Siska tidak tidak terima jika surat yang dia tulis malah dibuang oleh Ahmad, yang semakin membuatnya tidak terima karena dirinya ditolak oleh seorang pemuda kampung seperti Ahmad. Siska merasa direndahkan dan sangat tidak terima, dia akan terus berusaha untuk menaklukan hati Ahmad, dengan cara apapun.
Siska mengepalkan tangan kanannya dan meninjukannya pada telapak tangan sebelahnya, wajah putihnya berubah menjadi kemerahan,
"Lihat saja nanti, jangan sebut aku Fransiska kalau tidak bisa mendapatkanmu." Gumam Siska
Rencana jahat pun sempat terlintas dalam benaknya.
"Hmm...atau aku jebak saja dia, biar dia tahu rasa." Gumamnya lagi sambil memicingkan matanya.
*
Keesokan harinya Siska berniat akan menjalankan misi rahasianya, misi yang sama sekali tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk teman dan sahabatnya sendiri pun tidak ada yang diberitahunya. Siska akan menjalankan misinya seorang diri, dia akan berencana meminta bantuan Ahmad untuk mengantarkannya keliling kampung guna menyelsaikan tugas KKN nya.
Pagi-pagi sekali Siska sudah terlihat rapih lengkap dengan atributnya, Almamater melekat dibadannya, tas Ransel sedang sudah tergantung dipundaknya yang sebelah kanan. Rambut sebahunya dibiarkan terurai tanpa tali atau penjepit lainnya.
Mawar menggeliat melebarkan sayapnya, lantas mengucek matanya dan menatap Siska yang sedang berdiri disebelahnya.
"Sebentar, ini aku gak sedang mimpi kan?" Ujar Mawar. Tangannya menggeloyor mencari jam weker di atas nakas.
"Lah ini jamnya bener hidup, kamu mau kemana Siska sepagi ini, biasanya juga masih tidur ah." Ungkapnya sambil menguap "huaaaaaaam"
"Kamu gak mimpi Mawar, ini memang baru jam 5 lewat 30, lah apa salahnya kalau aku rajin bangun jam segini?" Ungkap Siska sambil mencebikan mulutnya pada Mawar.
"Gak masalah sih, tapi masalahnya loe sudah rapih, emang loe mau kemana?, Perasaan kita gak ada agenda deh sepagi ini." Ungkap Mawar sambil mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu.
"Ah sudah ah, lama ngomong sama orang baru bangun tidur, kimpulin dulu tuh nyawa baru komentar, pokoknya aku lagi ada urusan, bye..." Ungkap Siska. Meninggalkan Mawar.
*
Siska nekad mendatangi rumah Ahmad, dia mengetuk pintu seraya mengucap salam. di depan pintu mukanya sedikit kikuk, kakinya digerak-gerakin karena grogi. Tidak lama kemudia pintu di buka dan nampak seorang perempuan paruh baya berkerudung coklat menghampirinya.
" Wa'alaikumsalam, maaf mau ketemu siapa neng?" Tanya perempuan itu sambil mengulas senyuman.
Siska pun membalas dengan senyuman, kemudian memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangannya. Setelah mendengar penjelasan dari Siska, Fatma mempersilakannya masuk dan sedikit berbincang dengannya.
"Oh jadi neng Siska ini KKN dari kota yah, hmm...kenapa cuma sendiri mengerjakan tugasnya, teman neng yang lainnya kok pada gak ikut?" Tanya Fatma
" Iya ibu kebetulan ini adalah tugas individu dan saya membutuhkan bantuan Ahmad anak ibu, makanya datang ke sini." Jawab Siska ragu.
Siska ragu mengatakan itu karena hati kecilnya menolak untuk membohongi ibunya Ahmad.
"Duh maafin aku bu, aku bohong soal itu, habisnya sih anak ibu sombong pake acara nolak aku segala, jadi dia harus membayarnya bu." Siska membatin. Wajahnya tetap tersenyum menghadap Fatma.
Fatma pamit dari hadapan Siska untuk memanggil Ahmad yang masih di kamarnya.
Sesampainya di kamar, tanpa aba-aba Fatma nyerocos menasehati anaknya.
"Ahmad inget yah kita ini orang kampung, jadi harus pinter-pinter bawa hati jangan malah sakit hati, kalau kamu lagi ada tugas membantu para mahasiswa dari kota kamu fokus sama tugas kamu aja yah, jangan sama yang aneh-aneh, jangan bawa-bawa perasaan ya Ahmad." Ungkap Fatma.
Ahmad yang sedang duduk mendadak berdiri karena heran sepagi itu ibunya sudah ceramah dikamarnya.
"Lah ada apa ini, kok ibu gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba ngomnya gitu, ada apa bu?" Tanya Ahmad dengan lembut
"Ibu yang seharusnya heran, masa sepagi ini ada mahasiswa cantik yang mendatangi rumah kita, dia mau minta diantar keliling kampung katanya buat tugas." Ungkap Fatma.
"Mahasiswa cantik, maksud ibu siapa?" Tanya Ahmad heran.
"Kamu lihat saja sendiri, dia ada diruang tamu, tapi inget yang ibu katakan tadi yah" Ungkap Fatma memberikan isarat dengan mengacungkan telunjuk kanannya.
"Siap komandan, ibu tenang saja, Ahmad akan ingat selalu nasihat ibu." Jawab Ahmad.
Ahmad bergegas menuju ruang tamu, dan sesampainya disana dia pun terhenyak karena didepan matanya ada bidadari.
" Eh ada kak Siska rupanya, sepagi ini ada perlu apa kak?" Sapa Ahmad.
Siska yang sedang memainkan ponselnya sedikit kaget dengan kedatangan Ahmad yang tiba-tiba.
" Eh kamu Ahmad ngagetin aja, sudah ku bilang jangan panggil aku kakak, emangnya aku kakakmu." Jawab Siska dengan nada ketus.
" Oh baik neng Siska, ada apa kiranya pagi-pagi sudah berkunjung ke sini?" Tanya Ahmad lagi.
"Nang neng, nang neng, ribet amat sih, panggil aku Siska aja." Jawab Siska kesal.
*
Setelah mendengar penjelasan Siska, sejujurnya Ahmad merasa risih jika harus pergi ke hutan dekat kampung sepagi ini, dan hanya berdua saja dengan Siska. Namun apalah daya Ahmad tidak bisa menolak permintaan seorang perempuan, dia sudah berkewajiban membantu para mahasiswa yang membutuhkan bantuannya, terutama untuk akses keliling dikampunya itu.
Terpaksa dia mengiyakan karena selain itu juga Siska memohon,
"Baiklah saya akan menemani, tapi setelah pohon obat yang kamu cari ketemu maka kita harus langsung bergegas kembali keluar dari hutan itu." Ungkap Ahmad
"Kenapa memangnya Ahmad, kamu takut yah, emang hutan itu angker yah?" Tanya Siska penasaran
" Sebenarnya sih enggak, karena masih banyak kok orang yang suka lalu lalang masuk ke hutan buat cari kayu bakat atau berburu." Ungkap Ahmad
"Hmmm...baguslah kalau hutannya tidak angker, rencanaku bisa berjalan dengan mulus." Siska membatin
Melihat Siska tersenyum sendiri, Ahmad mengerutkan keningnya,
"Dih kak Siska kenapa bengong kaya gitu, gak kesambet kan, jangan bilang kalau kak Siska takut yah pergi ke hutan?" Ungkap Ahmad membuyarkan lamunan Siska
"Kak lagi kak lagi, ishhh....Siska oy Siska, ingat yah aku bukan kakak mu, ayolah sekarang kita pergi, nanti malah keburu siang, tugasku masih numpuk." Ujar Siska ketus. Pergi begitu saja dari rumah Ahmad.
Ahmad segera mengejarnya,
"Main pergi gitu aja, kamu yang minta tolong kamu juga yang sewot, hmmm...setidaknya hargai ibu aku, pamit dulu kek gitu, jangan main pergi pergi aja." Ungkap Ahmad memberikan kode supaya Siska kembali masuk ke dalam rumah.
Siska terdiam, dia menyadari hal itu, tapi dia gengsi untuk meminta maaf, tapi dia pun mengalah dan kembali lagi masuk ke rumah untuk berpamitan pada ibunya Ahmad.
Tidak lama kemudian, Siska dan Ahmad pun segera bergegas menuju hutan untuk mencari tanaman yang dimaksud oleh Siska.
*
Satu jam perjalanan menuju hutan tentu saja banyak hal yang dibincangkan oleh keduanya, dari mulai hobi, cita-cita bahkan sampai hewan kesukaan pun menjadi perbincangan mereka. Hal itu membuat Siska berubah pikiran seketika.
Awalnya berniat untuk menjebak Ahmad di hutan tapi justru dengan perjalan yang mereka lakukan malah membuat Siska jatuh hati sungguhan pada Ahmad.
" Duh sial, tadinya aku mau ngejebak kamu Ahmad, biar kamu tahu rasa karena sudah beraninya nolak aku, tapi kok jalan bareng sama kamu malah bikin aku jadi baper nih." Siska membatin. Berjalan pelan sedikit menjarak dari Ahmad.