"Kalita, kenalkan. Ini Rangga, anak tante," kata Carlota memperkenalkan Kalita pada Rangga. Mereka berdua pun berjabat tangan sembari tersenyum.
Manik mata Rangga berpindah menatap ibunya. "Ini siapa ya, Mom?" tanya Rangga.
"Hm, ini calon istrimu."
"Hah?" Mata Rangga seketika terbelalak. "Calon istri?!"
Rangga tersenyum ke arah Kalita yang tentu saja dibalas dengan senyuman manis oleh Kalita. "Kalita, kamu tunggu disini dulu ya," kata Rangga. Lalu dengan cepat Rangga merangkul bahu ibunya dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan.
"Apa maksud Mommy, mengatakan jika Kalita adalah calon istriku?" tanya Rangga. Ia tampak tidak terima dengan apa yang dilakukan ibunya.
"Kenapa kamu begitu terkejut?"
"Aku tidak tertarik menikah dengan wanita manapun."
"Eits, kamu lupa dengan surat perjanjian itu?"
Rangga menatap ibunya dengan wajah bingung. Ia hampir lupa jika perjodohan itu masuk ke dalam perjanjian yang ia buat. Rangga terlalu menikmati skandal gay yang ia buat untuk menutupi hubungannya dengan banyak wanita. Hingga ia lupa tentang tujuannya utamanya tentang skandal gay itu, untuk menghindari perjodohan.
Carlota menghela napas panjang. "Sepertinya kamu memang lupa. Biar mommy ingatkan kembali tentang perjanjian itu. 8 tahun yang lalu sebelum kamu berangkat ke Amerika, kamu sendiri yang menandatangani perjanjian itu demi mendapatkan semua fasilitas dan segala hal yang kamu inginkan. Termasuk tentang kuliahmu di The Juilliard School di Amerika. Dan setelah kamu lulus dari kuliahmu, kamu harus melakukan sebuah pekerjaan berdasarkan perjanjian itu. Sayangnya, kamu gagal. Sehingga terbitlah perjanjian baru jika kamu akan melunasi semua hutangmu pada Mommy. Dan hari ini, tepat 5 tahun dari perjanjian itu. Tapi, kamu belum mampu melunasi hutangmu. Jadi, sesuai dengan kesepakatan, kamu harus menikah dengan wanita pilihan Mommy," jelas Carlota panjang lebar.
"Tapi, aku tidak bisa menikahi orang yang bahkan aku tidak memiliki ketertarikan dengannya sama sekali. Itu hanya akan menyiksa wanita itu. Menikahi lelaki yang bahkan tidak memiliki hasrat untuk menyentuhnya," tegas Rangga. Ia menatap lekat mata ibunya, seolah meyakinkan ibunya tentang perkataannya.
"Hahhahahaaa," kekeh Carlota mendengar kalimat Rangga.
Rangga mengernyitkan dahinya. Seharusnya apa yang ia katakan itu bisa membuat ibunya bimbang. Karena biasanya ia menggunakan hal itu sebagai senjata.
"Rangga ..., Rangga ..., Mommy sudah tahu semuanya," kata Carlota.
"Apa maksud Mommy?"
"Kamu berpura-pura tidak memiliki ketertarikan pada perempuan, dan kamu sengaja bergaul dengan orang-orang yang memiliki orientasi terhadap sesama jenis. Hanya untuk meyakinkan semua orang jika kamu tidak tertarik dengan lawan jenis. Padahal kenyataannya itu hanya sandiwara yang kamu lakukan untuk menolak perjodohan dengan wanita pilihan Mommy. Iya kan?"
Rangga tersentak terperangah. Ia tidak menyangka kedoknya terbongkar.
"Janji adalah janji. Lakukan saja kewajibanmu. Okay?" lanjut Carlota. Ia kemudian keluar untuk kembali menemui Kalita. Meninggalkan Rangga yang masih terpaku.
Tak berapa lama Carlota kembali menghampiri Rangga. "Mommy tunggu kamu di mobil."
"Memangnya mau kemana?"
"Kamu kira untuk apa Mommy datang kesini? Mommy ingin mengajakmu makan malam dengan Kalita. Jangan lama-lama."
Rangga mengangguk. Ia tidak memiliki pilihan lain selain setuju.
***
BRAAAK!!!
Rangga masuk ke apartemen milik Gerald dengan membanting pintu keras. Sepulangnya dari makan malam bersama Carlota dan Kalita. "Apa maksud lu, hah?!" sentak Rangga pada Gerald.
Gerald yang kala itu tengah membaca buku di sofa, hanya menghela napas panjang. Ia melirik Rangga sesaat lalu kembali pada buku bacaannya.
"Lu ngadu kan ke nyokap gue tentang skandal yang gue buat ke media?" cerca Rangga dengan meninggikan suaranya.
"Skandal yang mana?"
"Bisa-bisanya, lu tanya skandal yang mana? Lu kira gosip mana yang sengaja gue sebar tentang diri gue, hah?"
Gerald mengernyitkan dahinya, ia lalu melepas kacamatanya dan meletakkan bukunya ke atas meja yang ada di hadapannya.
"Maksud lu gosip yang mengatakan jika 'Rangga, artis papan atas diduga menyukai sesama jenis' itu?"
"Ya!"
"Kenapa memangnya? Bukannya Bu Carlota percaya dengan gosip itu? Terlebih gosip itu terus menggema, setelah lu putus dari Gaby dan setelah itu lu tidak terlihat menjalin hubungan dengan wanita manapun," kata Gerald dengan santainya.
"Jadi lu tidak membongkar rahasia gue?"
"Untuk apa gue melakukannya? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Rangga mendesahkan napas lesu lalu mengisut duduk di sofa. "Mommy tahu, jika gue tidak memiliki kelainan apapun. Dan itu menyebalkan, kini ia mencoba menjodohkan gue dengan Kalita."
"Kalita? Kalita Jesica?" tanya Gerald dengan mata berbinar.
"Ya."
"Pemeran Asmara di film best seller 'Panah Asmara' itu?"
"Yaaaaa! Kenapa sih lu? Tertarik banget sama cewek itu," decak kesal Rangga.
"Hhhh. Harusnya lu mintain gue tanda tangan Kalita sebelum lu menolak."
"Gue belum menolak. Lu besok juga ketemu sama si Kalita itu."
Gerald tersenyum manis. "Yess!"
"Woy! Ini masalah serius buat gue!"
"Ini kan karena ulah lu sendiri."
"Memang berapa sisa hutang gue ke Mommy?"
Gerald membuka ponselnya, melihat kembali catatan di ponselnya.
"Hm, masih sekitar 23 miliar," kata Gerald.
"Kalau dikurangi dengan honor yang gue terima dari sinetron Arranged Marriage?"
"Masih sekitar 15 miliar."
"Bagaimana bisa? Gue dibayar 20juta per episode. Jika sinetron Arranged Marriage itu 800 episode, harusnya gue bisa menerima 16 miliar! Dan hutang gue harusnya sisa 7 miliar!" ralat Rangga.
"Woy! 16 miliar honor 800 episode itu masih terpotong untuk pihak Sena Management 30%. Kemudian dipotong lagi untuk manager dan asisten. Yaitu jatah gue 15 %. Dan masih dipotong lagi uang yang lu gunakan untuk berfoya-foya selama satu setengah tahun terakhir yang totalnya hampir 1,3 miliar. Jadi sisanya 8,1 miliar. Jadi dari 800 episode itu lu hanya bisa membayar 8,1 miliar ke Bu Carlota. Yang artinya, hutang lu ke Bu Carlota masih sekitar 15 miliar!"
Tubuh Rangga terasa lemas ia mengisut merebahkan dirinya sejenak ke sofa. Lalu seketika terduduk kembali. "Lu nggak korupsi kan?"
"Apa lu bilang?" Gerald memicingkan matanya ke arah Rangga.
"Nggak. Nggak jadi bilang," kilah Rangga. Ia takut jika Gerald murka karena tuduhannya. Terlebih Rangga sebenarnya tahu jika Gerald tidak akan melakukannya.
"Lu lebih baik menerima perjodohan itu. Jika lu menerimanya, hutang lu dianggap lunas, dan lu mendapatkan kembali uang yang sudah lu bayarkan ke Carlota," saran Gerald.
"Gue gak bisa dan gue gak mau."
"Ya, nikmati saja posisimu sebagai sapi perah," ujar Gerald santai, lalu kembali mengambil buku bacaan dan kacamatanya.