Kembali lagi dengan kehidupan sibuk Anna di kantornya, kertas menumpuk dan berantakan di atas meja menjadi pemandangan yang biasa. "Ah.. pusing banget." Ada kalanya Anna mengeluh kecil tetapi meski begitu Anna cukup kompeten menyelesaikan pekerjaannya.
Tok! Tok! "Permisi, sekretaris Anna." Seseorang mengetuk pintu dan memanggilnya.
"Masuk." Anna mengizinkannya masuk. Anna memiliki ruangannya sendiri khusus untuk dirinya sebagai sekretaris kepercayaan perusahaan.
Seorang karyawan menghampiri meja Anna dan menaruh segelas minuman di atas mejanya. Anna terlihat kebingungan, "Saya ngga pesan ini.."
"Oh iya ini pemberian dari seseorang."
"Siapa lagi?" Anna agak antusias ingin mengetaui siapa pengirim minuman ini. Kenyataannya ini bukan pertama kali, sudah sejak seminggu Anna mendapat beberapa makanan ringan serta minuman pemberian dari seseorang.
Cukup diakui fansnya memang banyak, mendapat hadiah dari fans memang hal biasa dan lumrah tapi yang satu ini sama sekali tak masuk akal. Sejauh ini pemberinya adalah 'Anonim'. Ada gitu ya orang niat yang setiap hari ngirimin makan sama minum secara anonim, pikir Anna.
Apa itu tidak mencurigakan.
"Entahlah itu tergeletak di meja saya dan ada note yang ditujukan buatmu Anna, minum saja itu rejeki, saya permisi tugas saya masih belum selesai." Karyawan itu pergi tanpa sepatah kata lagi.
Anna tak pernah meminumnya meskipun itu minuman favoritnya. Coklat panas dengan wip cream yang banyak, biasanya Anna meminum itu untuk meredakan lelahnya tapi sekarang Anna menatap gelas minuman itu dengan ngeri.
Anna mengambil note yang menempel diatas gelas minuman tersebut dan membacanya.
Minum ini! Kamu keliatannya cape banget, semangat Anna.
"Menggelikan." Anna bergumam kemudian meremat kertas itu dan membuangnya bersama minuman itu. Anna menghela napasnya, ini malah membuatnya semakin pusing.
Waktu berlalu hingga larut malam dan Anna baru keluar kantor, lembur yang dilakukannya hari ini selesai, asal pekerjaannya well done Anna akan tenang meski sekarang ia sangat lelah.
"Mau pulang mau tiduran, kangen kasur." Anna sudah sangat merindukan kasurnya sebagai penghilang penat. Sambil berjalan ke parkiran Anna merogoh saku untuk mengambil kunci mobilnya namun Anna menyadari sesuatu.
"Oh iya kuncinya gue taruh di laci meja." Kebiasaan cerobohnya yang kadang suka lupa menaruh barang, Anna bergegas kembali ke mejanya dan betapa kagetnya Anna ketika melihat ada gelas minuman yang sama seperti sebelumnya di atas meja.
"Ngga mungkin-" Anna celingukan melihat sekitar, dikantor sudah tak ada siapapun. Anna mengambilnya kembali, ini terlihat baru dan ada note lagi diatasnya.
Kamu beneran membenciku ya.
"Sinting." Anna langsung membuang minuman dan note itu ditempat sampah, perasaan takut menjalarnya. Jantungnya berdegup kencang ditambah suasana kantor yang sepi membuatnya begidik.
Pulang sekarang adalah satu-satunya hal yang Anna pikirkan, ya harus pulang, dengan teburu-buru ia mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi dari sini.
Sepanjang perjalanan Anna merasa sangat takut dan khawatir meski begitu Anna tetap mengatur nafasnya dan berusaha tenang. "Calm down Anna, stalker itu biasa kan." Tidak Anna tau yang ini tidak biasa dan berlebihan tapi yang dilakukannya sekarang adalah berusaha untuk tenang.
Anna selalu melihat kaca spion mobilnya meski tak ada siapapun yang dirasa mengikutinya. Sesampainya dirumah Anna bergegas masuk dan mengunci pintu rumah.
Anna langsung ambruk ditempat setelah ia mengunci pintu rumahnya. Nafasnya terengah, "Jendelanya udah ditutup kan." Anna tinggal sendiri bersama kucingnya, Leon.
Meow~ Leon berlari kecil menghampiri Anna. Kucing hitam kecil itu dengan kalung merah dan lonceng yang berdenting saat berlari, sungguh lucu sepertinya Leon menunggu Anna pulang seharian. Anna tersenyum dan mengelusnya lembut. Itu membuatnya sedikit tenang.
"Baiklah mari membersihkan diri terus istirahat." Ucapnya kemudian pergi sambil menggendong Leon.
Beberapa menit berlalu Anna sudah mandi dan berganti pakaian, Anna membantingkan dirinya ke atas kasur, sangat nyaman, Anna hampir tertidur dengan cepat karna saking lelahnya.
Mendadak Anna mengingat kejadian mengerikan tadi ia langsung bangkit dan mengambil ponselnya untuk menelpon sahabatnya, Laura.
Tak butuh waktu lama Laura mengangkatnya, "Haloo yang disana, baru selesai sibuknya nih." Seperti biasa Laura suka menyindir.
"Iya, Lau gue-" Anna terbata sambil melihat sekelilingnya, kekhawatiran itu muncul kembali.
"Lo kenapa na? Ada yang salah?" Laura di seberang telepon bertanya.
"Oh itu, hmm gimana menurut lo tentang orang yang ngirim makan sama minum setiap hari tapi itu anonim, ngeri ngga sih?" Ucap Anna.
"Eh lo ga makan ataupun minum itu kan? Udah jelas anonim terus kita juga gatau ada apa didalemnya siapa tau ada pelet ya gaiss ya. " Balas Laura bercanda.
"Serius Lau tapi emang gue juga ngga minum karna mencurigakan, masalahnya dia tau semua makanan dan minuman favorite gue, kebiasaan gue, dan belakangan ini gue kaya ngerasa diikutin aja."
"Kalau menurut gue ada yang suka sama lo deh na, ya itu hal biasa sih secara lo selebgram cantik yang banyak disukain, masalah diikutin kayanya lo berlebihan na cuma perasaan lo aja kali." Jawab Laura.
"Awalnya gue juga mikir itu cuma perasaan gue Lau, sampe akhirnya lo ga bakal percaya apa yang tadi gue alamin. Gue kan mau pulang nah gue lupa kalau kunci gue ada di laci, gue balik lagi dan di meja gue ada minuman itu lagi, sebelumnya gue dapet dan gue buang terus dia kasih lagi dengan note berbeda apa ngga ngeri." Anna bercerita panjang lebar.
"Gila psiko juga sampe segitunya."
"Ya kan gue-" ucapan Anna terhenti pemandangan di hadapannya membuatnya benar-benar terhenti.
"Haloo?? Anna? Lo nggapapa kan?" Laura memanggil khawatir.
"Laura.." Anna terlihat menahan tangis, dalam hidupnya pertama kali Anna mengalami ini.
Di sisi lain Laura yang sambil membereskan tokonya pun berhenti ditempat menunggu penjelasan Anna. "Lo kenapa na?! Jawab na! Jangan buat orang khawatir-"
"Aneh ngga sih ketika layar komputer lo nyala sendiri dan tiba-tiba muncul tulisan.
"Hah??! Tulisan apa na? Kalau ngomong jangan setengah-setengah cepet jelasin."
Anna aku kangen banget sama kamu.
"SINTINGG!! Dia ngehack komputer lo na, sinting banget psikopat gila. Na matiin cepet, cepet matiin komputer lo." Pinta Laura yang ikutan was-was dan panik.
"T- tapi gue takut Lau.." Suara Anna bergetar.
"Tenang ya Anna atur nafas pelan-pelan cabut aja colokannya dari stopkontak ya."
Anna mengikuti ucapan sahabatnya, perlahan nafasnya diatur dan dengan cepat berjalan mencabut stopkontak yang otomatis membuat komputer itu mati, Anna agak lemas wajar jika seseorang akan takut bila dihadapkam kejadian seperti ini.
"Anna dengerin gue tenang ya sekarang, udah, udah mati komputernya dia ngga bisa ngawasin lo lagi." Laura mencoba menenangkan.
"Gimana kalau selama ini dia selalu ngawasin gue, baj*ngan itu." Sudah sejak lama Anna tidak mengatai orang lain secara kasar seperti ini.
"Ini udah berlebihan banget, gimana caranya dia ngelakuin itu kita lapor polisi aja na." Saran Laura.
"Tapi kita ga punya bukti kuat dan pelakunya aja misterius begitu Lau." Anna mendegus pasrah.
"Iyasih sekarang cari aman lo kunci jendela lo, tutup semua akses masuk rumah lo, gue gatau lagi kalau baj*ngan itu sampe masuk kerumah lo."
"Iya Lau."
Laura berusaha menenangkan Anna dari seberang telepon, ia melakukannya sambil beberes dan ingin membuang sampah. Sampai di samping pembuangan matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di tanah.
"Apa ini.." Laura mengambilnya.
"Kenapa Lau?" Anna bertanya.
"Bener na lo diikutin." Ucap Laura sambil melihat selembar foto. Foto salah satu kegiatan Anna ketika datang ke toko Laura. "Gue nemuin foto lo kayanya dia ga sengaja jatuhin ini."
"Gila dia bener bener sinting, kalau ketemu rupanya gue akan injek sampe jadi tempe bacem." Anna terlihat emosi.
"Na lebih baik kita ngomongin ini besok di toko gue, gue takut dia masih ngawasin lo di suatu tempat lewat apapun, bisa jadi dia denger percakapan kita. Santai gue punya tempat rahasia di toko gue."
"Oke, jam makan siang gue ke toko lo."
"Kalau kejadian terakhir di kantor berarti sekarang lo harus hati-hati na, kemungkinan terbesar dia orang di kantor lo." |-Laura