Ahmad menghentikan langkah kakinya ketika dia sadar kalau dia sedang berbicara sendiri. Menengok kebelakang, lalu kemudian geleng-geleng kepala saat melihat Sisma jaraknya cukup jauh darinya yaitu sekitaf dua meter di dibelakangnya.
"Haddeh...jadi dari tadi aku ngomong sendiri, hmm...ayo dong kak Siska dipercepat lagi langkahnya, masa kalah sama siput." Teriak Ahmad. Tangannya melambai ke arah Siska.
Siska yang sedang sibuk dengan pikirannya kikuk dibuatnya, dia pura-pura memainkan Ponselnya.
"Sory Ahmad, tadi ada tanaman yang unik, jadi aku fhoto-fhoto dulu." Balas Siska. Tangannya pura-purang mengotak ngatik ponsel yang barusaja dikeluarkan dari saku almamaternya dan berpindah ditangannya.
Dengan sedikit berlari Siska pun menghampiri Ahmad yang sedang menunggunya,
"Sory, btw emangnya kamu tadi bahas apa pas aku lagi fhoto-fhoto?" Tanya Siska dengan nafas yang masih terengah.
Meskipun dirinya menjarak dari Ahmad, tapi samar terdengar apa yang dikatakan Ahamd. Ahmad memberikan penjelasan tentang pohon-pohon di sekitar dan sesekali dia menceritakan kisah masa kecilnya yang suka main ke hutan untuk mencari kayu dan burung hutan. Hanya untuk basa basi saja dia kembali menanyakan hal itu pada Ahmad.
"Maaf tidak ada siaran ulang nona." Jawab Ahmad singkat.
"Eh ini sudah mau sampe ke hutan, tapi masih lumayan sih, jadi cukuplah untuk kita beristirahat sejenak disini." Susul Ahmad
Kakinya melangkah beberapa langkah menuju pohon rindang dan dibawahnya tumbuh rerumputan yang masih hijau.
"Ayo sini kak, kita istirahat sejenak disini, ini ada daun-daun buat alas, tenang aja ini aman dan bersih kok." Seru Ahamd pada Siska yang masih mematung ditengah jalan.
Siska pun tanpa ragu segera mendatangi Ahamd dan duduk bersebelahan dengannya. Ahmad memberikan botol minuman padanya. Sambil istirahat Siska kembali menimbang-nimbang rencana jahatnya pada Ahmad. Hati nuraninya mengatakan untuk tidak melanjutkan aksinya karena kemungkinan jika dipaksakan selain akan mencemarkan nama baik Ahmad juga akan mencemarkan nama baik dirinya juga.
Siska berpikir keras untuk mengajak pulang dan kembali ke posko. sedangkan Ahamad begitu semangat memberikan arahan.
"Duh gimana yah, masa aku yang minta tolong dan aku juga yang harus ngebatalin ke hutan, hmmm...." Siska membatin
"Kak kenapa dari tadi aku lihat-lihat kak Siska bengong mulu, apa kakak sedang sakit?" Tanya Ahmad
Dengan mendapat perhatian semacam itu dari Ahmad hati Risti semakin meleleh, dia semakin yakin untuk tidak meneruskan rencana jebakannya.
"Hmm...iya Ahamad tiba-tiba kepalaku pusing, sepertinya kita harus kembali ke posko deh Ahamd." Jawab Siska. Serasa punya jalan untuk mencari alasan.
" hmm...gimana yah, sebenarnya sih tanggung soalnya hutan sudah di depan mata, tapi....ya udah lah kita pulang saja kalau kamu pusing." Jawab Ahmad
"Oh iya nanti soal pohon obat gampang saja tinggal kamu sebutin ciri-cirinya, nanti biar aku saja yang cari pohon itu dan akan aku bawakan daunnya untukmu." Susul Ahmad kemudian
Tangan Risti memberikan isarat dengan melambai perlahan.
"Hmm...Enggak, gak usah Ahamad, aku tidak ingin merepotkanmu, lagian sepertinya penelitianku sudah cukup, tadi selagi aku berjalan dibelakangmu, aku sempat memetik dan memperhatikan dedaunan disepanjang jalan, dan sepertinya daun itulah yang sedang aku cari, tadi sudah aku fhoto juga. Lagian penjelasan dari kamu juga tadi sudah cukup mewakili dan jelas." Jawab Siska.
Ahmad mengerutkan keningnya
"Serius, kamu yakin kalau kamu gak membutuhkan data lebih?" Tanya Ahamad serius
Dengan semangat Siska mengangguk.
"Bagus kalau memang menurutmu itu sudah cukup, yuuu buruan kita pulang sebelum kamu pingsan, aku gak mau kalau harus gendong kamu gara-gara kamu pingsan di sini, he...he.." Ungkap Ahamd sambil terkekeh
*
Awalnya Siska memang tidak tertarik sama sekali dengan Ahamad, tapi seiring berjalannya waktu dan hari-hari yang selalu didampingi Ahamd sebagai pemandu wisata, dia pun akhirnya semakin terpikat melihat pesona Ahamad sebagai seorang lelaki yang bersahaja dan juga cerdas. Siska juga tidak menyangka kalau dia akan benar-benar jatuh hati. Awalnya dia berpikir mungkin dirinya hanya sekedar suka karena kagum semata namun tidak begitu pada kenyataannya.
Semenjak dia mengenal Ahamad, dan seringnya interaksi karena urusan tugas, juga karena perjalanan menuju hutan itu, membuat Siska selalu terbayang-bayang dengan raut ganteng wajah Ahamad, bahkan dia diam-diam suka mencuri pandang saat Ahamad sedang bertugas mengantarkan mereka untuk jelajah kampung.
Sikap jutek dan angkuh Siska pun perlahan berubah bahkan semakin hari Siska semakin baik dan perhatian pada Ahamad, sehingga Ahamad pun lambat laun mengerti dengan perhatian yang diberikan Siska padanya. Namun tentu saja Ahamad tidak membiarkan perasaannya jauh sampai kedasar karena dia tahu siapa dirinya.
Meskipun Ahamad tahu dengan keseriusan Siska tapi Ahmad selalu mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan itu semua karena tidak ingin jika dirinya malah terjebak dengan perasaannya sendiri yang nantinya justru akan mengecewakan.
Meskipun sekuat hati Ahmad mencoba menghindar dan berusaha bersikap biasa saja terhadap Siska tapi kenyataannya semua itu mempengaruhi keseharian Ahmad.
Ahmad menjadi kurang bersemangat kalau mendengar Siska kurang enak badan atau sebaliknya dia merasa senang saat dirinya akan mengantarkan mahasiswi untuk ke tempat yang akan dikunjungi mahasiswi untuk kegiatan.
Seperti kejadian pagi itu saat Ahmad tahu akan ada acara di bale desa, Ahmad sangat senang sekali karena itu tandanya dia akan bertemu dengan oujaan hatinya. Meskipun Siska tidak lagi mengungkapkan lagi perasaannya pada Ahmad tapi rupanya cara Siska menarik hati Ahmad berhasil.
Ahmad merapikan bajunya serapi mungkin, wajahnya begitu berseri dan dia memakai farpum dengan wangi yang disukainya. Fatma melihat gerak gerik Ahmad akhir-akhir ini, dia mencium aroma jatuh hati dari diri putranya.
"Ahamad kamu hendak kemana kok sepertinya seneng banget kamu?" Tanya Fatma pada anaknya yang masih merapikan rambutnya.
"Biasa bu mau mengantarkan anak-anak mahasiswi itu." Jawab Ahmad biasa saja.
"Hmm...ko pakaianmu rapih banget Ahmad, biasanya juga kalau cuma nganterin mahasiswi gak serapi itu, pake acara dipafum banyak lagi sampe menyengat seperti ini." Ungkap Fatma sambil melirik anaknya dari depan pintu kamar.
"Ah Ibu bisa aja, biasa lah bu anak muda." Jawab Ahamad sambil tersenyum penuh makna.
"Hmm...Ahmad ibu cuma bisa ngingetin, hati-hati dengan perasaan kamu ya Ahmad kamu jangan terjebak dengan perasaan yang akan membuatmu sakit hati. Kamu jangan sampai jatuh hati pada mahasiwi -mahasiswi dari kota itu, kamu harus sadar siapa dirimu." Ungkap Fatma pada Ahmad seakan dia tahu apa yang sedang terjadi dengan anaknya.
Mendengar kata-kata ibunya ada perasan luka yang dirasanya, seperti tusukan jarum namun tidak berdarah. Ahamad mencoba mengerti dengan pernyataan ibunya, namun di sisi lain dia merasa harga dirinya terinjak. Meskipun dirinya memang pemuda kampung, lalu apa salahnya jika dia suka pada gadis kota, apa itu sebuah kesalahan?, Yah begitulah pikiran Ahmad saat itu.
Ahmad menghentikan aktifitasnya, dia berbalik ke arah ibunya,
"Kenapa bu, apa lelaki kampung sepertiku tidak layak untuk mendapatkan cinta gadis kota?" Tanya Ahmad sedikit kecewa.
Fatma masuk ke kamar Ahmad, dia duduk di tepian kasur, lalu mengisyratkan dengan tangannya menepuk-nepuk kasur sebelahnya pada Ahmad.
"Sini nak" Ungkap Fatma.
Ahmad pun duduk di sebelah ibunya, dan Fatma mulai berbicara.
"Nak maaf jika kata-kata ibu tadi membuatmu sakit hati, ibu tidak bermaksud untuk itu. Bukannya tidak boleh orang seperti kita mencintai orang-orang kota seperti mereka tapi kita harus tahu batasan Ahamad. Mereka itu berbeda dengan kita Ahamad." Ungkap Ibunya sambil mengusap pundak anaknya.
"Beda apanya bu, bukankah sama-sama mahluq Allah, kenapa Ahmad jadi merasa tidak berharga dan merasa direndahkan seperti ini mendengar kata-kata Ibu." Jawab Ahmad penuh emosi.
"Tidak nak, maksud ibu tidak seperti itu." Jawab ibunya singkat.
"Lalu apa bu, apa karena kita ini miskin lantas kita tidak pantas hidup berdampingan dengan orang kaya?" Ungkap Ahmad semakin dramatis.
"Bukan seperti itu nak," Jawab Fatma singkat, dia kebingungan harus menjelaskan seperti apa pada anaknya.
"Ya sudahlah nak, maafkan ibu jika kata-kata ibu membuatmu salah faham, yang pasti pesan ibu satu berhati-hatilah dengan perasaanmu jangan sampai kamu salah menyikapi itu semua. Bijaklah dengan itu semua nak." Jawab Fatma mencoba mengakiri perbincangannya, karena dia kebingungan untuk menjelaskan maksudnya pada anaknya.
"Iya bu Ahmad juga faham maksud ibu kok, Ahmad tahu siapa diri Ahmad, maafkan aku jika sudah membuat ibu khawatir. Aku tidak akan macam-macam kok bu, aku tidak akan jatuh hati pada mereka gadis kota itu." Jawab Ahmad sambil memeluk ibunya.
Fatma pun membalas pelukan anaknya dan lagi-lagi meminta maaf pada anaknya.
"Maafkan ibu nak, ibu hanya tidak ingin melihatmu kecewa itu saja." Ungkap Fatma sambil melepaskan pelukannya.
"Sekarang cepatlah pergi, bukannya kamu sudah ada janji untuk mengantar mereka?" Tanya Fatma sambil mengulas senyuman.
"Siap bu, tenang saja aku akan selalu menjaga hati ini bu." Jawab Ahmad dia sudah merasa baikan dibanding tadi saat ibunya memberikan nasihat itu.
"Iya ibu percaya kok pada kamu Ahmad." Jawab Fatma.
Ahmad pun pamit dan segera menuju halaman mesjid, karena mahasiswa dan mahasiwi memang sudah diintruksikan terlebih dahulu supaya berkumpul di Mesjid sebelum berangkat ke tujuan acara.
*
Ahmad berjanji pada dirinya untuk tidak jatuh hati pada gadis-gadis kota itu, sebaik dan secantik apapun, Ahmad mengerti maksud yang dikatakan oleh ibunya saat di rumah. Meskipun awalnya menolak dan merasa direndahkan tapi akhirnya dia faham maksud ibunya itu.
Ahmad menunggu mereka di teras mesjid, karena ternyata Ahamad terlalu awal datang ke mesjid, sedang kan para mahasiwa belum ada satu pun yang menampakan batang hidungnya.
Sambil menunggu yang lain Ahmad masuk ke mesjid untuk menunaikan Shalat dhuha dua rakaat. Saat Ahmad sedang Shalatlah mahasiswi datang ke halaman Mesjid dan mereka melihat Ahmad sedang shalat di dalamnya.
"wah keren banget ga sih itu anak kampung, jam segini sudah shalat, btw shalat apa yah " Ungkap salah satu mahasiswi.
"Woi PA itu tuh shalat dhuha namanya, meskipun aku gak alim-alim banget yah tapi aku tahu kalau shalat yang dilakukan jam seginian tuh namanya shalat dhuha." Ungkap Reina sambil melirik ke arah Ahmad.
*
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca karyaku, dukung author yuu lewat comen dan like dan juga jangan lupa masukan ke rak kalian yah terimakasih