Chereads / Rahasia Kotorku Akankah Terbuka Karena Kehamilan Ini / Chapter 2 - Hubunganku dengan Anton.

Chapter 2 - Hubunganku dengan Anton.

"Halo cintaku.." jawabku dengan senyum mengembang dan sembari memeluk erat tubuh Anton yang atletis serta tinggi.

Anton memang mempunyai perawakan sempurna, dengan tinggi 179cm dan berat badan 68kg, dada bidang, perut six pack, dan tangan kaki dengan otot kering yang tidak menyeramkan tapi terkesan gagah, kulit putih, mata yang indah dan mukanya yang pertengahan antara oval dan kotak, dan rambut tersisir rapih kebelakang rapih, membuat ku dan perempuan lain selalu kagum kepadanya.

Selain tubuhnya yang sempurna, dia juga mempunyai prestasi gemilang, dimana selain ketua tim basket, dia juga pernah menjabat sebagai ketua senat di universitas negeri paling prestisius di Jakarta tempatnya menuntut ilmu dan ipknya tidak pernah lebih rendah dari 3.6 selama hampir 4,5 tahun melalui kuliah.

Apalagi dengan sisa stase tidak sampai 4, praktis sebentar lagi Anton akan dilantik sebagai dokter umum. Membuatku makin bangga dan yakin untuk menjalani hubungan serius dengannya yang mempunyai masa depan yang tentunya cerah.

Selain prestasinya yang luar biasa, latar belakang keluarganya juga sangat terhormat. Ayahnya adalah seorang brigadir jendral polisi, yang menjabat kedudukan lumayan tinggi di mabes Polri, dan dari cerita Anton, sepertinya tinggal menunggu waktu ayahnya akan dilantik sebagai inspekstur jendral. Ibunya adalah Doktor dokter spesialis Anak yang juga merupakan dosen di universitas negeri tempat Anton menuntut ilmu.

Anton mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Rudi yang merupakan lulusan akademi kepolisian seperti ayah mereka dengan pangkat saat ini adalah Ajun Komisaris Polisi dan menjabat kapolsek di daerah Kalimantan dan berumur 5 tahun lebih tua dari Anton. Bang Rudi juga lulusan terbaik akpol diangkatannya, sehingga karirnya termasuk sempurna.

Dengan kondisi fisik, prestasi dan latar keluarganya yang cemerlang, wajae bila banyak yang cemburu dan sirik kepadaku karena berhasil mendapatkan hati Anton. Tidak jarang teman-temannya di kepaniteraan klinik, akper yang sedang praktek lapangan mencoba menggoda dan merayunya untuk berpaling hati dariku, namun karena pada dasarnya Anton anak baik- baik, segala godaan itu ditepis dan ditangkalnya dengan mudah serta setia selalu kepada hubungan kami.

"Kamu naik apa ke sini sayang?" tanyaku pada Anton dengan nada manja sembari tidak melepas pelukanku kepadanya.

"Naik motor sayangku" jawab Anton sembari mengacak-acak lembut rambut panjangku.

"Kok ga 'naik si merah' sayang? tanyaku padanya sembari makin erat memeluknya. Si merah adalah julukan bmw serie 3 warna merah kesayangan Anton yang dia dapatkan saat keterima di fakultas kedokteran dan juga mobil yang biasa dipakai untuk dia bepergian sehari- hari.

"Nggak sayang.. Soalnya biar kalau ada panggilan di IGD aku bisa langsung ke sana dengan cepat" ujar Anton menjelaskan alasan dia membawa motor.

"Ok sayang.. Moga- moga ga ada panggilan ya.. Aku uda kangen 2 minggu ga ketemu kamu karena kamu sibuk jaga terus" ujarku kepadanya dengan manja tanpa melepas pelukanku.

"Iya maaf sayang, namanya juga sedang kepaniteraan sayang.. By the way.. Kamu jam kuliahnya sudah selesai atau masih ada lagi?" tanya Anton kepadaku.

"Udah selesai sayang. Kenapa? Kamu mau ajak aku kencan?" tanyaku kepadanya.

Disaat Anton akan menjawab pertanyaanku tiba- tiba kupingku mendengar ada yang bicara menyeletuk dengan suara yang familiar berkata "Ihhh murahan banget, peluk- pelukan kok didepan umum.. Cari kamar kek.. Kaya orang miskin aja"

Aku yang panas mendengar celetukan yang penuh kesinisan itu, membalikan badan ke arah suara itu berasal. Dan bener saja, itu adalah ulah Nurlina, orang yang selalu cari masalah denganku sejak kami masuk ke universitas ini. Semua orang dikampus tahu bahwa kami berdua adalah musuh bebuyutan dan selalu adu mulut di banyak waktu.

"Heh. Nenek sihir!! Diam aja lu!! Kalau ga laku ga usah iri.. Apa urusan lu ikut campur urusan gue.. Yang mesra-mesraan gue sama pacar gue kok.. Kalau lo pengen, cari pacar makanya! Eh iya, ga ada cowok yang mau sama cewek yang mukanya serem kaya lu ya.. Hahahaha.." Ujarku menghinanya secara frontal.

"Eh.. Lonte.. Gue itu bukan ga laku.. Tapi ga murahan kaya lu!! Gue masi punya harga diri dan menjaga kesucian.. Ga kaya lu murahan!!" balas Nurlina menghinaku.

"Anak setan! Sini lu.. Gue bikin bonyok muka lu biar lu makin ga laku" ujarku melepas pelukan tanganku ke tubuh Anton dan berjalan cepat hendak menjambak rambut si brengsek Nurlina.

"Ayo sapa takut sama lonte kaya lu, sini lu gue bikin perkedel lu!" ujarnya sembari juga berlari kecil dengan penuh emosi untuk berantam denganku.

Tiba- tiba tanganku ditarik dan tubuhku dipeluk dari belakang oleh seseorang yang rupanya tak lain tak bukan adalah Anton, kekasihku, yang bermaksud meleraiku yang hampir berantem dengan Nurlina musuh bebuyutanku di kampus.

Begitu juga Nurlina yang langsung dicegah dan dihalangi langkahnya menuju ke arahku oleh Andi dan Debora yang merupakan sepasang kekasih dan juga teman dekatku selama ini. Akhirnya kami hanya saling berteriak memaki satu sama lain tanpa bisa saling beradu fisik.

"Sudah sayang.. Sudah.. Tenang ya.. Ga usa diladeni orang kaya gitu.. mending kita nonton bioskop aja yuk di mall.. Tenang ya sayang.. Tenang.." ujar Anton membujukku dan menenangkanku yang sedang emosi berat sembari memelukku dengan erat dari belakangku.

Setelah dibujuk- bujuk oleh Anton selama 5 menit akhirnya emosiku mereda dan aku memutuskan untuk mengikuti ajakannya untuk jalan- jalan ke mall dan nonton film di bioskop.

‐-------

Aku dan Anton akhirnya pergi bersama ke mall menggunakan motor vario birunya Anton. Tapi tiba- tiba di tengah perjalanan bukannya Anton belok ke kanan di perempatan dekat mall tapi malah melaju lurus dijalan perempatan terakhir arah mall yang merupakan rute ke arah kostannya.

Aku sebenarnya tahu dia pasti ingin melepas rindunya bersamaku dikostannya. Namun aku pura- pura bego dan bertanya padanya "Loh kok ga belok kanan sayang? Kita memangnya mau kemana? Katanya mau ajak aku ke mall buat nonton"

Ke mallnya sore aja ya sayang.. Kita kekostanku dulu.. Katanya kamu kangen sama aku.. Daripada di mall mending kita berduaan di kost" ujarnya memberi alasan.

"Bilang aja kamu lagi nafsu sayang.. Ga dapat jatah dariku 2 minggu.. Hahahahaha" ujarku sembari tertawa.

"Hahahahaha.. Kamu emang tahu apa yang aku mau sayang.. Hahahaha.." ujarnya ikut tertawa.

Aku memang sudah berhubungan intim dengan Anton. Sejak 3 tahun kami berpacaran, kami sudah banyak berhubungan badan walau kami memakai alat kontrasepsi. Di zaman sekarang, berhubungan badan sebelum nikah memang hal yang wajar di kalangan anak muda di Jakarta.

Apalagi aku memang mengakui bahwa aku sudah tidak perawan ke Anton sejak kami pertama bertemu di Klub malam, saat aku sedang bercengkrama dengan teman- teman segengku untuk merayakan ulangtahun Diandra sembari minum- minum minuman beralkohol untuk menghangatkan badan kami.

Anton yang kebetulan juga sedang bersenang- senang dengan teman- teman satu kompleksnya melihatku dan saat aku sedang menari di lantai dansa mendekatiku dan mengajakku berkenalan dengannya.

Akhirnya kami memutuskan untuk duduk di meja berdua dan berkenalan diri lebih dalam. Karena kami berdua agak tipsy akhirnya pertemuan pertama kami berakhir di ranjang kostan Anton. Sejak 'pertempuran birahi' kami dalam cinta satu malam akhirnya berlanjut kami sepakat untuk berpacaran. Karena selain karena ketertarikan secara fisik, komunikasi kami sangat nyambunv dan sangat nyaman, sehingga wajar saja akhirnya dari nafsu birahi semata kami menjadi pasangan yang jatuh cinta.