Chapter 6 - Pijat plus- plus

Tangan Fajar mulai ga fokus memijatku lagi, saat ini ia malah meremas- remas kedua bokongku dengan penuh semangat menggunakan ke dua tangannya dan sekali- sekali mencoba mengelus daerah kerampangku dan sekitar lubang anusku.

Aku menikmati remasannya kedua tangannya di bokongku, hampir 10 menit lamanya dia terus meremas- remas bokongku tanpa sedikitpun menyentuh kelaminku. Aku harus meningkatkan level permainannya pikirku dalam hati.

"Eunggh.." desah halusku dengan sengaja untuk meminta Fajar 'bermain' lebih lanjut.

Fajar sepertinya menyadari maksudku, dia mulai meningkatkan 'permainannya' dengan mulai mengelus- elus 'kacang polongku'.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." desahku saat Fajar mulai memainkan 'kacang polongku' dengan tangan kirinya.

Ga sampai 5 menit permainan jari tangan Fajar sudah membuatku klimaks untuk pertama kali..

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Aku keluarrrr" desahku saat mendapatkan puncak kenikmatan pertama bersamanya.

"Enak mbak?" tanya Fajar sembari tersenyum.

"Iya.. Aku jadi rileks" ujarku sembari berbalik badan.

Aku berbalik badan, Fajar lalu kembali memijat lenganku dan aku menikmati pijatannya yang pas kekuatannya, setelah hampir 10 menit memijat seluruh lengan kanan dan kiriku dia bertanya "Mau dipijat bahu dan punggungnya ga mbak?"

"Iya boleh" ujarku.

"Oke.. Maaf posisi duduk membelakangi saya ya" ujarnya memintaku berubah posisi.

"Oke" jawabku sembari duduk berlutut membelakanginya, setelah aku dalam posisi yang diarahkan Fajar di tepian ranjang, aku mengendorkan tali jubah mandiku lalu, membuka jubah mandiku sehingga aku bertelanjang dada, walau jubah mandiku masi terikat di pinggang dan masi menutupi pinggang kebawahku.

Iya mulai memijat bahuku.. Rasanya enak sekali.. Pegal- pegal di bahuku seakan- akan rontok semua.. Setelah beberapa menit memijat bahuku dia mulai berpindah tempat ke punggungku, sama seperti bahuku, rasa pegal- pegal di punggungku juga rontok semua, sudah 20 menit sejak klimaks pertamaku, staminaku sudah pulih lagi dan apalagi ditambah rasa 'plong' setelah semua pegal dibahu dan punggungku hilang.

Aku yang pingin melanjutkan permainan birahi berinisiatif dengan kedua tanganku meraih kedua tangannya yang sedang memijat daerah punggung sedikit dibawah garis bawah batas payudaraku dari belakang. Setelah masing- masing jari kedua tangan Fajar sudah kuraih, aku memindahkan posisi kedua tangan Fajar persis untuk menggenggam payudaraku yang berukuran 36 D. Saat kulit kedua telapak tangannya bersentuhan dengan kulit payudaraku, sebagai pemijat yang sudah cukup lama berkecipung di dunia perpijatan, Fajar langsung melanjutkan meremas- remas lembut kedua payudaraku sembari sekali- sekali memilin- milin kedua putingku.

"Payudaramu besar, kencang dan kenyal say.. Aku beruntung banget bisa menyentuh payudara seindah ini.." ujar Fajar memuji kedua payudaraku yang membuatnya kagum.

Aku juga tidak tinggal diam tangan kananku bergelirya ke arah belakang mencari daerah selangkangan Fajar yang posisinya berdiri didepan ranjang. Menyadari hal itu, Fajar memajukan posisinya sehingga lebih mendekat ke arah tanganku dan hampir menempel ke punggungku yang masi duduk berlutut diatas kasur.

Dengan posisinya yang hampir menempel membuat tanganku mudah menggapai resleting celananya, setelah menurunkan relsleting celananya, tangan kiriku membantu tangan kananku melepas kaitan celana bahan hitam Fajar tanpa memutar balik posisi badanku yang tetep membelakanginya. Tidak sampai beberapa detik kaitan celana bahan hitam Fajar terlepas, Damar tetap fokus memijat- mijat payudaraku namun pinggangnya agak digoyang- goyang supaya celana panjang bahan warna hitamnya melorot turun dengan mudah karena kebetulan dia memakai celana panjang yang 1 ukuran lebih besar dari ukuran seharusnya.

"Tanganmu luar biasa Say.. Kamu membuatku kagum" ujar Fajar memujiku lagi karena aku berhasil melepas celana bahannya dengan cepat, sehingga dia berdiri dibelakangku hanya mengenakan kaus hitam berkerah seragamnya dan celana dalam yang aku tak tahu berwarna apa karena membelakanginya.

Aku tidak puas hanya melepaskan celana bahan Fajar, karena targetku adalah membuat senjata tumpulnya 'bernafas bebas' tanpa terkungkung pelindung apapun. Setelah kedua tanganku berhasil meraih karet celana dalamnya, dengan segera aku menarik paksa turun celana dalamnya hingga terasa sebuah benda tumpul panjang menepuk bahuku dengan lembut setelah celana dalam Fajar berada diposisi pertengahan pahanya.

Setelah berhasil menurunkan celana dalamnya hingga pertengahan pahanya, Fajar menggoyang- goyang kedua kakinya sehingga celana dalamnya jatuh ke lantai dengan sendirinya. Tangan kananku segera meraih benda tumpul panjang yang menepukku barusan, diameternya cukup besar untuk ukuran laki-laki, sekitar 5-6 cm, setelah menggenggam kejantannya aku mulai mengocok senjata tumpul Fajar dengan lembut.

Birahi Fajar sebagai pria normal tentu meningkat dengan permainan tanganku, dia lalu mendekat menempel padaku lalu berbisik lembut kepadaku di telinga kiriku "Boleh aku hisap dan cumbui kah payudaramu sayang?"

Aku menjawab dengan anggukan, lalu aku mengangkat lengan kiriku dan menekuk lengan bawah kiriku sehingga memudahkan bibir Fajar untuk menggapai payudaraku dari samping kiri belakangku. Fajar mengerti maksud tujuanku ia lalu agak menunduk maju sehingga posisi kepalanya sudah disamping payudara kiriku dari arah belakang.. Ia mulai menciumi payudaraku, sedangkan tangan kirinya masuk diantara celah jubah mandi putih yang masih terikat agak longgar di pinggangku menuju 'kacang polongku' untuk bermain- main dengannya kembali, sedangkan tangan kanannya masih bermain- main dengan payudara kananku.

Permainan saling merangsang antara aku dengan Fajar berlangsung makin intensif. Aku merasakan tongkat keperkasaannya sudah sangat keras, liang senggamaku pun sudah becek karena dielus- elus k'acang polongku' oleh Fajar.

Aku yang sudah sangat bernafsu segera membalikan badanku berhadapan dengan Fajar. Aku segera meraih bibirnya dengan kedua tangannya dan mulai melakukan 'french kiss' dengannya. Bibir kami saling berpagutan, bergantian saling menghisap dan dilanjutkan dengan memasukkan lidahku secara lembut ke dalam mulut Fajar. Aku mainkan lidahku saat di dalam mulutnya, setelah aku selesai Fajar gantian melakukan apa yang aku lakukan. Kami saling bertukar liur dan ludah selama hampir 5 menit lamanya, sembari tanganku mengangkat kaus seragam berkerah hitam Fajar hingga ke atas dadanya, ia mengangkat kedua tangannya lalu aku membantu melepas kaus seragam berkerahnya itu dari tubuhnya dan kembali berciuman setelah Fajar bertelanjang bulat.

Saat kami berciuman, Fajar melepas tali jubah mandiku sehingga jubah itu terlepas jatuh dari tubuhku, sekarang kami sama- sama bertelanjang bulat. Aku yang sudah sangat bernafsu berkata kepadanya "Masukin kontol besarmu ke nonokku ya yang.. Aku ga tahan lagi"

"Aku tapi ga bawa kondom, gimana?" tanyanya mengingatkanku bahwa ia tidak membawa sarung pelindung bersamanya saat memijat karena tidak ada niat untuk bersetubuh diawal kedatangannya.

"Ga apa- apa.. Nanti semprot diluar aja.." ujarku kepadanya disela- sela ciuman kami dan karena aku juga sudah mencapi tingkat birahi maksimal.

"Oke.." ujarnya yang lalu membaringkanku dengan lembut dengan pinggangku berada di tepi ranjang, lalu membuka lebar kedua pahaku sembari mengarahkan 'torpedo besarnya' ke arah 'sumur kenikmatanku'