Chereads / Rahasia Kotorku Akankah Terbuka Karena Kehamilan Ini / Chapter 3 - Ditinggal saat hampir puncak

Chapter 3 - Ditinggal saat hampir puncak

Anton langsung mengangkat rokku dan memelorotkan celana dalamku selepas ia mengunci pintu kostannya. Aku membantu membuka resleting celana bahannya dan membuka kait celana panjangnya saat Anton membuka kancing kemejanya.

Setelah Anton bertelanjang bebas tanpa sehelai kainpun ia mengangkat tubuhku dan menggendongku ala pengantin baru lalu bersamaku digendongannya meloncat ke atas dipan kasur di kostannya.

Setelah kami berdua berbaring diatas kasur, Anton mulai menerkamku, menciumi bibirku dengan buas sembari membuka kaitan bra hitamku tanpa membuka kaus merah yang aku pakai.

Setelah kait braku terbuka sembari tidak berhenti berciuman denganku dan sekarang aktif meremas- remas kedua payudaraku dengan kedua tanganku menyelinap dibawah kaus merahku.

Setelah beberapa menit berciuman mesra, Anton membuka kaus merahku dan mulai menghisap bergantian kedua payudaraku.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." desahku saat Anton menjilat dan menghisap payudaraku dengan nafsu membara.

Beberapa menit dijilat dan dihisap olehnya, membuat nafsuku naik hingga maksimal, hingga aku tidak tahan untuk merasakan pedang tumpul besar milik Anton.

"Eunggh.. Sayanggg.. Ssshhh.. Aku ga... Aaaahhh.. Tahan lagi.. Aaaahhhh.. Masukin sayang.. Anumu ke vaginaku.." pintaku dengan muka memerah penuh nafsu kepada Anton.

"Oke sayang.." jawab Anton sembari melepaskan hisapan dan kecupannya, lalu dia beranjak dari kasur tempat kami melampiaskan nafsu birahi kami, membuka lemari pakaiannya, lalu membuka kotak dus kondom yang tersimpan dibawah tumpukan baju- bajunya.

"Duh..." ujarnya sembari terlihat kesal saat membuka dus kondom yang dia pegang.

"Kenapa sayang?" tanyaku kepadanya.

"Ini sayang.. Kondomku.. Sisa satu.." ujarnya sembari menunjukan sachet kondom yang tersisa didalam kotak dus Kondom yang dia pegang.

"Lho ga apa- apa kan? Yang penting masih ada" ujarku kepadanya.

"Tapi kan masih ada resiko 2% kamu hamil kalau aku hanya pakai satu kondom" ujarnya menjelaskan.

"Kalau aku hamil kenapa? Kan kamu tinggal nikahin" ujarku.

"Iya si.. Tapi kamu kan masih kuliah, aku juga masi koass, udah gitu setelah selesai aku masi internship segala. Tar siapa yang ngurus anakku?" tanyanya menjelaskan kecemasannya, Anton memang agak perfeksionis dan tidak suka sesuatu yang berbau kejutan serta tidak sesuai prediksinya, makanya ia kadang terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu.

"Aku yang akan rawat anak kita kalau hamil.. Aku ga masalah kalau harus D.O sayang.. Yang penting nikahnya sama kamu.. Jadi kita mau lanjut ga? Mumpung aku masih belom hilang nafsu?" tanyaku yang sudah nafsu berat.

"Okelah.. Terserah aja.." Ujar Anton sembari membuka sachet Kondom ditangannya lalu memasangkan kondom itu ke kelaminnya yang sudah membesar maksimal dan sudah keras.

"Aaahhhh!! Yah sayang!!" desahku saat tongkat keperkasaan Anton mulai menembus liang kenikmatanku.

Anton mulai menggoyang maju mundur mengeluar masukan kelaminnya di kelaminku dengan posisi 'missionaris'.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Enak sayang, genjot lebih dalam sayang.. Sssh.. Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Oh Yes!! Fuck!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Harder Love!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!!" Desahku menikmati pompaan kejantannya Anton dalam kemaluanku.

Mendengar desahanku, membuat Anton mempercepat intensitas goyangannya kepadaku, dengan makin brutalnya permainannya membuat kelaminku menjadi terasa sangat geli dan makin basah dan juga seperti mau sampai puncak kenikmatan.

Disaat tinggal beberapa saat aku akan menikmati puncak kenikmatan dari gairah asmara kami berdua tiba- tiba handphone Anton berdering. Anton yang mendengar handphonenya berdering menjadi panik, dan melepas tiba- tiba senjata tumpulnya saat aku hampir mencapai puncak kenikmatan dari permainan birahi kami.

"Kok kamu lepas si yang?" tanyaku kesel kepadanya yang merasakan 'kentang' atau kena tanggung.

"Ssstttt" ujarnya memintaku diam sembari meraih handphonenya dilantai.

Anton menerima panggilan masuk di handphonenya lalu berkata "Halo Vit.. Ada apa nelepon?"

Dari ujung saluran telepon yang lain Vita, kawan Anton sesama dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan bersama- sama, bertanya kepada Anton "Ton.. Kamu dimana?"

"Di kamar mandi kantin depan, lagi buang air besar, mules pas lagi makan. Kenapa?" tanya Anton lagi ke Vita setelah menjawab teleponnya.

"Kita disuruh menghadap sekarang ke ruangan Dr Gayatri Ton.. Kamu segera kesini ya.." ujar Vita.

"Ooh ok.. 10 menit lagi aku kesana.. Kamu duluan aja, bilang aja aku lagi buang air besar" ujar Anton kepada Vita.

"Ok.. Tapi jangan lama- lama ya.. Bye.." ujar Vita sembari memutuskan sambungan koneksi telepon mereka.

"Yang.. Sori ya.. Kegiatan kita ditunda dulu.. Aku disuruh meghadap dr Gayatri.." ujar Anton sembari terburu- buru memakai pakaiannya lagi.

Aku diam dengan muka cemberut kepadanya karena gagal merasakan kenikmatam, kalaupun aku marah palingan Anton tidak akan menggubrisku dan tetap meninggalkanku.

"Kamu tetap disini kan?" tanya Anton sembari membuka pintu hendak meninggalkanku di kostannya setelah selesai memakai celana bahan dan kemejanya dengan sangat cepat tidak sampai 1 menit.

"Liat nanti.. Tergantung mood!! " ujarku dengan nada ngambek dan kesal.

Anton tersenyum kecut lalu menjawab "Ya udah, terserah kamu saja" lalu pergi meninggalkanku.

Aku yang kesal segera karena gagal mencapai puncak kenikmatan karena ditinggal pergi saat hampir orgasme memakai bajuku dengan cepat dengan maksud meninggalkan kostan Anton. Saat aku selesai mengenakan kembali pakaianku aku membuka tas 'tote bag'ku lalu mengambil handphoneku untuk memesan ojek online. Saat aku selesai membuka kunci pengaman aku melihat 1 notifikasi panggilan tak terjawab dari Tante Dini. Aku segera menelepon ulang no itu dan tidak beberapa lama kontak yang aku hubungi tersambung.

"Halo sayang.. Kamu lagi ngapain?" Tanya suara laki- laki yang sangat aku kenal usia sekitar 55 tahun dengan mesra.

"Halo papi sayang.. Aku lagi di kost teman.. Kenapa Pi miscall Cindy?" tanyaku menjawab pertanyaannya sekaligus bertanya maksud tujuannya meneleponku sebelumnya.

"Papi kangen.. Ini papi lagi di Hyatt. Abis ada pertemuan sama klien. Kamu mau main ke sini?" Pria itu menjawab pertanyaanku dan menawari aku ke hotel tempat ia berada.

"Boleh Pi" ujarku menerima ajakannya.

"Kamu ada uang kesini?" tanyanya lagi kepadaku.

"Ngga ada Pi.. Aku lagi 'bokek' abis papi ga pernah kirimin lagi.." jawabku dengan nada manja kepada penelepon itu.

"Oke Cantik.. Papi transfer ya langsung abis papi tutup telepon ini. Kamu langsung ke sini aja ya.. Naik taksi online.. Oke?" jawabnya menjanjikan mentransfer uang kepadaku dan memintaku segera menemuinya.

"Beres pi.. Cindy langsung kesana ya abis papi kirim" Ujarku dengan nada senang..

"Ok see U.. Bye cantik" ujarnya menutup pembicaraan.

"Bye Pi" ujarku menjawabnya.

Tidak sampai beberapa lama notifikasi 'mobile banking'ku berbunyi menunjukan ada transferan uang sebesar 2 juta rupiah untukku dari laki-laki paruh baya yang aku panggil 'papi' barusan ditelepon.

Tanpa berlama- lama aku segera memesan taksi online dari aplikasi, dan tidak sampai 5 menit taksi online yang aku pesan sudah sampai di depan kostan Anton untuk mengantarku ke hotel Hyatt.