Chereads / Terjerat Cinta Lokasi / Chapter 24 - Si Tengil

Chapter 24 - Si Tengil

Si Tengil

Saat Ahmad selsai menunaikan shalat dhuha, Ahmad melirik ke teras mesjid yang di sana ternyata para mahasiswa sudah berkumpul. Ahmad pun bangkit dan melangkah bersegera untuk menyapa mereka.

"Sudah lama menunggu yah, maaf yah soalnya tadi aku Shalat dulu sambil menunggu kalian datang." Ungkap Ahmad.

"Santai aja Ahmad, kita juga baru datang kok." Jawab Siska.

Melihat sikap hangat Siska pada Ahmad, mawar sedikit menggeram, giginya gemerutuk karena tidak terima, dia mencubit pelan tangan Siska saat dia menjawab sapaan dari Ahmad.

"Siska, apaan sih kamu, pake dijawab segala dan bisa-bisanya kamu kok masih baik-baikin dia, dia kan sudah ngerendahin kamu dengan menolak cintamu." Bisik Mawar sangat pelan bahkan semut lewatpun mungkin tidak mendengarnya.

Mata Siska mendelik ke arahnya lantas emncubit balik tangan Mawar, dengan sedikit membulatkan matanya ke arahnya. Mawar mencucu, merasa aneh dengan sikap Siska akhir-akhir ini yang selalu membela Ahmad.

"Kalau tidak ada yang ditunggu lagi, mari kita mulai perjalnannya." Ungkap Ahmad mengajak untuk segera bergerak.

"Hmm...kami masih menunggu cowok-cowok keren dulu, mereka belum datang." Jawab Mawar dengan sinis.

Siska menginjak kaki Mawar pelan.

"Hei kenapa kamu sewot kaya gitu jawabnya, pake bilang-bilang cowok-cowok keren lagi, maksud loe apa. Gue yang di tolak kenapa loe yang rese sih." Bisik Siska pasda Mawar.

"Abisnya aku tuh kesel sama laki-laki itu, masa setelah baca surat yang kemarin kamu kirim, sama sekali gak merubah sikap dia sedikitpun, harusnya gimana kek gutu." Jawab Mawar sambil melepaskan kakinya dari injakan. Siska

"Oh iya yah, kita berangkat sama mereka juga yah." Ungkap Ahmad membuyarkan perdebatan Siska dan Mawar.

"Iya." Jawab Mawar singkat.

"Ya sudahlah sambil menunggu mereka datang, mending kita duduk-duduk santai sambil mengisinya dengan sedikit diskusi mungkin." Ungkap Ahmad memberikan saran.

Mereka pun duduk sembarang, lalu mereka malah memilih ngobrol ngarel ngidul. Sementara Siska malah berusaha mencari posisi supaya bis duduk berdekatan dengan Ahmad pun bersikap biasa saja, saat Siska duduk di dekatnya. Tidak ada yang istimewa baginya, dirinya hanya sedang menjalankan tugas sebagai pemandu, tidak lebih dari itu.

"Ka Ahmad, maaf nih ganggu, hmmm...aku cuma mau tahu kenapa kamu tidak membalas surat dariku?" Tanya Siska pelan dan sedikit kaku.

"Hmm...emang harus aku balas yah?" Ahmad malah balik bertanya.

Pertanyaan itu yang akan membuat orang jengkel dan gemas saat mendengarnya, demikian juga dengan Siska, dia menggeramkan giginya namun wajahnya tetap memberikan senyum pada Ahmad.

"Ya iyalah kak, karena aku mau tahu jawabannya, setidaknya dengan jawaban atau balasan dari kamu, aku jadi tahu apa perasaanmu padaku selama ini?" Tanya Siska terus terang.

"Hmm...maksudmu apa sih Kak Siska?" Jawab Ahmad pura-pura tidak mengerti.

"Iya perasaanmu saat bertemu aku?" Ungkap Siska dengan nada kesal.

"Oh itu, ya aku senang dan bahagialah saat bertemu kalian semua. Dengan kedatangan kalian aku jadi bertambah ilmu dan jadi nambah saudara juga." Jawaban Ahmad benar-benar membuat Siska gemes.

Akhirnya Siska memilih untuk diam dalam perasaan sebal pada Ahmad.

"Dah lah, terserah kamu saja" grutu Siska dengan pelan mengakhiri percakapannya saat itu dengan Ahmad.

Ahmad pun abai dengan perubahan sikap Siska saat berbincang darinya. Hal itu membuat Siska semakin geram.

"Ish...dasar ni orang, kalau bukan kamu Ahmad, sudah aku tendang seperti maling kundang yang dikutuk jadi batu dan diabadikan dalam sejarah." Siska membatin

*

Tidak lama setelah perbincangan terjadi, satu persatu mahasiwa yang laki-lakinya berdatangan.

"Wah sudah pada ngumpul dimari ternyata, sory gue telat, ada kebutuhan mendesak tadi." Ungkap Toni. Kemudian duduk bergabung bersama yang lainnya.

Setelah semua mahasiwa laki-laki datang dan semuanya sudah berkumpul, perjalanan pun di mulai, menyusuri persawahan dan melewati kebun-kebun warga.

Mereka hendak mengadakan penyuluhan kesehatan di balai Desa, mereka mengundang semua masyarakat di sana yang merasa membutuhkan informasi seputar kesehatan.

Penduduk di Sana bisa menghadiri acara penyuluhan yang diadakan oleh KKN secara gratis, bahkan di sesi terakhir akan ada pengobatan gratis meskipun dalam jumlah yang dibatasi. Hal itu cukup menarik dan membuat para warga desa untuk berduyun-duyun mengikuti acara penyuluhan kesehatan tersebut.

"Kak Ahmad, warga sudah diberitahukan kan bahwa hari ini akan ada kegiatan kita ini?" Tanya Yogi sebagai ketua kelompok.

"Tentu sudah kak, tenang saja alhamduliah baik surat edaran atau diinfomasikan secara dor to dor sudah dijalankan. Surat yang kak Yogi berikan sudah sampai di tangan mereka dengan aman dan sebagian sudah diinformasikan oleh ketua Rt masing-masing." Jawab Ahmad sambil mengembangkan senyuman.

"Syukurlah kalau begitu, aku khawatir mereka tidka tertarik untuk mengikuti penyuluhan kesehatan ini. Padahal kan ini penting juga dan informasi ini dibutuhkan bagi mereka." Ungkap Yogi.

"Tenang saja kak, mereka pasti datang kok." Jawab Ahmad dengan santai.

Beberapa menit kemudian, benar saja apa yang dikatakan Siska, Warga satu persatu mulai berdatangan dan memenuhi ruangan balai desa. Bahkan Ibunya Ahmad juga ikut menghadiri acara penyuluhan itu.

Mahasiswa semuanya berkumpul di depan warga, mereka duduk berderet rapi di bagian depan dengan menghadap pada warga. Sebelum acara dimulai mereka kembali memperkenalkan diri satu persatu.

Setelah perkenalan, tanpa menunggu waktu yang lama mereka pun langsung memulai acara yang sudah mereka rancang dengan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian warga untuk tetap berada di tempat duduknya masing-masing.

Acara penyuluhan kesehatan pun berjalan dengan lancar dan tertib, bahkan para warga pun pulang dengan keadaan puas karena mendapatkan ilmu baru sekaligus makanan dari diadakannya acara itu.

Mereka menunggu warga pulang keseluruhannya dari acara itu, setelah itu mereka berencana seperti biasa mengadakan rapat untuk evalusi. Rapatnya mereka lakukan di taman balai desa.

"Alhamdulillah yah ternyata warga sangat antusias dengan acara kita ini, terbukti dengan. banyaknya warga yang hadir dan mereka juga banyak yang betanya saat sedang penyuluhan tadi." Ungkap Yogi merasa puas dengan agenda acaranya.

"Iya Alhamdulillah, ini juga berkat bantuan dari kak Ahmad, makasih ya kak Ahmad." Ungkap Risti sambil tersenyum ke arah Ahmad.

Doni merasa keberatan dengan sikap Siska yang ramah pada Ahmad. Matanya mendelik ke arah Ahmad.

"Hallah dia bantu kita juga paling ada maunya, hmm...lagian ngapain sih Yog kita rapat harus ada dia segala, dia kan bukan bagian dari kita." Ungkap Doni dengan sarkas sambil menunjuk ke arah Ahmad.

"Astagfirullah Doni, jangan seperti itu, Kak Ahmad itu sudah banyak membantu kelancaran setiap kegiatan kita di sini. Kamu jangan berbicara kasar seperti itu. Oh ya satu lagi, meskipun kak Ahmad tidak kuliah dengan kita tapi dia adalah bagian dari kita di sini. Ingat itu Don."  Ungkap Yogi tidak terima dengan pernyataannya tentang Ahmad. Merasa tidak enak pada Ahmad.

Sedangkan Ahmad dia tidak terlalu menggambil hati apa yang dikatakan oleh Doni, dia santai saja mengatakan apa yang dirasakannya.

"Hmm...maaf kalau kehadiranku membuat kalian jadi ribut. Kalau aku sih terserah kalian saja yah, diikutsertakan atau tidak dalam kegiatan kalian itu bukan maslah bagiku." Jawab Ahmad sambil mengembangkan senyumannya.

Kemudian dia pun langsung pamit, karena memang dirinya merasa tidak ada perlu lagi untuk tetap tinggal di sana.

"Oh iya kakak-kakak kalau begitu aku permisi pulang saja yah, kebetulan aku ada janji sama teman. Kedepannya kalau kalian memang sudah tidak membutuhkan aku lagi dalam setiap kegiatan yang kalian adakan gak apa-apa kok kalau aku gak dilibatkan lagi. Tapi kalau kalian butuh bantuan, aku akan selalu siapa untuk membantu." Ungkap Ahmad sebelum melangkah pergi dari teras Mesjid.

Tanpa menunggu persetujuan, Ahmad pun langsung pergi dan tentunya dengan mengucap salam terlebih dahulu.

Melihat kepergian Ahmad, Yogi semakin merasa tidak enak pada Ahmad, sehingga sekali lagi dia mengingatkan dengan penekanan pada yang lainnya untuk tidak berkata sembarangan lagi tentang Ahmad.

"Puas kamu Don, dia sudah pergi. Sekali lagi aku ingatkan, tidak boleh ada lagi ada yang menyinggung tentang keberadaan Ahmad di tengah-tengah kita, dia adalah bagian dari kita, tidak usah lagi kita mempertanyakan hal itu. Bersyukur masih ada yang mau memandu kita saat di sini" Ungkap Yogi dengan tegas.

Siska berwajah kecut ke arah Doni, dia pun hampir sama dengan Yogi, tidak terima dan tidak sepakat dengan ulah Doni yang menyepelekan keberadaan Ahmad.

"Bener tuh kata Yogi, harusnya kamu tuh bersyukur Don, bukannya malah nyinggung hati Ahmad. Beruntung Ahmad orangnya santai baik hati, sehingga dia tidak mudah tersinggung dengan kata-kata pedasmu." Sarkas Siska.

Doni jelas saja tidak terima karena sudah dipojokan, dia bangkit dan memisahkan diri dari yang lainnya.

"Ah sudahlah, ngapain sih kalian belain si anak kampung itu, apa hebatnya dia dia cuma anak kampung yang tidak tahu diri." Teriak Doni.