Chereads / Rectangle -Revenge of 3 crazy ex / Chapter 8 - See u my dog

Chapter 8 - See u my dog

*Flashback ONN*

"Lupain masalah itu kak udah terlanjur, kak Anna kan udah janji ga akan ninggalin Johan, kakak udah janji lho."

Janji ya, sebenarnya hal bodoh jika Anna menuruti ucapan Johan namun pada waktu itu Anna tak bisa berpikir jernih ketika lelaki yang disayanginya menangis sambil memeluk Anna.

Padahal jelas Johan menyakiti Anna, padahal jelas Anna adalah bahan taruhan, jelas jika Johan hanya berpura-pura menyayangi Anna tapi saat itu Anna goyah.

"Kakak kan hiks- katanya gamau ninggalin Johan, kakak udah janji, kakak jangan gitu. Lupain aja hal itu tapi Johan gamau kakak pergi.." Sambil terisak Johan menangis, memohon, dan memeluk erat Anna. Hal itu membuat  Anna tidak tega.

Karna Anna tulus menyayangi, Johan yang merupakan cinta pertama Anna; Memberi efek dan relung besar di hatinya.

Anna mengelus surai coklat muda Johan dengan lembut, lagipula janji adalah janji pikir Anna. Mungkin Johan bisa berubah, Anna tak bisa meninggalkannya begitu saja, Anna memutuskan untuk memberi Johan kesempatan lagi.

"Kakak jangan pergi." Johan masih terisak entah ucapannya bualan atau apapun Anna tetap merasa tak tega.

Anna menangkup wajah Johan dan mengusap kedua air mata lelaki yang lebih muda itu, "Hatiku emang sakit tapi meski begitu aku tetep sayang kamu, Johan." Anna mengutarakannya.

"Gak jadi pergi kan kak?? Johan minta maaf tapi jangan pergi.." Johan membalas, kedua matanya berlinang air mata seakan ingin tumpah lagi.

Anna mencoba tersenyum walau hatinya sangat sakit menyadari fakta jika pria dihadapannya hanya pura-pura tapi itu tak apa.

"Kalau Johan butuh apa-apa aku selalu ada buat Johan, jadi jangan nangis lagi. Dan..-

"Aku lebih suka kalau liat Johan senyum." Anna mengatakan hal itu juga dengan tersenyum meski hatinya sangat sakit menerima fakta yang diutarakan Johan sebelumnya.

Bagi Anna hal itu memang sakit tapi lebih sakit lagi jika melihat orang yang Anna sayangi sedih dan menangis.

Aku memang tak memiliki hak untuk membuatmu mencintaiku tapi ini pilihanku, kamu tak harus membalas perasaanku. Hanya melihatmu bisa tersenyum itu cukup. Aku takkan memaksamu. |-Anna

Ucapan dan senyum itu membuat Johan tenang dan dia sama sekali tak menyadari perasaannya sendiri waktu itu. Johan menyangkal perasaannya sendiri padahal sebenarnya dia juga memiliki perasaan pada Anna.

'Aku? Apa ngga.. gamungkin, kakak jelek culun ini ga mungkin aku suka dia, bisa malu aku.' Johan hanya membatin.

Tapi Johan tak bisa menyangkal fakta, Johan butuh Anna. Mereka tetap berhubungan namun secara sembunyi-sembunyi, Johan yang memintanya.

Sampai suatu hari tersebar rumor jika Anna ngaku-ngaku pacaran dengan Johan dan yang menyebarkannya itu adalah teman satu sirkel Johan.

Ada satu wanita yang sama sekali tak suka pada Anna, dia menyebarkannya membuat Anna dibully satu sekolahan.

"Gila dia ngaku-ngaku pacaran sama Johan?"

"Astaga ngga sadar diri apa ckck jelek begitu, dekil, culun lagi."

"Ngebet banget apa sama Johan sampe segitunya."

Anna tau itu, banyak yang  menjauhinya ataupun menggangunya. Mengotori loker dan meja Anna, melempar Anna penghapus ataupun buntalan kertas.

PEMBOHONG BESAR itu kata mereka

Anna tak bisa bertindak lebih karna hubungannya hanya backstreet. Anna hanya bisa diam karna tak bisa melawan seakan menanggung semuanya sendirian. Walaupun demikian Anna berusaha tetap tegar dan kuat meski tiap pulang sekolah Anna selalu menangis di bawah bantalnya.

Dulu Anna memang suka menangis, hal itu membuat perasaannya jauh lebih lega. Ibarat kata menumpahkan semua perasaannya dan selalu berpikir, apakah selama ini Anna ada salah pada mereka?

Rumor hanya bumbu kehidupan tapi kenapa semuanya ikut-ikutan menjauhi Anna? Memang aneh tapi apa boleh buat, tak ada yang bisa diharapkan dari seorang gadis culun, mengharap pembelaan orang ya? Sepertinya itu hanya khayalan.

Mereka hanya bisa memandang ke Anna dengan tatapan jijik dan risih. Dirundung dan dijauhi itu sudah biasa Anna terima, gadis yang selalu dikuncir 2 dan memakai kacamata itu bertahan sendirian di masa SMP. Lalu bagaimana dengan Johan? Semenjak trakhir kali mereka ribut Johan menunjukkan perubahannya.

Johan selalu menyempatkan waktunya bersama Anna ketika pulang sekolah, mereka kadang pergi bersama ke suatu tempat atau Anna yang main kerumah Johan. Johan layaknya batu sandaran bagi Anna sekarang, Anna bersyukur mempunyai pria penuh senyum itu, Johan selalu menghiburnya setiap saat.

"Awas jangan deketin cewek dekil nanti kamu diakuin pacarnya lagi."

"Idih ogah banget najis! Haha." Ucapan mereka selalu seperti itu setiap harinya pada Anna.

Sampai disuatu waktu Anna yang tak tahan dengan itu semua menentangnya dan bicara pada Johan. "Apa harus ya sembunyiin hubungan kita terus kaya gini? Kamu ngga kasian samaku? Aku dituduh ngaku-ngaku pacaran sama kamu padahal kan emang iya."

"Sabar kak mereka cuma asal bicara, biarin aja nanti ngereda sendiri kok." Johan mengelus surai Anna lembut dan melepas kacamata gadis itu.

"Hei akukan silinder." Anna mendengus karna kacamatanya tiba-tiba dilepas.

Johan menatap wajah Anna, ya hanya mereka berdua, mereka selalu punya waktu berdua ketika pulang sekolah di taman. Sinar jingga sore yang menyinari mereka berdua membuat atmosfirnya jadi berbeda dari biasanya. Mereka duduk di rumput yang hijau, angin sepoi menyentuh kulit mereka agak dingin namun itu terasa nyaman.

Johan tersenyum dan itu nampak indah, surai coklat wavynya bergerak sedikit karna terkena angin sepoi dan sorot netra hazelnya sangat indah, "Kakak lebih cantik ngga pake kacamata tau." Johan mengatakannya dan itu bukan bercandaan.

Hening dan tak ada siapapun, mereka menikmati waktu mereka hingga saat ini keduanya terdiam saling menatap. Jantung Anna berdetak lebih cepat ketika Johan mendekatkan wajahnya.

"JOHAN!!" Tak terduga ada yang meneriaki nama Johan, suara seorang wanita dari arah lain. Johan refleks mendorong Anna sampai terjatuh.

Segorombolan teman Johan datang dan mengrubungi Anna, baik pria maupun wanita semua teman Johan ada disana. Ada yang berbisik dan menatap Anna sinis.

"Wah ada apa nih kita ngikutin lo han, sempet bingung kenapa lo ga suka ikut perkumpulan waktu pulang sekolah." Sahut satu anak lelaki sambil menepuk bahu Johan.

"Rupanya lo mau cium-ciuman sama cewe culun itu haha." Lanjutnya.

Beberapa anak tertawa dan mengolok-olok sedangkan Johan terdiam ditempat ekspresinya jadi berbeda.

"Jujur aja paling si culun itu yang godain johan duluan." Salah satu perempuan menyambungnya, Birgita, wanita centil berambut ikal yang sangat dekat dengan Johan, yang  pernah menginap bersama dengan Johan.

Tanpa dijelaskan Anna juga tau kalau Birgita menyukai Johan. Seakan jadi penyulut api mereka semua menyudutkan Anna dan juga Johan.

"Selera lo rendahan banget sih han padahal jelas cakepan Birgita."

Johan hanya diam ditempat mendengar olokan dan tawa mereka sampai akhirnya Anna bangkit kemudian berusaha menarik Johan keluar dari situasi ini.

Anna memegang lengan Johan, "Johan ayo kita-"

Tangan Anna ditepis kuat dan Johan menatap Anna sinis, "Minggir gausah pegang, menjijikan." Ucapannya yang tiba-tiba dingin itu membuat Anna kaget serta mematung di tempat. Johan yang selama ini selalu hangat pada Anna mendadak berubah, apa itu maksudnya? Apakah ini permainannya lagi?

Teman-teman yang lainnya masih tertawa. "Tuh kan dia yang goda duluan haha, sana deh jijik tuh kata Johan."

"T- tapi.." Anna bingung di situasi ini berupaya menjelaskan namun keduluan Birgita yang mendekati Anna dan menyiraminya air jeruk dingin yang dipegangnya daritadi.

"Sadar posisi lo cewek culun." Ucap Birgita merendahkan.

Anna hanya diam, toh tak ada gunanya melawan karna tak ada seorang pun dipihaknya, Anna sadar akan kalah mau bagaimanapun caranya. Anna ternyata sendirian.

Anna termenung sesaat, "Johan bagimu aku ini apa?" Anna bertanya sampai tak sadar meneteskan air mata. Kalau dipikir semua pembullyan itu Johan hanya diam saja pada mereka dari dulu, apanya yang berubah? Anna merasa sangat bodoh sekarang, kenapa ia tak sadar dari dulu.

"Wah berani banget dia tanya begitu masih ga sadar diri apa?" Birgita mendorong serta menjambak rambut Anna, sedangkan Anna tak bisa apa-apa, Anna tak punya tenaga yang kuat untuk melawan, hatinya sudah hancur karna baru saja menelan kenyataan yang pahit lagi. Anna hanya menatap Johan menanti jawaban, matanya berlinang rasanya Anna bisa menangis sekarang juga.

Johan menatap balik Anna yang basah kuyub serta Anna yang lemah ditindas dan berusaha menahan isak. Dengan satu tarikan nafas, "Pfft kak Anna kan pesuruhku, anjingku yang penurut, dasar bodoh sadar posisi dong kak."

"Anjing?" Anna cukup kaget dengan pernyatann Johan.

Oh, dia memang tak berubah. Semuanya hanya permainan dan tak berarti baginya.

"Hahahaa jadi peliharaannya Johan nih enak dong buat disuruh-suruh." Yang lainnya menyahut.

Setelah itu Anna ditinggalkan sendirian, Anna ambruk dan menangis sejadi-jadinya. Anna lelah, Anna sangat sakit. Terisak begitu hebat sambil melihat punggung Johan yang perlahan menjauh.

Benar kata orang, berususan dengan orang yang sama kedua kalinya hanya akan mendapat ending yang sama.

Sampai disekolah pembullyan masih berlangsung bahkan lebih parah, hanya tahan sebentar lagi pikir Anna karna sebentar lagi ia akan lulus dan meninggalkan sekolah ini. Anna berjalan sendiri dan menguatkan dirinya sendiri.

Anjingnya Johan itu julukan Anna yang baru ketika dibully oleh teman-teman Johan. Meski melapor takkan ada yang percaya Anna, takkan ada yang iba, takkan ada yang berani dengan komplotan Johan yang semena-mena.

Ucapan Johan terlalu manis sampai bisa merayu guru dan membalikkan semua fakta yang Anna berikan.

Dan ketika semuanya berakhir Anna lulus dan pergi sangat jauh dari kota, di hari pemberangkatannya Johan menelpon.

"Kak Anna kemana? Beneran nih mau pergi ninggalin majikan-"

"Majikan? Sekarang saya udah lulus tolong jangan ganggu dan saya ini manusia ngga punya majikan, saya milik diri saya sendiri." Anna mengatakannya tegas.

"Haha keren, anjingku yang penurut udah berani nentang majikannya trus kak Anna gimana tentang janji? Apa kak Anna ga tahan? Padahal sebenernya tinggal tunggu sabar sedikit lagi aku bisa berubah semuanya bisa berubah, kak Anna katanya janji gamau pergi?" Johan mengatakan itu tanpa ada beban.

Anna terkekeh, "Ucapan manismu itu benar-benar sampah."

"A- apa maksud kakak?"

"Aku selama ini diam karna sadar  kalau ga punya kekuatan untuk melawan tapi hal itu udah berlalu Johan, lupain aja semuanya, makasih juga atas semua pelajarannya, aku jadi lebih kuat." Ucap Anna menegaskan kembali.

"Persetan dengan janji sialanmu Johan." Setelah mengatakan itu Anna menutup telponnya dan pergi dari kota meninggalkan semuanya, ini bukan akhir ada saatnya Anna juga ingin membuat semuanya berbalik.

*Flashback OFF*