Rekaman cctv ya, kenapa Anna tak pernah terpikirkan hal ini dari dulu. Anna menarik nafasnya sejenak kemudian beranjak dari kursinya. Dengan penuh semangat Anna bergegas pergi keruangan pemantau cctv.
"Ayo Lau kita liat siapa stalker baj*ngan buriq yang ganggu gue, liat aja gue ga akan kasih ampun." Tukas Anna.
"Iya na langsung lapor aja ke polisi, orang kaya dia gabisa dibiarin berkeliaran terus menerus." Jawab Laura sambil membaca pesan di ponselnya dengan seksama. "Haduh kebiasaan." Gumamnya.
"Kenapa Lau?" Anna bertanya bingung karna kelihatannya Laura terlihat kesal sesudah membaca pesan di ponselnya.
"Ini adik gue, gabisa gitu ditinggal sebentar ngurus toko. Kekurangan stok bahan tiba-tiba terus pesenan menu baru kita membludak." Laura menghela napas di akhir kalimatnya, keliatannya Laura cukup kesal, dia membalas pesan tersebut sambil mengernyitkan alisnya.
"Kan udah gue bilang cari karyawan lagi aja Laura, kan lo jadi repot begini kalau lo terus-terusan ngatur semuanya sendiri." Saran Anna sambil memegang pundak sahabatnya guna menenangkan.
"Gue masih belum bisa percaya sama orang lain buat nyerahin toko gue na, toko itu susah-susah gue bangun dengan hasil jerih payah gue sendiri." Laura menjelaskan.
"Yaudah gue ngerti tapi ga ada salahnya coba cari orang berkompeten daripada lo terus kerja sendiri mending adik lo ngerti Lau, kasian juga dia." Ujar Anna.
Laura menghela napas berat, "Ya.. lo ada benernya sih, udah itu biar nanti sekarang kita liat siapa baj*ngan stalker itu dulu.
Tak butuh waktu lama mereka berdua sampai di depan pintu pengawasan cctv. Tok! Tok! "Permisi Pak Rudi, kami boleh masuk?" Anna mengetuk pintu sambil memanggil nama sang security yang bertugas di bagian cctv.
Anna dan Laura sama-sama bingung ketika tak ada jawaban dari dalam ruangan cctv. Tok! Tok! Tok! "Pak Rudi." Anna berkali-kali mengetuk dan memanggil tetap saja tak ada jawaban dari dalam.
Anna mendekatkan telinganya ke pintu guna memastikan apa ada tanda kehidupan di dalam. Sangat hening, dengan agak ragu Anna membuka kenop pintu ruang cctv.
Untungnya pintu tak terkunci, "Halo Pak Rudi-" Pintu dibuka Anna perlahan, tak ada seorang pun disana. Dan mereka berdua begitu terkejut ketika layar besar pengawasan cctv itu, hanya menampilkan ruangan Anna.
"Gila.." Laura tak bisa berkata-kata. "Jangan bilang Pak Rudi stalkernya."
"Hush itu ga mungkin." Anna mengelak, "Pak Rudi orang yang baik, dia sayang banget sama keluarganya Lau. Waktu awal gue kesini dia selalu bantuin gue dan selalu muji istrinya." Anna mencari ke sekitar ruangan barangkali ada petunjuk lebih. "Gue yakin bukan Pak Rudi."
"Ya terus siapa lagi na jelas-jelas disini dia cuma nampilin lo di layar cctvnya, psiko banget kaya orang terobsesi."
"Biar gue liat rekaman cctv hari ini pas gue tidur, biasanya stalker itu selalu naruh minuman di sembarang meja karyawan lain tapi gue yakin hari ini dia pasti naruh sendiri karna selama gue kerja disini, ga ada karyawan yang berani masuk ke ruangan gue sebelum gue kasih izin masuk." Ujar Anna sambil mengutak atik sistem cctv.
"Lo ngerti nganu beginian?" Laura bertanya ragu karna sejujurnya baru melihat sistemnya saja dia pusing karna begitu banyak tombol yang terpampang.
"Ini mudah, tinggal atur jam, tanggal dan.. play." Anna menekan tombol play dan cctv itu memutar kejadian hari ini ketika Anna sedang tidur.
Seorang pria masuk, dia bukan Pak Rudi, bukan karyawan atau siapapun melainkan dari pakaiannya. "Petugas bersih-bersih?" Dengan pakaian itu, pria yang dimaksud si stalker menaruh minuman di meja Anna, menatap Anna agak lama dan mengelus rambutnya.
Anna men-stop dan men-zoom layar cctvnya, perasaan Anna jadi tak nyaman ketika melihat stalker itu mengelus rambutnya. "Menjijikan." Gumam Anna sambil menatap penuh emosi stalker tersebut.
"Apa ini apaan?! Udah di zoom mukanya ga keliatan pake topi masker begitu pula ah ini sia-sia. Kita gabisa kasih bukti ga jelas ini ke polisi." Laura kesal sekaligus kecewa dengan pertunjukan cctv ini.
"Sabar Lau kita bisa ungkap pelakunya sendiri, dari pakaian itu-" Anna menekan tombol on all speaker dan berbicara lewat mic yang ada di ruangan cctv.
"Selamat siang maaf menggangu waktu kalian bekerja, panggilan, semua petugas kebersihan harap berkumpul di ruangan sekretaris Anna. Diulangi, semua petugas kebersihan harap berkumpul di ruangan sekretaris Anna, terimakasih." Ada penekanan pada kalimat Anna di akhir.
"Wah lihatlah Anna yang kalem dan santai sekarang lagi marah besar." Laura tau itu, mode gahar Anna. Tatapannya menjadi kosong dan seketika penuh emosi dan kemarahan.
Laura menyisir surai hitam panjangnya ke atas dengan tangan. "Gue bakal dapetin lo baj*ngan."
"AAAKHHH!!!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita yang sangat keras. "Suara itu sepertinya dari gudang." Anna bergegas lari ke sumber suara di satu sisi Laura mendapat panggilan dari adiknya dan waktu itu mengharuskan Laura untuk kembali ke tokonya.
"Ah sorry na gue harus pergi, haduh gue bakal ketinggalan kejadian seru deh hari ini." Laura terpaksa kembali dengan hati yang gusar, "Semoga lo baik-baik aja na, gue tau lo selalu bisa ngadepin semuanya."
Di sumber suara penuh keramaian, penuh karyawan yang berbisik serta berbincang dan mereka berebut pandangan ke suatu tempat. Nafas Anna terengah, "Ada apa ini kenapa kalian meninggalkan meja kalian? Ini waktunya bekerja! Cepat kembali ke meja kalian!" Anna memerintahkan dengan tegas.
Mereka semua menurut dan bubar hanya menyisakkan beberapa karyawan. Ada beberapa orang yang bergumam membicarakan Anna.
"Apasih dia cuma jadi sekretaris blagu banget."
"Haha iya kesayangan direktur jangan-jangan dia cewek simpenannya lagi."
"Eh iya masa enak banget dia punya ruangan dan akses lebih sendiri padahal cuma sekretaris."
"Paling ngegoda pak direktur pake tampangnya."
Anna sudah biasa mendengar itu, "Justru gue disini karna gue dipercayain jaga perusahaan pas direktur kesayangan kalian lagi ada perjalanan bisnis." Anna tak begitu menghiraukan perkataan mereka karna faktanya mereka hanya orang iri yang tak mampu.
Bagi Anna hanya buang-buang waktu jika meladeni orang iri, lebih baik bungkam saja mereka dengan aksi nyata dan buktikkan dengan kerja keras. Mereka akan terdiam sendiri.
Menyisakkan beberapa karyawan di tkp. "Ada apa ini?" Anna bertanya dan sejujurnya ia cukup kaget mendapati Pak Rudi tanpa pakaian, diikat dan tertidur diatas lantai gudang yang berdebu dan dingin. Tubuhnya pucat, ada beberapa luka memar. Mulut dan matanya ditutupi lakban.
"Pak Rudi.." Anna turun mengecek apakah Pak Rudi masih hidup atau tidak.
"Saya ke gudang untuk bersih-bersih terus ngeliat Pak Rudi udah tergeletak kaya gitu." Ucap wanita yang tadi berteriak dia juga salah satu petugas kebersihan perusahaan.
"Dia masih hidup, bawa Pak Rudi ke RS terdekat, cepat!" Anna memerintahkan beberapa karyawan yang masih ada disana.
"Kamu gausah ikut." Anna merujuk petugas wanita yang tadinya ingin ikut pergi. "Bawa semua temen-temen kamu dan menghadap ke saya, kamu denger kan pengumuman saya di speaker tadi." Suara Anna terdengar dingin jelas sekali ia menahan emosinya sekarang.
"B- baik bu sekretaris."
***
Sekarang ini nampak seperti sidang pengakuan kecil, berjejer semua petugas kebersihan di hadapan Anna. Anna berusaha tenang dan menahan emosinya sebisa mungkin.
Suasana sangat hening dan jadi mencekam, tak ada yang berani mengeluarkan sepatah katapun.
"Apa ada salah satu diantara kalian yang hari ini masuk ke ruangan saya tanpa izin?" Anna mengawali dengan pertanyaan.
Mereka semua serentak terdiam dan tak menatap mata Anna, mereka menunduk. Anna makin pening, ya wajar saja mana ada maling ngaku penjara penuh kali.
Anna memijat pelipisnya sambil melihat satu-persatu petugas kebersihan yang berjejer di hadapannya, siapa tau ada yang penampilannya mirip dengan yang ditampilkan cctv, "Saya tanya sama kalian, siapa yang masuk ke ruangan saya hari ini? Ada yang tau? Tinggal dijawab aja saya lagi bertanya pada kalian-"
"Apa untungnya buat kami jika sekarang memberi tau hal itu kepada bu sekretaris?" Salah satu petugas kebersihan, pria yang tubuhnya lebih besar dan tinggi berbicara.
Yang lainnya sontak menengok, "Dia udah gila kali ya." Ada yang bergumam pelan.
Anna menyeringai dan mendekat pada petugas kebersihan pria itu. Sialan, gue rasa babon bertingkah ini harus diberi sedikit pelajaran. Anna membatin sambil menatap dingin pria itu.
Baiklah, ayo kita lihat sampe mana lo bakal angkuh dan bertahan di posisi itu. |- Anna