"Ya Allah tolonglah hambamu ini, bukakanlah pintu hati ayah hamba supaya tidak memaksakan kehendaknya pada hambamu ini. Aku tidak mau mendurhakaimu dan juga mendurhakai suamiku bang Ahmad. Walau bagaimana pun aku ini masih istri sah bang Ahmad ." Rintih Siska sambil mengangkat kedua tangannya.
Berharap ada keajaiban yang akan menyelamatkannya dari tekanan ayahnya.
*
Ahmad kini sedang ada dalam bus, dia duduk di kursi deretan ke lima dari depan, dia duduk tepat didekat jendela mobil. Karena bus yang dinaiki tidak begitu banyak penumpangnya sehingga dia bisa menyimpan tas ranselnya di kursi sebelahnya.
Ahmad bisa duduk dengan leluasa, bahkan sesekali dia tertidur lelap dalam perjalanannya. Setelah satu jam bus meninggalkan kampung halamannya dia mulai merasakan aroma kerinduan menyeruak dalam dadanya, rasa yang tidak bisa dia sembunyikan, sehingga air mata pun tumpah membanjiri pipinya.
Sejauh mata memandang, dia masih menyaksikan deretan pepohonan yang menghijau, mengingatkannya pada kampung halaman tercinta dan tentu saja termasuk ibunya.
"Ibu maafkanlah anakmu ini, belum bisa berbakti tapi kini malah pergi menjauh darimu. Aku berjanji bu pergiku bukan untuk menjauh, tapi pergiku untuk kembali semoga sukses itu tercatat untukku hingga aku bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan bisa membahagiakanmu bu." Gumam Ahmad membatin.
Semakin jauh dari perkampungan semakin dia menyaksikan banyak hal saat diperjalanannya, ada pula terselip rasa ingin segera melihat perkotaan yang menampilkan gedung-gedung pencakar langit. Gedung-gedung yang pernah dilihatnya kala itu, Gedung-gedung tinggi itu pula yang sering dia dengar dari orang-orang yang pernah ke kota. Atau yang hanya bisa ditatapnya dilayar Tv.
Sebentar lagi semuanya akan semakin dekat dan nyata dan bisa disaksikan oleh penglihatan Ahmad sendiri. Suasana perkotaan yang pernah dia rasakan saat dia pertama kali datang ke kota untuk menikah dengan Siska
Mengenang kota berarti juga mengenang istrinya, rasa rindu yang terpendam selama hampir tiga bulan. Punggungnya yang disandarkan ke sandaran kursi mulai terasa pegal. Untuk mengurnaginya beberpa kali Ahmad menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dan membunyikan suara kriek.Kini
Setelah badannya dirasa membaik, dia kembali bersandar dan mulai mengawang kembali kemasa lalu mengenang masa-masa saat dia mencoba mengenyahkan rasa untuk Siska. Namun sebaliknya dengan Siska, justru dia dengan beraninya menyatakan cinta pada dirinya. Tersenyum mengenang itu.
Saat itu Ahmad yang bertugas sebagai pemandu untuk mahasiswa yang KKN berusaha melakukan yang terbaik untuk melayani tamunya. Dari mulai mengantarkannya keliling kampung sampai memberikan arahan di setiap akan mengadakan kegiatan program mahasiswa itu.
Sampai suatu ketika kerena seringnya terjadi pertemuan antara Ahmad dan para mahasiswa, maka ada salah satu dari mereka yang jatuh hati padanya hingga mahasiswi itu berani mengirimkan surat pada Ahmad melalui teman-teman mahsiswi yang lain.
Hari itu Ahmad sedang berjalan menuju Mesjid, dia akan menghadiri pengajian rutin yang selalu diadakan oleh pemuda mesjid, selain itu dia juga merupakan salah satu panitia dari acara tersebut. Namun pengajian kali ini mungkin akan sedikit berbeda dari biasanya karena akan melibatkan para mahasiswa baik yang laki-laki maupun yang perempuan.
Para mahasiswa semuanya terlibat dalam kepanitiaan acaranpengajian itu, ada Karim sebagai MC, ada Farid yang membacakan qur'an karena diantara mahasiwa sebanyak 7 orang dialah yang terhitung lumayan pengetahuannya tentang ilmu agama dan bisa membaca Al-qur'an dengan fasih.
Sedangkan mahasiswa perempuannya mereka lebih ditugaskan untuk mendata dan juga megurusi bab konsumsi, sedangkan Yoga dia selain ketua kelompok mahasiswa itu dia juga ditunjuk sebagai ketua panitia buat acara pengajian yang berlangsung minggu itu.
Karena ada mahasiswa tugas Ahmad jadi lebih ringan, karena biasanya Ahmad lah yang mengatur agenda acaranya tapi kini dia hanya bertugas memantau dan sesekali memberikan arahan pada mahasiswa.
Meskipun usia Ahmad lebih muda tiga tahun dari mereka tapi kedewasaan dan kecakapan Ahmad dalam berorganisasi tidak bisa diremehkan.
Acara pengajian berjalan dengan khidmat dan lancar, malah lebih ramai dibandingkan dengan pengajian-pengajian sebelumnya. Bukan tanpa alasan tentunya, pengajian jadi ramai karena banyak pemuda pemudi kampung suka bagja yang tiba-tiba ikut pengajian. Maklumlah anak muda jadi alasan ikut pengajiannya karena ingin bertatap muka langsung dengan mahasiswa dari Jakarta.
Yang biasanya suka nongkrong-nongkrong gak jelas jadi tertarik ikut pengajian, yang biasanya diajak pengajian jawabannya sibuk tiba-tiba mendadak luang dan alasan lainnya. Namun bagi Ahmad itu tidak jadi masalah, siapa tahu mereka dengan awalnya seperti itu lama kelamaan mereka jadi cinta untuk pengajian.
Mungkin awal ikut pengajian karena ada niat berselubung, tapi siapa tahu lama kelamaan jadi terinspirasi dan ada perubahan menuju lebih baik. Dari malas shalat jadi suka shalat dari malas pengajian jadi candu pengajian, ya begitulah harapan Ahmad.
Bukankah kekuatan sebuah negara itu ada pada tangan para pemudanya?...
Pemuda merupakan suatu potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda sangat penting dalam mengisi pembangunan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Kembali pada kegiatan pegajian pemuda di Mesjid, acaranya berjalan dengan lancar dan panitia pun sudah berusaha untuk maksimal. Pada saat acara sudah bubar, maka para panitia seperti biasa mengadakan rapat koordinasi untuk evaluasi kegiatan, didalmanya termasuk ada Ahmad sebagi pemandu.
Rapat digelar sekitar lima belas menit, setelah itu Yoga dan yang lainnya pamit karena mereka masih ada agenda lain, begitu juga dengan Ahmad dia pamit karena ada urusan lain. Sementara yang mahasiswa perempuan mereka masih memilih untuk berbincang di teras mesjid.
Baru saja Ahmad melangkah keluar dari gerbang mesjid, tiba-tiba namanya dipanggil-panggil.
"Kak, kak Ahmad tunggu," Teriak seseorang sambil berlari ke arahnya.
Langkah Ahmad pun terhenti dan menoleh ke arah sumber suara.
"Iya, ada apa yah?" Tanya Ahmad saat dilihatnya mawar sudah ada di hadapannya.
Dalam keadaan masih ngos-ngosan karena berlari Mawar langsung mengambil sesutu dari saku almamaternya, dan dia tanpa basa basi langsung menyerahkannya pada Ahmad.
Ahmad mengernyitkan dahinya terlihat kebingungan, dengan apa yang diberikan oleh Mawar.
"hmmm...apa ini kak?" tanya Ahmad sambil membolak-balikan kertas yang sudah ada ditangannya.
Mawar malah membalasnya dengan mengangkat kedua bahunya,
"Aku juga gak tahu lah kak, aku hanya bertugas menyampaikan ini saja sama kakak selebihnya mana ku tahu, ya sudah ya kak, karena aku sudah menyampaikannya pada Kakak jadi aku permisi, aku masih harus ngumpul bersama teman-teman yang lain." Ungkap Mawar mengatakan ketidak tahuannya dan juga sekaligus berpamitan pada Ahmad
Meskipun tidak mengerti maksud kertas yang ada dipegangnya itu, Ahmad berusaha untuk husnudzon dan berterimakasih pada Mawar.
"Hmm...ya sudah selamat bercanda ria yah, nanti aku akan lihat isinya." Jawab Ahmad sambil memasukkan kertas itu ke tas selempang yang selalu dia bawa-bawa.
Mawar pun kembali pada teman-temannya yang sedang asyik ngobrol, mereka bisa santai karena hari itu tidak ada agenda lain.
Lain halnya dengan Ahmad, karena dia masih ada acara lain, sehingga dia terburu-buru pergi setah urusannya di mesjid selsai.
Ahmad menebak-nebak, isi kertas yang ada disakunya itu, namun dia belum membukanya karena menurutnya tidak mungkin jika dia harus membaca sambil terburu-buru.
"hmm...paling ini tuh isi kegiatan barusan atau daftar kegiatan lain punya para mahasiswa deh, mungkin mereka memberikannya padaku, supaya aku tahu kegitan mereka dan supaya aku bisa siap-siap jika sewaktu-waktu tiba-tiba mereka membutuhkanku untuk memandu mereka dalam kegiatannya." Gumam Ahmad sambil berjalan menelusuri jalan perkampungan.
Bersambung ...