Chereads / Rectangle -Revenge of 3 crazy ex / Chapter 4 - Find the stalker

Chapter 4 - Find the stalker

"Orang kantor ya." Anna bergumam, ia merasa ucapan Laura ada benarnya juga.

Kejadian terakhir menunjukkannya, jika sampai sejauh ini berarti stalker tersebut selalu berada di dekatnya. Lagipula sepanjang waktu Anna kebanyakan menghabiskan waktu di kantor, itu masuk akal.

"Yakan naa udah sekarang lo istirahat ya, lo gapapa tidur sendiri? Kalau masih takut lo bisa tidur dirumah gue." Tawar Laura yang ikut merasa prihatin.

"Gapapa Lau gue bisa tidur sendiri, makasih ya." Anna meyakini sahabatnya jika ia akan baik-baik saja meskipun sebenarnya perasaan Anna sendiri masih porak-poranda. Rasa takut dan kekhawatirannya tentu masih ada namun Anna ingin keliatan kuat di depan sahabatnya.

Lagipula melewati malam sendiri yang penuh rasa takut dan gelisah sudah pernah dialaminya. Itu terjadi ketika di masa sekolah Anna dibully habis-habisan.

"Na, woi Anna??" Laura memanggil, tak sadar daritadi Anna melamunkan masa lalunya. "Eh iya sorry Lau."

Laura menghela napas, "Beneran nih lo gapapaa tidur sendiri?" Laura keliatannya kurang yakin.

"Iya Laura.. tenang aja, gue bersumpah kalau dia sampe brani muncul disini gue akan hajar pake panci biar knock." Ucapan Anna diakhiri tawa.

"Malah bercanda, udah sekarang pastiin lagi, kunci semua akses masuk rumah lo. Istirahat gih gue tau lo pasti cape banget hari ini, kalau ada sesuatu yang terjadi langsung telpon gue, smoga sih ga ada. Jangan sembrono." Laura mengingatkannya.

"Iya Lau makasih banyak ya, lo juga istirahat, see u tomorrow~" Panggilan diakhiri, Anna menghela napasnya masih terheran dengan kejadian hari ini. "Ada-ada aja." Gumamnya sambil melihat sekitar.

Semoga malam ini tak ada kejadian lain yang menggangunya lagi, harap Anna. Setelah memastikan semua jendela dan pintu terkunci, Anna membanting tubuhnya ke kasur.

Jam dinding dilihatnya, ini sudah larut malam. Suasana malam yang hening dan sepi membuat Anna tenang. Detak jam yang terdengar jelas menjadi lantunan nyaman yang membuatnya perlahan menutup mata.

Waktu berlalu, nampaknya malam yang tenang dilalui Anna.

PRANGGG!! *gasp* Anna refleks membuka matanya celingak-celimguk ia melihat sekitar. Tubuhnya tak bisa bergerak, ada sesuatu yang menahan kedua tangannya.

"Anna.." Suara yang agak berat memanggilnya, seorang pria, wajahnya tak terlihat jelas karna gelap. Pria itu menahan kedua tangan Anna dan berada di atas gadis itu, dia mem-block pergerakan Anna.

"LEPAS!" Anna berontak sekuat tenaga ingin melepaskan diri tapi tenaganya tak cukup kuat. "LO SIAPA??! LEPASIN GUE!" Anna meninggikan suaranya.

Di waktu yang sama pria itu menangis, tetesan air matanya jatuh di atas wajah Anna. Anna bingung sekaligus kesal, "WTF LO MAU APA-"

"Anna kenapa ninggiin suara ke aku hiks- jangan gitu ya Anna gaboleh kaya gitu aku kangen Anna, Anna aku cari kamu kemana-mana akhirnya aku bisa liat kamu sedeket ini, akhirnya aku bisa milikin kamu, anna-"

"APASIH LO SINTING BANGET DASAR MENJIJIKAN." Balas Anna, suara pria ini semuanya terdengar mengerikan dan Anna sangat muak mendengarnya.

"KAN AKU BILANG JANGAN NINGGIIN SUARA, ANNA!" Wah gila pikir Anna, pria ini juga meninggikan suaranya. Bertingkah memaksa dan memerintah memangnya dia siapa?

Anna sangat jengkel menghadapinya, sebisa mungkin Anna harus tenang dan mencari celah agar bisa keluar dari situasi ini.

Pria itu membelai rambut Anna perlahan, "Anna kamu cantik banget akhirnya aku bisa liat kamu lebih deket, aku bisa megang kamu Anna."

Pria ini mulai mendekatkan bibirnya, mendadak perilakunya jadi melembut ketika Anna bersikap tenang tapi momen itu kesempatan bagus bagi Anna.

BUGHH!! Karna tangan satunya tadi membelai Anna, Anna jadi punya ruang untuk meninju pria ini dan menendangnya. Pria itu melebarkan jaraknya, Anna segera bangkit sekuat tenaga dan langsung berlari ke pintu kamar.

Entah apa yang terjadi kedepannya; Sekarang Anna harus menjauh dari pria ini terlebih dahulu.

Namun sayangnya tangan Anna ditarik kembali, "Kenapa, kenapa Anna mau kabur-" Ini benar-benar tak terpikirkan, apa ini tenaga pria? Kenapa dia sangat cepat?

Pria ini keliatannya sudah tidak waras. "Anna punyaku kan ga boleh pergi, ga boleh kemana-mana kenapa.. kenapa kenapa kenapa Anna mau pergi kenapa????"

Tidak, tidak boleh berakhir seperti ini, Anna kembali berontak namun tetap saja kalah. "Kalau Anna terus terusan  mau pergi aku iket aja ya? Biar ga pergi."

"GAAKK!!"

"Ah..!" Anna tiba-tiba terbangun dari tidurnya nafasnya terengah-engah dan agak sesak serta detak jantungnya pun meningkat,  "Itu.. itu mimpi kan." Suaranya terbata sambil mengatur napasnya.

Ya, barusan kejadian tadi hanya mimpi namun rasanya seakan sangat nyata. Anna melihat sekitar kembali, keadaan yang tenang dan sepi tak ada apapun terkecuali Leon yang tadi tidur di tubuhnya.

"Astaga, kayanya gue gabisa lanjut tidur kalau gini."

***

Keesokan harinya, Anna terjaga semalaman. Pergi ke kantor dengan biasa sampai di mejanya ia tertidur pulas. Untungnya pak direktur sedang perjalanan bisnis dan meja Anna berbeda ruangan dari karyawan lain.

"Ini yang disebut sibuk?" Suara itu, Laura membangunkan Anna dari tidurnya. Tentu saja Anna cukup kaget. "Lo kenapa tiba-tiba disini?" Anna bertanya kemudian disambung dengan menguap.

"Katanya jam makan siang lo mau ketempat gue malah ga dateng, gue pikir lo kenapa-napa jadi gue kesini eh taunya lo tidur." Balas Laura menjelaskan sambil menaruh sekotak kue di atas meja Anna.

Anna baru ingat tentang itu, sedari pagi datang ke kantor karna kantuk yang tak tertahan ia langsung tertidur pulas di mejanya. Kepalanya agak pusing sekarang, Anna memijat  pelipisnya lalu tak berpikir panjang meneguk segelas hot chocolate yang ada di sekitar mejanya.

"Ah enak." Sepersekian detik kemudian Anna terdiam.

"Na?" Laura merasa aneh dan bingung.

"Gue kan ga pesen minuman." Anna baru sadar dan menatap ngeri gelas yang dipegangnya.

"AKHH MUNTAHIN NA MUNTAHIN!!" Laura tiba-tiba panik memukul-mukul punggung Anna dengan tak santai.

"Lau- ukh Lau santai." Anna terbata.

"Muntahin na lo gatau ada apa didalemnya pasti dari stalker kemarin kan."

"Ya tapi jujur aja gue ga ngerasain apa-apa sih Lau."

"Ayo cek ke dokter tensi lo, gimana napas lo, perut lo gimana-"

"Santai Laura santai.." Anna menenangkan sahabatnya yang terlihat panik sambil melihat  gelas minuman tersebut seperti biasa ada note di atas tutupnya.

Kamu kelihatannya sangat lelah, minum ini.

"Gimana kalau lo dipelet na." Ucap Laura yang tadinya ikut melihat note tersebut.

"Ngga lah jaman sekarang masih aja lo percaya begituan, tapi setelah gue minum ini aman sih rasanya biasa aja."

"Ah lo yang bener kalau efeknya ga sekarang gimana coba."

"Ya kalau sampe begitu gue titip Leon ya Lau." Anna tersenyum mungkin kesannya bercanda tapi Laura nampaknya tak senang dengan gurauan itu.

"Gue ga akan tinggal diem sampe ujung dunia gue akan temuin nih baj*ngan stalker sinting, dia udah keterlaluan banget na lo pasti mikir hal yang sama kan."

"Ya sih tapi kita minim petunjuk Lau, dan pergerakan dia itu misterius gapernah ninggalin jejak atau apapun."

"Yaelah na lo kira ini jaman batu." Laura menunjuk cctv yang ada di ruangan Anna.

"Oh Iya." Anna baru ingat karna memiliki ruangannya sendiri ada cctv juga diruangannya. Rekaman cctv itu bisa mempermudah mencari pelaku.

"Dengan ini kita juga bisa punya bukti buat dilaporkan ke polisi." |-Laura