"Kayla, wanita berusia 22 tahun ini sangat totalitas lho dalam berakting. Ia pernah masuk ke sungai keruh untuk mengganti pemain utama. Dan yang paling seru, saat Kayla menjadi extras talent di sebuah FTV berjudul Interns. Tokoh utama FTV itu harus mengalami kecelakaan fatal karena terantuk batu. Dan di lokasi syuting tidak terdapat batu yang memadahi. Alhasil, kru FTV mempermak Kayla menjadi sebuah batu ...," jelas pembawa acara infotainment.
"AHAHAHAHAHAAAAA ..."
Gelak tawa semua orang di ruangan itu, sontak menggema. Beberapa dari mereka, ada yang berada di lokasi syuting saat Kayla memerankan peran bodoh itu.
Kayla ikut tertawa untuk menutupi perasaannya. Padahal di dalam hatinya, ia sudah menangis beraung-raung dan berharap dirinya menghilang dari ruangan itu.
"Pak Adi paling keras ketawanya. Pak Adi ya yang jadi sutradaranya?" goda salah satu pemain extras yang lainnya.
"Enak saja. Mana mungkin aku tega menyuruh Kayla yang sudah cantik begini dan diminta memunggkuk tertutup kardus dan kain hijau," bantah Pak Adi.
Rangga tampak masih terkekeh sembari memegangi perutnya. "Hahahhaha, jadi batu. Hahahaha. Ya lord. Kayla ... Kayla ...."
Kayla melirik sebal ke arah Rangga dan berganti ke arah kru lain yang masih terpingkal-pingkal.
"Lu syuting dimana sih itu? Hahahaha, sumpah. Gue kira jadi peran pengganti masuk ke sungai keruh itu sudah paling totalitas. Ini ... hahahahah ... jadi batu."
Kayla menghela napas panjang, berusaha ikut tertawa meskipun dalam hatinya mengumpat habis-habis. Sialan memang mereka semua, batin Kayla.
"Waktu itu di studio. Itu FTV budget-nya murah. Jadi adegan kecelakaan dilakukan di studio untuk menghemat biaya transportasi," jelas Kayla.
"Hahahaha, masih nggak masuk akal. Seharusnya bisa kan menggunakan properti lain kemudian di-edit," bantah Vano.
"Tunggu," sahut Rangga sembari menghentikan tawanya, ia membuka ponselnya. "Aku pernah punya dokumentasi FTV berbiaya rendah. Dan ada yang berperan menjadi kursi."
Rangga kemudian menyerahkan ponselnya pada Vano. Kru yang lain berkumpul di belakang Vano untuk menyaksikan video dari ponsel Rangga.
Video itu menampilkan semua drama kolosal. Hampir semua latar belakang menggunakan green screen. Tampak seseorang dengan kostum hijau duduk membungkuk. Dan seorang wanita yang berpakaian seperti putri datang dan duduk di singgasana. Wanita yang berpakaian seperti putri itu lalu menopangkan kakinya ke atas punggung seseorang yang membungkuk.
Hingga adegan selesai, dan seseorang yang membungkuk tadi berdiri, melepas topeng warna hijau yang ia kenakan. Menampilkan wajah Kayla. Sontak gelak tawa kembali riuh terdengar.
"Hahahha, lah ini kan Kayla juga? Hahahaha," kejut Vano tidak menyangka.
"Masa sih? Gue nggak perhatian." Rangga lalu mengambil ponselnya kembali. Menonton video koleksinya lebih seksama. "Lah, iya bener, ini Kayla. Haahahahha."
Kayla memejamkan matanya sesaat. Ia benar-benar ingin menghilang dari ruangan ini sekarang. Namun, Kayla mencoba bertahan. Mengingat ini adalah hari terakhirnya di lokasi syuting.
"Kayla, besok kamu jadi tempat payung ya," ledek Adi sang sutradara.
"Hahahah, beres!" jawab Kayla. Ia sengaja meninggikan volume suaranya. Ia tampak tertawa padahal ia sedang sangat kesal.
Sekali lagi, yang terdengar hanya gelak tawa riuh di ruangan itu dan membuat Kayla jengah.
"Aduh, mules nih, mau ke toilet, latihan jadi kloset," sinis Kayla lalu permisi meninggalkan para kru dengan candaan mereka tentang Kayla.
Kayla mengunci pintu rapat-rapat. Ia duduk di atas kloset. Menangis sejadinya. Ia teringat tentang alasan mengapa ia menerima peran itu. Peran bodoh yang mereka semua tertawakan itu menjadi penyelamat hidup keluarganya kala itu.
Saat itu, keluarganya sedang kesulitan keuangan. Bahkan, beras untuk makan pun tidak ada. Kayla menerima tawaran peran itu dengan bayaran setara dengan harga 10 kilogram beras per harinya. Karena Kayla memang tidak memiliki pilihan. Bahkan, saat itu, Kiara—adik Kayla—sedang demam. Dan Kayla menggunakan uang terakhirnya untuk membeli satu strip paracetamol, ia tidak mampu barang hanya untuk membawa adiknya berobat.
Hingga seorang sutradara film kolosal itu menghubunginya karena membutuhkan pemain tambahan secara mendesak. Rejeki yang tidak pernah disangka Kayla saat itu.
Film kolosal berseries itu memang ber-budget rendah. Sangat minim pemain dan minim properti. Mereka mengandalkan editing dari software ala kadarnya. Dan Kayla menerima tawaran itu demi menyambung hidup. Ia memerankan banyak peran remeh di film kolosal berseri itu. Karena hanya ada 4 pemain extras yang bergantian di banyak adegan.
Kala itu, biaya transportasi saat akan berangkat ke studio memang diganti oleh pihak rumah produksi. Tapi, tidak untuk biaya transportasi pulang ke rumahnya. Kayla memilih berjalan kaki malam-malam sejauh 8 kilometer demi menghemat ongkos taksi. Semata-mata agar dapur di rumahnya bisa mengepul esok hari.
Hati Kayla terasa sakit ketika kepayahannya dijadikan bahan candaan. Bukan karena ia ingin mengambil peran sembarangan. Ia hanya sadar diri jika dirinya memang tidak punya pilihan. Dan semua orang yang berada di ruang tengah itu tidak tahu. Lagi pula, apa salahnya menjadi pemeran extras. Bukankah setiap produksi film atau sinetron juga akan kelimpungan jika tidak ada peran extras?
Bahkan, para artis yang terlibat di dalam syuting sinetron Arranged Marriage ini, tidak pernah memerankan peran konyol. Paling remeh peran para pemain extras di sinetron ini hanya sebatas pembantu rumah tangga, tukang sapu, dan lainnya, yang setidaknya masih berwujud manusia normal. Tidak ada satu pun dari mereka yang memerankan sebuah properti.
Kayla menarik napas dalam beberapa kali untuk menghentikan tangisnya.
"Tenang Kayla, abaikan. Ini hari terakhir. Besok kamu akan mengundurkan diri dan fokus pada pengobatan ibumu. Tenang Kayla. Mereka semua hanya tidak tahu," ujar Kayla pada dirinya sendiri.
Kayla beranjak ke wastafel. Menatap wajah dirinya dan menghapus airmatanya. Ia kemudian mengambil tisu dan membasuh wajahnya dengan tisu yang sudah ia basahi dengan air. Ia tidak ingin menampilkan kesedihannya dihadapan semua orang.
Berpura-pura menjadi gadis yang tidak tahu malu dihadapan orang lain lebih baik baginya. Dari pada bersedih seolah mengharapkan belas kasihan orang lain atas nasib malang yang selalu menimpanya.
Ketika Kayla kembali, hanya tersisa 2 orang sesama pemain extras. Sedangkan Rangga dan kru yang lain telah kembali untuk mengambil gambar.
"Lama sekali kamu di kamar mandi?" tanya salah seorang pemain extras yang masih asik menyantap pizza.
"Iya, agak susah. Sepertinya aku harus banyak makan makanan berserat," jawab Kayla sembari memegangi perutnya. Berpura-pura sedang memiliki masalah pencernaan.
"Makanan lu pizza mulu sih," ujar salah seorang pemain extras itu.
Kayla hanya tertawa singkat dan ikut makan bersama rekan sejawatnya itu.