Chapter 7 - Hi ex

Siang hari saat jam makan siang Anna mampir ke toko kue sahabatnya Laura, bukan usut punya usut Anna yang selalu sibuk menyempatkan diri kesana.

"Gue kan udah bilang Lau jangan ngasi nomer gue tanpa izin." Anna memijat pelipisnya merasa gundah sembari menyeruput cairan kafein di cangkirnya yang hangat secara perlahan.

"Maaf na dia maksa banget soalnya karna disini juga lagi ribet jadi gue asal kasih deh." Laura memohon ampun dan menjelaskan agar Anna tak marah.

Anna menghela napasnya, "Ya mau gimana lagi dia emang maksa banget, gue juga terpaksa buat kontrak sama dia."

"Kalau dipikir lumayan kan na dia majalah yang diminati orang-orang dan lo juga bisa keluar dari zona monoton hidup lo, ga ada salahnya buat dicoba." Ucapan Laura membuat Anna tertegun, ada benarnya juga pikir Anna.

"Oh iya gimana OB babon yang lo ceritain waktu itu?" Laura bertanya karna penasaran.

"Ya dia harus dapet pelajarannya, orang kaya dia gapantes tetep ada di kantor kita." Anna tersenyum miring di akhir kemudian mengambil beberapa biskuit di meja dan memakannya.

"Sadiss deh haha." Laura lega sekaligus senang mendengarnya.

***

Kehidupan berjalan normal, beberapa hari kedepan Anna juga sudah bisa pindah ke apartemen barunya.

Stalker itu tak pernah muncul kembali tapi firasat Anna mengatakan dia pasti akan muncul lagi dan ketika waktu itu tiba, Anna bersumpah akan memancing buruannya sampai dapat.

Hari ini jadwal pemotretannya. Sesuai jam, Anna hadir sendiri dan sekarang gadis cantik itu berdiri didepan gedung Magenta magazine dengan anggun dan rapih.

Anna menatap diam gedung tersebut sebentar, memantaskan niatnya meski hanya terpaksa, "Ya sesuai kata Laura ngga ada salahnya menco-"

"KAK ANNAA!!" Tiba-tiba seorang pria muncul entah darimana memeluk Anna erat dari belakang.

Suara ini, Anna membatin sesaat karna jengkel lalu menyikut perut pria yang barusan memeluknya.

"Aaak! Sakit.. Kak Anna kok kasar banget sih samaku, aku kan cuma mau nyapa, aku kangen tau." Pria itu meringis kesakitan dan mengomel sambil memegang perutnya.

Tak mungkin Anna tak langsung mengenalinya, Johan Dresta, amantan pertama Anna. Orang yang menghancurkan hidup dan hati Anna pertama kalinya dulu sekarang dia berdiri merengek didepan Anna.

Sungguh jangkrik menyebalkan. Anna menatapnya tajam, di posisinya sekarang ia tak merasa takut lagi, tak lagi seperti dulu.

"Kak Anna kok diem aja natep Johan gitu, Johan sakit tau disini." Rengekan itu membuat Anna jengkel dan risih.

"Kamu bukan anak kecil lagi perhatikan etika sopan santunmu." Anna membalasnya singkat dan berbalik memunggungi Johan, "Memeluk orang lain tanpa izin, saya bisa laporkan tindakan ini sebagai pelecehan."

Ekspresi Johan yang menatap Anna dari belakang langsung berbeda, tatapannya menyiratkan sesuatu. 'Wah lihat siapa ini yang bicara, Anna anjingku sekarang udah berani nentang ya.' Johan membatin.

Kak Anna tunggu aja aku bisa dengan mudah mainin kartuku dan buat kakak jadi milikku lagi. |-Johan

Anna tau itu tapi ia menghiraukannya, Johan yang daritadi menatapnya dari belakang dan mengikutinya. Firasatnya jadi tak enak.

Anna berbalik seketika membuat Johan agak terkejut, "Apa yang lo lakuin? Ngikutin gue kaya penguntit? Mau lo apa?" Anna sudah kehabisan emosi sampai meninggikan nadanya.

"Kak santai dong akukan juga kerja disini." Johan manyun mungkin menurut orang lain dia menggemaskan tapi bagi Anna itu justru menjijikkan.

Anna hanya diam ditempat menatap sinis pada pria dihadapannya berharap agar Johan menjauh.

"Kenapa kakak jahat banget samaku sih kan kita udah lama ga ketemu." Tanpa izin Johan mendekat dan membalas tatapan Anna lekat.

Jahat Johan? Kamu gasadar apa yang dulu kamu lakuin itu lebih jahat, Anna membatin.

"Akukan kangen kakak, aku kesepian ga ada kakak." Johan berupaya membelai rambut Anna. Anna terdiam sejenak di lamunannya, kejadian masa lalu yang dulu selalu mengikatnya. Dulu Anna bersusah payah untuk lepas tapi sekarang kenapa malah kembali lagi?

Ini benar-benar menyebalkan.

***

*Flasback ONN*

Anna yang dulu memanglah tak seperti sekarang, dari segi penampilannya Anna dikenal sebagai gadis culun namun meski begitu Anna adalah gadis yang sangat pintar.

Anna gadis lugu itu jatuh cinta pertama kalinya saat SMP ketika ia menduduki bangku kelas 9, pada pandangan pertama Anna jatuh hati pada adik kelasnya. Ya itu dia, Johan Dresta Purnomo.

Waktu itu Anna tak sengaja menabraknya di perpustakaan. Johan, orang yang sangat hangat dan aktif, Anna jatuh hati dengan senyum hangat yang diberikan Johan serta perlakuan lembut pria itu kepadanya.

"Kakak gapapaa kan?? Maafin Johan, maaf yaa Johan ga fokus jalan tadi." Dan tingkahnya menurut Anna sangat mengemaskan.

"Kak?" Johan menyadarkan Anna yang terpesona sesaat.

"A- ah iya gapapa kok."

Hari itu adalah awal, awal buruk yang sebenarnya tak Anna ketahui.

Mereka dekat dengan cepat dan Anna pertama kalinya menyatakan perasaan dengan Johan melalui surat. Aku suka kamu. Berawal dari tulisan itu hidup Anna sepenuhnya berubah.

"Kita pacaran ya kak sekarang." |-Johan

Awalnya semua berjalan baik.

"Kakak janji kan samaku sampai kapanpun ga akan ninggalin Johan."

"Aku sayanggg banget sama kakak."

"Kakak coba lepas kacamatanya, ah lucu banget Johan suka! Kakak lucu banget!"

"Boleh kan Johan peluk kakak?"

"Kakak, makasih yaa udah ada untuk Johan."

Tapi hal itu hanya sesaat dan tak butuh waktu lama untuk mengetahui semuanya.

"Sayang kenapa kamu ga jawab pesanku terus ini kenapa kamu- kamu post foto sama cewek lain sedangkan kamu gapernah post fotoku." Ya disini Anna menangis meminta penjelasan, Johan yang mendadak berubah lebih meluangkan waktu untuk teman-temannya.

"Kak itu cuman temen jangan berlebihan deh aku gasuka." Johan merasa risih dia sama sekali mengabaikan ucapan dan tangisan Anna.

"Temen? Ini yang kata kamu temen? Sampe nginep bareng dipuncak gunung berdua? Kamu bilang temen?" Anna terus mendesak meminta kejelasan.

"Emang temen kak dia aja udah punya cowok kok lagian itu cuma have fun bareng, masa aku gaboleh seneng-seneng." Johan meninggikan suaranya dan kekeh atas ucapannya.

"Kalau gitu kita putus aja." Anna mengucapkannya hal itu membuat Johan diam sebentar seraya mengepalkan tangannya.

Anna menahan sakit di hatinya yang amat sakit, cinta pertamanya, hubungan pertamanya harus hancur seperti ini, "Aku gabisa terus-terusan digituin aku juga punya perasaan-"

"Tapi kakak sayang samaku kan, kakak gabisa kan tanpa aku, aku tau kakak sayang samaku." Johan memegang pundak Anna dan menatapnya, "Kalau kakak sayang samaku jangan pergi."

Dan hari itu berlalu, mereka selalu ribut dan cek cok satu sama lain. Kadang Anna harus memendam sakit hatinya karna Johan sampai akhirnya Anna sangat lelah.

"Ayo putus." Anna ingin mengakhiri meski sakit. "Ya aku emang sayang sama kamu tapi hal itu bikin aku cape."

"Oke." Johan meng-iyakan.

Anna cukup kaget dengan segampang ini Johan mengatakan itu tanpa ada rasa beban atau apapun dan hari itu Anna menyadarinya.

"Kakak cape sayang samaku? Aku sendiri gapernah sayang sama kakak, kakak itu cuma bahan taruhan." |-Johan

Deg! Mendengar ucapan itu, semua kaca di hati Anna nampaknya retak dan hancur seketika, taruhan katanya. Johan melakukan semua itu dan bilang itu taruhan. Tak ada yang bisa Anna lakukan selain menangis dan merasakan sakit yang amat dihatinya, luka yang sangat pedih di hatinya.

Senyuman, perkataan, dan semuanya itu hanya pura-pura untuk taruhan?

Lupain masalah itu kak udah terlanjur, kak Anna kan udah janji ga akan ninggalin Johan, kakak udah janji lho. |-Johan

Karna Anna orang yang tak bisa mengingkari janji, semenjak saat itu Anna masih berhubungan dengan Johan sembunyi-sembunyi karna Johan tak mengakuinya, namun 180 derajat hidup Anna berubah. Anna dibully habis habisan oleh seisi sekolah.

Dengan julukan, Anna pembohong besar, yang ngaku-ngaku pacaran dengan Johan.

*Flashback OFF*

***

Sesaat setelah sadar dengan cepat Anna menepis kuat tangan Johan yang tadi hendak membelai rambutnya. Johan kaget, pikirnya, ini bukan Anna yang dikenalnya dulu kenapa sekarang Anna miliknya jadi seperti ini?

Anna menatap dingin pria yang lebih tinggi dihadapannya, "Gue udah bilang jangan asal sentuh, gue bisa aja lapor ini ke polisi."

Sampai kapanpun gue ga akan jatuh lagi kedalam panggung sandiwara manis lo itu Johan. |-Anna