baik. Kamu menghabiskan harimu dengan bekerja. Kamu hampir tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang apalagi sampai mabuk berat. Seumur hidupmu saja, kamu belum pernah pacaran. Bagaimana bisa kamu dekat dengan Rangga?"
"Sebenarnya, aku memang merencanakan semuanya."
"Apa maksudmu? Kamu ingin hamil anak dari Rangga?"
"Bukan itu." Kayla menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku membutuhkan uang untuk biaya operasi kanker yang diderita ibuku. Dan aku tidak ingin berhutang padamu. Karena aku takut tidak bisa membayarnya. Jadi aku menerima tantangan Carlota untuk membuktikan jika Rangga tidak memiliki orientasi ke sesama jenis. Dengan cara tidur dengan Rangga. Aku tidak berencana tidur dengannya. Aku ingin menjebaknya. Karena yang aku butuhkan hanyalah foto berdua dengan Rangga. Tapi, aku minum terlalu banyak. Aku mabuk. Dan aku tidak sadar telah melakukannya."
"Astaga!"
"Dan sebagai gantinya, aku mendapatkan uang 1 miliar dari Carlota. Carlota memintaku menandatangani surat perjanjian yang isinya, segala hal yang terjadi setelah malam itu bukan merupakan tanggung jawabnya dan Rangga. Jika aku melakukan tuntutan dalam bentuk apapun. Maka aku harus mengganti 10x lipat dari jumlah yang aku terima," lanjut Kayla.
"Licik juga, si Carlota. Jadi, Rangga tidak memiliki penyimpangan orientasi?"
Kayla menggelengkan kepalanya. "Dia hanya playboy sialan yang berpura-pura memiliki penyimpangan orientasi demi menutupi tabiat playboy-nya."
"Aku kira hubungannya dengan Kalita hanya untuk mengubah gosip itu. Ternyata Rangga masih doyan perempuan."
"Jadi, ini benar-benar tidak ada harapan, kan?"
"Yups. Sudah tidak ada harapan. Mau tidak mau, kamu harus membesarkan anak ini sendirian," kata Rena menyerah.
"Semengerikan itukah keluarga Rangga?"
"Ya. Mereka punya 9 pengacara handal yang siap membela kasus artis-artis top yang masih memiliki kontrak dengan mereka. Dan lawanmu jelas bukan sekedar artis top. Tapi, pangeran dari kerajaan Magenta. Kamu hanya anak cerpelai mungil di antara para singa yang siap menyantapmu."
Hiks! Suara senggukan terdengar dari mulut Kayla.
"Bagaimana ini? Bagaimana aku mengatakan ini pada ibuku. Ibuku pasti sangat kecewa. Kemungkinan besar ibuku akan menyoret namaku dari kartu keluarga. Dan aku takut." Kayla mulai menangis. "Aku takut penyakit ibuku bertambah paraaaah. Aku tidak sanggup kehilangan ibuku. Aku ingin mati saja." Tangisan Kayla semakin kencang.
"Duniaku sudah hancur ketika mengetahui ibuku sakit. Dan sekarang aku hamil tanpa suami. Bagaimana aku bisa menghadapi ini semua, Ren."
"Sssst, sabar-sabar." Rena langsung berhambur memeluk Kayla. "Pasti ada jalan. Kamu tahu, aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian. Aku dan suamiku, akan membantumu memikirkan jalan keluar. Untuk sementara, kita sembunyikan kehamilanmu dari siapa pun."
"Bagaimana jika perutku semakin membesar?"
"Kapan terakhir kali kamu datang bulan?"
"Sekitar 10 minggu yang lalu."
"Astaga, itu artinya kehamilanmu juga sekitar 8 hingga 9 minggu. Nanti, kita USG agar bisa memperkirakan usia kandungan. Sepengalamanku ketika hamil Bella, perut akan tampak membesar saat kandungan berusia 16 minggu. Kita masih punya waktu. Tenangkan dulu dirimu. Istirahatlah, jangan sampai sakit. Oke?"
Kayla mengangguk sambil menyeka air matanya. Ia beruntung memiliki sahabat baik seperti Rena.