Rangga kembali ke apartemennya, ia mencari kembali salinan surat perjanjian yang pernah ditandatanganinya. Susah payah ia mengeluarkan baju-baju milikinya dari laci, hingga ia menemukan amplop cokelat besar. Ia ingat betul salinan perjanjian itu ia sembunyikan di dalam amplop.
Rangga membawa amplop itu ke meja makan. Dibacanya dokumen pertama. Dokumen pertama yang menjelaskan jika, Rangga diperbolehkan meneruskan pendidikan di The Juilliard School Amerika dan menggunakan segala fasilitas, termasuk kartu kredit tanpa batas dan diperbolehkan berkarir di dunia seni peran setelah lulus. Dengan syarat ia juga harus meneruskan ayahnya untuk menjadi CEO Mayapada Entertainment.
Rangga membuka lembar kedua. Dan di lembaran kedua tertulis dengan jelas jika Rangga gagal telah menjalankan tugasnya menjadi CEO dan merugikan Mayapada Entertainment atas projek film yang gagal senilai hampir 20 miliar.
Rangga menghela napas lemas. "Ini penyebabnya aku tersiksa." Ia kemudian membuka rincian hutang yang ia harus bayarkan. Keseluruhan hutangnya hampir 60 miliar, mulai dari ganti rugi di perusahaan dan tagihan kartu kreditnya selama ia kuliah di Amerika. Manik matanya sibu mengurut slip tagihan. Betapa menyesalnya Rangga saat membaca slip tagihan itu rata-rata berasal dari banyak brand fashion wanita yang mahal dan mendunia. Ia seketika teringat, telah menghabiskan banyak uang untuk membelikan barang-barang fashion mahal untuk Baby, mantan pacarnya dulu.
"Inilah sebabnya aku menjadi trauma dengan wanita yang hanya ingin belanja dan belanja. Sial!" decak kesal Rangga.
Rangga kembali membuka kembali slip yang lain. "Apa ini, tas tangan Chanel seharga 8140 dolar. Ck! Tas seharga 110 juta. Hhhh, seandainya aku tidak pernah bertemu dengan perempuan itu," sesal Rangga.
Rangga kemudian membuka perjanjian yang sudah diperbarui. Terdapat kalimat yang menyatakan di perjanjian itu, jika dalam 3 tahun ia tidak melunasi semua hutang pada Carlota, termasuk ganti rugi pada Mayapada Entertainment, maka Rangga wajib menyetujui perjodohan dengan wanita pilihan Carlota. Dan Rangga setuju.
Namun, setelah 3 tahun, Rangga tidak bisa melunasinya dan meminta keringanan pada ibunya untuk memperpanjang masa perjanjian selama 2 tahun, sehingga total waktu yang diberikan Carlota pada Rangga, keseluruhannya adalah 5 tahun.
Ia meletakkan kembali surat perjanjian itu ke atas meja, lalu bersandar ke kursi dan menengadahkan kepalanya.
"Hm, Baby penyebab semua hutangku membengkak. Ia membuatku belanja barang-barang mewahnya hampir 758 ribu USD. Menyebalkan, biaya kuliahku 3 tahun saja hanya 144 ribu USD. Kini, aku harus mengganti segala hal yang tidak aku nikmati. Dan sisi paling sialnya lagi, ketika si betina Baby itu tahu jika aku diminta untuk mengganti uang ibuu yang sudah dia habiskan, ia malah meninggalkanku untuk pengusaha batu bara. Hasssh! Dasar betina!" kesal Rangga. Ia benar-benar membenci mantan pacarnya itu.
"Uang benar-benar melakukan segala hal. Tapi, setidaknya aku tahu, jika reputasi dan keanggunan Baby sebagai salah satu Finalis Putri Indonesia itu, tidak seperti jati dirinya yang sesungguhnya," oceh Rangga bermonolog.
Rangga mengambil ponselnya. Melihat kontak whatsapp Kayla yang tersimpan di ponselnya. Ada keinginan untuk menghubungi Kayla. Tapi, ia tidak tahu apa yang hendak ia bincangkan. Terlebih Kayla sudah mengatakan jika dirinya tidak tertarik dengan pria yang berkarakter seperti Rangga.
"Aku tidak ingin artis terkenal. Aku tidak ingin model terkenal. Yang tujuan hidup mereka hanya untuk gaya hidup, uang dan kemewahan. Aku ingin seseorang yang sederhana. Seorang wanita yang senantisa menunduk seberapapun tinggi karirnya. Dan kini yang aku pandang memenuhi semua kriteriaku hanyalah Kayla. Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya, tapi tampak seperti kebetulan? Agar dia tidak menolakku," pikir Rangga.
"Akan aku paksa tim management untuk memberitahuku dimana keberadaan Kayla. Apakah Kayla masih melajutkan kontraknya, atau ia malah menerima kontrak dari tempat lain. Mereka pasti tahu hal itu."
***
Pagi itu, matahari bahkan belum menunjukkan sinarnya. Dan Rangga sudah tiba dilokasi syuting. Sebuah fakta yang mengherankan, karena hari ini Gerald tidak perlu mendobrak pintu apartemen Rangga untuk membangunkan artisnya itu, saat ia menjemputnya.
"Gue minta jadwal gue untuk jam 11 siang hingga selesai jam makan siang dikosongkan," kata Rangga yang tengah membenahi kemejanya, pada Gerald.
"Kenapa?"
"Ada sesuatu yang harus gue urus."
Gerald melirik heran ke arah Rangga. "Sesuatu apa? Gue asisten lu, gue harus tahu."
"Apa lu juga harus tahu tentang urusan per-terong-an gue?" Rangga memicingkan matanya sinis ke arah Gerald.
"Memangnya ada masalah apa dengan 'terong' lu?"
"Hust, sudah jangan banyak tanya. Kosongkan saja jadwal gue. Gue ada janji dengan dokter."
"Wah!" Gerald seketika melebarkan matanya ke arah Rangga. "Jangan-jangan lu kena azab karena kebanyakan begituan. Terus penyakitan atau mungkin, lu udah gak bisa ..." Gerald mengacungkan jari telunjuknya ke atas untuk meledek Rangga.
"Sialan lu emang," lirik sinis Rangga sembari melempar botol air mineral kosong yang berada di dekatnya, ke arah Gerald. "Gue Cuma mau konsultasi soal meningkatkan stamina. Karena soal puas memuaskan itu penting."
"Hmmm. Siapa kali ini yang mau lu garap, hah? Apa ini termasuk persiapan perjodohan lu dengan Kalita? Agar supaya Kalita bertekuk lutut lemas di malam pertama," goda Gerald.
"Jelas bukan! Dan lu nggak perlu tahu."
Gerald menaikan kedua alisnya. "Hah, aku tahu. Ini pasti soal figuran itu. Iya, kan?"
"Extras! Extras talent! Menyebalkan sekali gue harus meralat ini berulang-ulang!" kesal Rangga. "Gue nggak ada urusan lagi dengannya," bantah Rangga. Ia sengaja berbohong. Lebih baik Gerald tidak ikut campur urusan asmaranya. Dari pada ia harus mendengar pertentangan dari Gerald.
"Lalu kenapa lu terus meralat kalimat gue, hah?"
"Karena, meskipun itu peran figuran, kita harus memanggilnya dengan sebutan yang lebih berkelas. Untuk menghargai orang lain," terang Rangga sembari memasang wajah bijaksana.
"Sejak kapan lu jadi orang yang bijak?"
"Sejak dulu. Hanya lu yang tidak pernah percaya."
Gerald mengangkat ujung bibirnya sembari membuang muka ke arah lain. Jelas sekali ia tidak percaya dengan perkataan Rangga.
***
Kayla baru kembali dari membeli sarapan untuk dirinya sendiri. Ia melihat ibunya tertawa sambil melihat tayangan televisi. "Ibu nonton apa? Ketawanya kelihatan bahagia banget," tanya Kayla.
"Sini, Nak." Ratna mengulurkan tangannya. Ia memeluk Kayla. "Hahaha, ibu bangga sekali sama kamu. Meskipun kamu berperan menjadi kursi atau bahkan batu, kamu sudah meningkatkan pengalamanmu. Dan kamu tidak malu melakukan hal itu," jelas Ratna. Kayla langsung tahu apa yang baru saja ibunya saksikan. Beberapa hari ini memang video tentang Top Extras Talent itu sering sekali tayang di televisi.
Kayla tersenyum. "Terima kasih, Buk. Semuanya pasti ada prosesnya. Siapa tahu, setelah ini Kayla bisa menjadi aktris terkenal."
"Ya, ibu yakin sekali kamu bisa menjadi aktris terkenal suatu saat nanti. Asalkan kamu tetap konsisten, rajin, dan tidak mencari masalah dengan pihak management. Kamu pasti bisa mewujudkannya," kata Ratna.
Kayla lalu memeluk ibunya. "Terima kasih, Ibu. Kayla sayaaaang sekali dengan Ibu. Nanti, kalau Kayla sudah terkenal. Sudah memiliki banyak uang, Kayla bisa aja Ibu dan Kiara jalan-jalan ke luar negeri, ke mana pun yang Ibu inginkan."
"Anak ibu, kesayangan ibu," ucap Ratna membalas pelukan Kayla.
***
Di Magenta Agency.
Rangga berhasil meminta ijin siang itu. Ia menemui pengurus Magenta management.
"Kayla mengundurkan diri?" kejut Rangga tidak percaya.
"Ya 3 hari yang lalu," jawab seorang karyawan bagian administrasi.
"Alasannya?"
"Ia tidak menyebutkan alasannya."
"Ya, sudah."
Rangga bergegas kembali ke mobilnya. Ia kesal sekali, tidak dapat menemukan Kayla. Ia ingin menelepon Kayla. Tapi, ia takut jika Kayla memblokir nomor ponselnya. Karena itu pernah terjadi ketika pertama kali syuting di sinetron Arranged Marriage.
Saat itu, Rangga mulai mendekati Kayla. Ya, itu kebiasaan buruk Rangga ketika ada artis baru yang cantik terlibat di dalam satu projek yang sama dengannya.
Tidak sengaja Rangga meremas pantat Kayla saat Gerald mendorongnya—bercanda—dan kemudian Kayla menampar Rangga di hadapan semua orang. Meskipun Rangga sudah meminta maaf, Kayla tetap menuduh Rangga sebagai pria mesum lalu memblokir kontak Rangga. Skandal gay lah yang menyelamatkan Rangga dari pikiran negatif Kayla.
Namun, sejak saat itu, ketertarikan dan rasa penasaran Rangga pada Kayla terus tumbuh. Tidak ada satu pun wanita yang berani menampar Rangga, selain Kayla. Rangga akhirnya berjanji padanya dirinya sendiri untuk menahklukkan Kayla. Entah mengapa wanita galak dan tegas, menggeletik rasa ketertarikannya.