Setelah melakukan berbagai prosedur pemeriksaan, Kayla merasa lega. Jika Kanker yang di derita ibunya masih memiliki peluang yang besar untuk disembuhkan. Hanya saja ibunya harus dirawat di rumah sakit untuk sementara, untuk observasi dan mempersiapkan operasi pengangkatan jaringan kanker yang menyerang salah satu kelenjar getah bening ibunya.
"Tidurlah. Kamu nanti capek menjaga ibu," kata Ratna meminta Kayla tidur, saat melihat Kayla masih sibu memainkan ponselnya di atas sofa penunggu pasien. Kali ini giliran Kayla yang menemani ibunya di rumah sakit, karena Kiara baru saja mendapatkan banyak tugas kuliah dari dosennya.
"Kayla belum mengantuk, Buk. Lagi pula ini masih jam 8 malam."
"Kamu sudah 2 hari tidak pergi syuting. Apa yang terjadi?"
"Aku mengundurkan diri, Buk. Aku ingin fokus menjaga ibu," jawab Kayla.
"Kalau kamu tidak bekerja, bagaimana bisa membayar biaya operasi, nak? Ini menjadi pertanyaan ibu sejak tadi pagi saat kamu membawa ibu ke rumah sakit. Apa kamu meminjam uang pada temanmu?"
Kayla menghela napas panjang. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Ratna.
"Tidak, Buk. Kayla baru saja menerima pekerjaan lain. Dan Kayla sudah mendapatkan uang muka ketika menandatangi kontrak," jelas Kayla.
"Tapi, bagaimana bisa jumlahnya banyak untuk membiayai operasi ibu? Apa kamu mendapatkan peran utama?"
"Iya Buk. Alhamdulillah," jawab Kayla berbohong. Sebenarnya ia merasa berdosa dengan jawabannya barusan. Tapi, jika ibunya tahu bahwa uang yang ia dapatkan itu dari penjanjian yang ia buat dengan Carlota untuk bercinta dengan Rangga, pasti ibunya akan sangat marag dan tidak mau menggunakan uang Kayla.
Terpaksa Kayla merancang kebohongan. Ia takut sel kanker itu semakin menyebar dan membahayakan nyawa ibunya.
"Oh begitu. Ya sudah. Ibu percaya, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan," ujar Ratna. Kayla mengangguk pelan sembari tersenyum.
"Sekarang kamu tidurlah. Istirahat," pinta Ratna.
"Baik, Buk."
Kayla kembali ke sofa dan merebahkan dirinya. Ia mencoba beristirahat. Namun, Kayla masih tidak ingin tidur. Ia hanya ingin merebahkan dirinya sembari bermain dengan gawainya.
Notifikasi pembersihan memori ponsel muncul di layar ponsel Kayla.
"Ck!" decak kesal Kayla. Wajar saja, ponsel yang Kayla gunakan memiliki ROM yang kecil.
Kayla kemudian membuka kembali galerinya. Ia mengernyitkan dahinya ketika melihat foto dirinya dan Rangga di hotel waktu itu masih tersimpan di galeri ponselnya. Kayla ingat betul jika waktu itu Carlota telah menghapus foto itu.
Merasa foto itu tidak lagi berguna, Kayla mencoba menghapusnya. Tapi gagal. File foto itu tidak bisa dihapus!
Kayla semakin heran. Apa karena virus? Atau memang ponselku sedang rusak. Ah, sial, batin Kayla.
Ia menghela napas panjang dan menatap foto Rangga. Tidak sadar Kayla memperhatikan lesung pipit yang cekung di pipi Rangga saat tersenyum.
"Bisa-bisanya dia tersenyum saat tertidur," ujar Kayla bermonolog pelan. "
Kalau dilihat-lihat, ia tampan juga, batin Kayla. Manik matanya melebar menyadari pikiran bodohnya. Ia menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak-tidak! Jangan memikirkan hal tidak penting. Dia hanya pria yang kekanak-kanakan," kata Kayla bermonolog.
"Kenapa, nak?" tanya Ratna. Ia merasa mendengar sesuatu dari arah sofa.
"Tidak, Buk. Kayla hanya membaca artikel," kilah Kayla.
"Oh, ya sudah. Buruan tidur ya."
"Iya, Bu."
Kayla meletakkan ponselnya. Mencoba memejamkan matanya untuk menghindari pikirannya yang mulai terisi dengan orang yang paling dihindarinya itu.
***
Hari kedua Rangga tidak melihat keberadaan Kayla di lokasi syuting. Ini membuatnya bertanya-tanya. Ia merasa jika setelah kejadian malam itu, Kayla berusaha menghindari dirinya. Terutama saat Kayla menolak sarapan yang ia berikan hari itu.
Rangga mengurut pelipisnya. Mengingat kembali semua kejadian kemarin, siapa tahu saja ia telah melakukan kesalahan pada Kayla.
"Hm, tidak ada. Aku tidak melakukan kesalahan. Apa karena Kayla merasa jika aku kurang dewasa, sehingga Kayla menjauhiku?" tanya Rangga bermonolog.
Ia menyandarkan punggungnya di kursi putar. Kakinya sibu mendorong dan memutar kursi yang ia duduki. Sementara kepalanya sibu memikirkan, penyebab Kayla menolaknya. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada wanita yang bisa menolak ketampanan dan pesona Rangga. Kenapa Kayla malah begitu acuh padanya? Padahal mereka telah menghabiskan malam bersama. Apa karena Kayla saat itu tidak sadarkan diri? Sehingga Kayla tidak memiliki keinginan untuk mengenal Rangga lebih dekat.
Segala spekulasi bergema di kepala Rangga. Ia masih tidak habis pikir. Biasanya ia yang sekuat tenaga mencari cara untuk menjauhi wanita-wanita yang mengejarnya. Hingga membuat sandiwara, berjalan bersama sesama laki-laki dengan bergandengan tangan.
Ya. Itu pernah Rangga lakukan saat menghindari salah seorang wanita yang hanya ingin ia kencani semalam. Ia berpura-pura bergandengan mesra dengan Gerald di sebuah Mall, di hadapan wanita itu. Hingga wanita itu merasa hilang feeling dengan Rangga. Dan kejadian itu berakhir dengan tamparan Gerald ke pipi Rangga. Gerald merasa jijik setelah tangannya digenggam mesra oleh Rangga.
"Hahaha," kekeh Rangga ketika mengingat kejadian konyol itu lalu kembali lagi mengingat Kayla. Menyebalkan sekali saat mengetahui Kayla tidak menginginkan Rangga.
"Apa salahku pada Kayla? Atau jangan-jangan ...!" Bola mata Rangga melebar mengingat kembali acara infotainment itu. "Jangan-jangan Kayla sakit hati padaku karena aku menunjukkan pada kru saat ia berperan menjadi properti?" Rangga buru-buru menggelengkan kepalanya. "Ah tidak. Kayla tidak selemah itu."
Rangga merasa buntu menganalisis perasaan Kayla.
"Woy!" panggil Gerald yang langsung membuka pintu ruangannya. Rangga mencoba tidak peduli. Ia merasa jatah adegannya hari ini sudah ia selesaikan. Jadi ia bisa bersantai untuk memikirkan Kayla.
"Woy! Tuli ya, lu?" ulang Gerald yang tampak kesal dengan sikap Rangga yang tidak menghiraukannya.
"Ada apaan sih? Lu menganggu imajinasi gue aja!" ucap Rangga. Kini sembari memejamkan matanya santai.
"Oh, ya sudah. Aku akan katakan pada Bu Carlota jika kamu tidak ingin menemuinya." Gerald hendak beranjak.
Seketika mata Rangga terbelalak mendengar nama Carlota. "Dimana dia?" tanya Rangga.
"Oh, aku kita lu gak tertarik."
"Bilang aja dia dimana?"
"Bu Carlota menunggumu di luar."
Rangga lalu bergegas ke depan rumah yang dijadikan lokasi syuting itu untuk menemui Carlota.
"Ah, anakku. Mommy merindukanmu," sambut Carlota sembari melempar senyum ke arah Rangga dan mengulurkan tangannya. Ia hendak memeluk anak tunggalnya itu. Uluran tangan yang langsung disambut Rangga dengan pelukan.
"Mommy, kenapa datang kesini? Malam-malam pula," tanya Rangga heran. Tidak biasanya Carlota menyusul Rangga ke lokasi syuting.
"Hm, Mommy ingin mengenalkanmu pada seseorang," kata Carlota. Ia lalu melambaikan tangannya ke arah mobil Mercy miliknya, memanggil seseorang.
Kaki jenjang tampak lebih dulu turun dari mobil itu, kemudian menampilkan seorang wanita bergaun silver yang sangat cantik. Wanita itu berjalan dengan anggunnya ke arah Carlota dan Rangga.
"Kalita, kenalkan. Ini Rangga, anak tante," kata Carlota memperkenalkan Kalita pada Rangga. Mereka berdua pun berjabat tangan sembari tersenyum.
Manik mata Rangga berpindah menatap ibunya. "Ini siapa ya, Mom?" tanya Rangga.
"Hm, ini calon istrimu."
"Hah?" Mata Rangga seketika terbelalak. Calon istri!