Ahmad tidak memikirkan yang aneh-aneh dengan surat yang diterimanya dari Mawar. dia bergegas mempercepat jalannya menuju rumah pamannya karena dia ada janji untuk membantu acara ditempat itu. Acara yang digelar sederhana tetapi berjalan dengan khidmat.
Ahmad dengan semangat memberikan sambutan untuk para tamu yang hadir di rumah pamannya. acara demi acara Ahmad lalui dengan penuh semangat dan disesi penutup Ahmad mempersilakan ustadz untuk memberikan sedikit nasihat dan juga ucspan selamat kepada sepupunya yang telah melangsungkan khitbahan.
"Barakallah semoga dengan adanya khitbah ini, menjadikan tali pengikat untuk kamu nak Dela dan nak Tora, tapi mesti diingat sama kalian meskipun kalian sudah khitbahan tapi kalian harus tetap jaga jarak karena kalian belum resmi jadi suami istri. kalian belum boleh bersentuhan karena kalian belum halal." Tegas Pak Ustadz
Para hadirin sedikit terkekeh, sedang Dela dan Tora menundukan pandangan dengan wajah memerah, mungkin karena terharu, mungkin juga karena malu karena disorakin oleh keluarga besar mereka.
"oh iya satu lagi saudara-saudara kalau bisa jarak khitbahan menuju pernikahan jangan terlalu lama karena kalau kelamaan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, atau nanti khawatir salah satu dari.kalian tergoda sama yang lain saat ditengan penantian itu." Tambah pak Ustadz menjelaskan.
Kemudian pak ustadz kembali menyerahkan acara pada Ahmad selaku Mc acara, dan Ahmad pun tersenyum.
"Baiklah terimakasih untuk nasihatnya pak ustadz, semoga dengan adanya nasihat tersebut bisa membuat kami lebih baik lagi." Ungkap Ahmad
Ahmad pun mengakhirinya dengan do'a dan salam.
*
saat tamu undangan lebih tepatnya keluarga besar kedua belah pihak sedang mencicipi hidangan.yang disediakan, Ahmad menyelinap ke ruang tamu untuk menemui pamannya, dia pun berkata dengan pelan.
"Om maaf nih karena sudah asar sepertinya Ahmad harus pamit untuk shalat berjama'ah di mesjid." Ungkap Ahmad pada pamannya.
"Oh iya Ahmad, ya enggak apa-apa, kan acaranya juga sudah beres, kalau mau pulang, pulang saja dan terimakasih loh sudah bantuin kerjaan om di sini." Jawab pamannya sambil memberikan satu bungkus kresek cukup besar pada Ahmad
"Om apaan ini, gak usah repot-repot om," Ahmad merasa sungkan dan mencoba menolak pemberian pamannya.
"Sudah bawa saja itu buat kamu dan ibumu, salam buat ibu yah." Ungkap Pamannya.
Akhirnya Ahmad pun menerimanya meskipun masih merasa tidak enak.
Sebelum ke Mesjid tentu Ahmad pulang dulu untuk memberikan kresek dan tasnya ke rumah, setelah menyerahkan buah tangannya pada ibunya lantas Ahmad pun segera ke Mesjid untuk Shalat berjama'ah.
*
Selsai shalat saat Ahmad mau pulang, Mawar terburu-buru keluar, dia kembali mengejarnya,
"Hei Kak Ahmad, sudah kau baca belum?" Tanya Mawar terus terang.
"Apa?" Tanya Ahmad polos tanpa expresi
"Lah kok apa sih Kak, itu loh yang tadi aku siang kasih ke kakak." Ungkap Mawar gemes.
"Oh itu, maaf aku belum sempet buka, nih sekarang pulang dari mesjid aku langsung buka ya, emang apaan sih isinya?" Ungkap Ahmad malah bertanya lagi.
"Ish...makanya baca dulu, ya sudah baca dulu sana biar kamu tahu isinya apa." Jawab Mawar sambil mencebikan pipinya dengan mata yang sedikit membulat.
Melihat Expresi mawar yang seakan ingin menelannya bulat-bulat Ahmad pun segera pamit untuk pulang,
" Eh santai dong non jangan emosi kaya gitu, iya nih aku mau pulang dan nanti sesampainya dirumah aku bakalan langsung baca." Ungkap Ahmad
setengah berlari meninggalkan Mawar si cewek aneh. Sepanjang perjalanan Ahmad mencoba mengingat-ngingat untuk membaca kertas yang diberikan Mawar. Sesekali dia bergumam
"kenapa hidupku akhir-akhir ini harus bersinggungan dengan cewek-cewek aneh kaya mereka yah." Gumamnya pada semilir angin.
sisanya dia mengulang-ngulang kata-kata mantranya,
"Sampai rumah, baca kertas dari Mawar, sampai rumah baca kertas dari Mawar, sampai ruamah baca kertas dari Mawar." Gumam Ahmad berulang-ang mengucapkan kata itu bermaksud supaya tidak lupa.
Sesampainya di rumah Ahmad langsung ke kamar dan mencari tas selempangnyauntuk mengambil kertas yang dimaksud Mawar. setelah tasnya ditemukan dengan cepat Kertas itu pun diambilnya dan sudah ada di tangannya siap untuk dia baca.
"Apaan sih ini, kok bentuknya kaya surat, tapi kok gak pake amplop yah. duh cewk-cewek ada ajah deh tingkah anehnya," Gumam Ahmad sambil tersenyum.
Ahmad pun mulai membuka lipatan kertas itu, kertasnya terdiri dari dua lembar yang dilipat seperti ketupat. Saat Ahmad berhasil membukanya, dia sedikit terhenyak saat membaca isi dari kertas yang dipegangnya.
"Assalamu'alikum
Teruntuk Kak Ahmad yang baik hati
Kak apa kabar?
Aku harap kak Ahmad selalu baik, seperti yang aku lihat setiap harinya. Maafin aku kalau lancang nulis ini ya kak, habisnya aku kepikiran terus dan gak bisa tidur karena keinget kakak terus.
Aku hanya ingin bilang, Aku suka sama kakak, semoga kakak mengerti dengan perasaanku juga. Maaf yah kak kalau aku terlalu jujur, karena memang aku ini apa adanya, gak suka bertele-tele.
Kalau kakak berkenan, besok pagi kita jumpa di teras Mesjid.
Wassalam
Siska."
mata Ahmad membulat, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia baca, dia kaget saat membaca kertas itu yang ternyata kertas itu isinya surat pengungkapan rasa dari Siska
"Apa...Siska? Kenapa dia seperti anak SMA saja gaya bahasanya aneh." Gumam Ahmad
Ahmad merasa surat yang dibacanya itu hanya lelucon yang diberikan anak kota untuk ngerjain dirinya, sehingga dia memutuskna untuk tidak membalas dan juga tidak menemui Siska secara resmi di Mesjid seperti apa yang ditulis oleh Siska di suratnya.
"Ngapain pake acara ngajak ketemu di Mesjid segala, orang kita juga suka ketemu pas shalat bahkan hampir setiap hari kita kan metemu, ah orang kota ada-ada saja." Gumam Ahmad sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Selsai membaca surat itu, dia pun meremasnya dan membuangnya ke tong sampah. Ahmad sama sekali tidak tertarik untuk mengkoleksinya apalagi membalasnya.
*
Keesokan harinya seperti biasa Mawar kembali menyapanya untuk menanyakan terkait balasan surat yang diberikannya.
"Kak Ahmad mana?" Tanya Mawar
"Apanya yang mana?" Ahmad balik bertanya.
"Kak Ahmad sudah baca kan surat yang kemarin aku berikan?" Tanya Mawar memperjelas.
"Oh itu, iya sudah." Jawab Ahmad dengan ringan.
"Terus mana?" Tanya Mawar lagi
"Apanya, Suratnya? Ya suda aku buang lah ke tong sampah." Jawab Ahmad polos.
"Balasannya kak." Ungkap Mawar dengan sedikit menekan kata-katanya karena gemes dengan sikap Ahmad yang polos.
"Lah emang harus di balas, ngapain sih pake di bales segala orang kita juga sering ketemu di mesjid," Ungkap Ahmad dengan santai.
"Ya ampun kak Ahmad, aku pikir kamu gak sepolos itu, itu tuh surat cinta dari Siska untukmu, dan Siska memerluakn balasannya atau jawaban atas ungkapan perasaannya itu." Ungkap Mawar mempertegas.
"Surat Cinta?, Ah kamu ngaco Mawar mana ada anak kota seperti Siska menulis itu untuk aku. Salah alamat kali tuh." Jawab Ahmad lagi-lagi membuat Mawar semakin kesal.
Mawar terlihat kesal hingga tangan kanannya mengepal dan dia pergi meninggalkan Ahmad begitu saja.
"Ehhhhh..." Ungkap Mawar sebelum dia pergi.
Melihat Mawar bersikap seperti itu, Ahmad malah bergidig,
"Dasar perempuan aneh." Ungkap Ahmad, lalu dia pergi meninggalkan halaman Mesjid.
Sementara Mawar, dia pergi pada Siska untuk memberitahukan kabar buruk itu. Dari kejauhan Siska sudah menunggu Mawar, dia melambaikan tangan pada Mawar suapaya mempercepat jalannya.
Mawar pun mengerti, dia mempercepat jalannnya dan langsung saja duduk dengan kesal di teras rumah.
"Hei loe kenapa Mawar?" Tanya Siska dan ikutan duduk di teras.
"Sis, tahu gak sih aku tih bete banget sama si Ahmad, sudahlah Sis kan sudah aku bilang dia itu cuma cowok kampung, jadi gak usah lah terlalu mengharapkan cowok kaya dia." Ungkap Mawar dengan nada suara yang tinggi.
Siska memberikan kode dan terpaksa menutup mulut Mawar dengan tangannya sendiri,
"Stttt....loe jangan keras-keras Mawar, emangnya loe mau gue malu gara-gara ketahuan satu Rt kalau gue nembak si Ahmad?" Bisik Siska pada Mawar, kemudian dia melepaskan bekapan tangannya dimulut Mawar.
"Sory, abisnya aku kesel, masa dia malah bilang surat kamu tuh salah alamat, dan dia gak membalas surat dari kamu itu Sis, dia anggap surat itu hanya lelucon saja." Ungkap Mawar dengan suara dipelankan.
"Emang dia segitu polosnya ya War, hmm...bete juga yah, kalau dia menolak aku wah berani bener tuh orang, lihat aja nanti." Gumam Siska pelan.
"dia bukan hanya polos tapi memang kampungan, ganteng sih tapi kalau katro kaya gitu mending kamu gak usah deh Siska ngejar-ngejar cowok kaya dia, kamu pikir-pikir lagi deh niatmu itu. Mending si Doni aja tuh jelas-jelas satu level sama kita." Ungkap Mawar yang ikut kesal dengan Ahmad.
Padahal sebenarnya Mawar juga mengakui kepiawaian dan kecerdasan Ahmad, namun soal hati Mawar tidak bisa menebaknya makanya dia bilang Ahmad katro.