Chapter 5 - Layanan pijat kamar

"Tentu kami bisa mbak. Mau berapa lama mbak terapinya?" ujar operator di layanan pijat hotel.

"3 jam ayah saya mintanya. Bisa rekuest pemijat laki yang tenaganya kuat ga mbak. Soalnya ayah saya senang pijat tradisional yang biasanya tenaga pijatannya harus keras banget" ujarku meminta tenaga pemijat laki-laki yang punya tenaga kuat dengan alasan untuk ayahku.

"Sebenarnya tidak bisa pilih mbak, tapi khusus ayah mbak karena waktu terapi yang diminta yang paket paling lama saya akan memberikan terapi laki- laki paling muda yang usianya masi 23 tahun dan mempunyai tenaga paling kuat diantara terapis lainnya dan sudah berpengalaman memijat selama 5 tahun. Apakah mau mbak?" ujar operator layanan pijat hotel memberi tawaran terapis muda itu kepadaku via telepon.

"Nah.. Cocok tu mbak.. Ayah saya mau yang seperti itu. Segera dikirim ya mbak" ujarku setuju atas tawarannya.

"Baik mbak, ditunggu ya, jadi 3 jam ya mbak? Dan mohon maaf sebelumnya untuk pelayanan kamar dari peraturan di hotel tidak bisa dibatalkan ya mbak setelah terapisnya sampai. Terimakasih telah mempercayai layanan kami, terapis kami akan datang sesegera mungkin. Terimakasih" ujar operator layanan pijat hotel itu meminta aku untuk menunggu.

"Ok saya mengerti. Ya.. Kami tunggu." ujarku sembari menaruh ganggang telepon ke pesawat telepon menyelesaikan kontaj komunikasi kami.

'Tok.. Tokk.. Tokkk..' terdengar suara ketukan pintu persis setelah aku selesai menelepon.

"Room service" ujar suara laki-laki asing dibalik pintu kamar 917.

"Sebentar ya mas" ujarku sembari turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar untuk membuka pintu.

"Selamat siang bu, ini orderan makanan yang ibu pesan" ujar pelayan yang dari papan namanya bernama Bisma kepadaku saat aku membuka pintu kamar.

"Iya mas ditaruh aja di meja dalam"

"Baik bu, permisi" ujarnya sembari masuk ke dalam kamar dan menaruh makanan yang aku pesan di meja kerja disamping tempat tidur.

"Ini mas duitnya, kembaliannya untuk mas saja" ujarku menyerahkan uang selembar 100 ribu kepada pelayanan yang mengantarkan makanan kepadaku setelah ia selesai menaruh makanan yang aku pesan di meja kerja.

"Baik terimakasih ibu. Saya undur diri dahulu" ujarnya setelah menerima uang dariku dan berjalan keluar meninggalkan kamarku.

Aku memakan dengan lahap kentang goreng yang aku pesan, karena kebetulan aku juga belum makan dari pagi sehingga aku lapar sekali.

Tidak sampai 10 menit, kentang goreng dan jus yang aku pesan sudah habis tak tersisa. Aku menyalakan televisi menggunakan pengendali jarak jauh sembari duduk santai di atas ranjang. Selang 15 menit setelah aku sejak aku menonton film di televisi, aku mendengar ketukan dari pintu depan kamar yang aku tempati.

"Permisi, layanan pijat" ujar suara laki- laki asing dari luar pintu kamarku.

"Sebentar" ujarku kepadanya sembari berlari kecil membukakan pintu.

"Permisi mbak, saya Fajar, terapis yang dipesan oleh ayahnya mbak untuk memberi terapi selama 3 jam" ujar laki- laki dengan tinggi sekitar 175 cm, dengan berat badan proposional dan berbadan kekar, berdada bidang dan otot lengan lumayan 'jadi' namun tidak terlalu berlebihan.

Dari tampangnya sepertinya Fajar ini laki- laki ada keturunan dari timur tengah, dengan kulit kuning terawat dan wajah lumayan tampan, sesuai dengan seleraku.

"Oh iya mas.. Silahkan masuk" ujarku mempersilahkan Fajar masuk.

"Baik mbak" ujar Fajar sembari masuk dan berdiri di depan ranjangku sedangkan aku menutup dan mengunci kamarku setelah itu menekan tombol 'do not disturb' disisi tembok samping pintu agar tidak ada yang mengganggu.

"Maaf mbak.. Ayahnya mana?" tanya Fajar saat aku berjalan ke arahnya dari pintu depan.

"Iya mas, maaf, ayah tiba- tiba dipanggil turun karena jamnya sebagai pembicara dimajukan lebih awal" ujarku memberi alasan palsu mengenai 'ayahku' yang tidak ada ditempat walau sebenarnya dari awal aku hanya sendiri di kamar.

"Maaf mbak, terus bagaimana ini, soalnya kebijakan kami ga bisa dibatalkan untuk pelayanan yang sudah dipesan" ujar mas Fajar panik.

"Iya mas.. Saya tahu.. Dan kata siapa mau batal?" tanyaku kepada Fajar.

"Maaf, jadi bagimana mbak maksudnya?" tanya Fajar yang bingung dengan pertanyaanku.

"Tadi ayah saya pesan ke saya, supaya saya saja yang dipijat." ujarku kepadanya.

"Ohhh.. Baiklah mbak kalau begitu. Mbaknya mau pakai baju begini atau mau ganti celana pendek dan baju longgar supaya lebih nyaman saat dipijat?" tanya Fajar kepadaku.

"Ya saya ganti baju dahulu ya mas di kamar mandi" ujarku kepada Fajar

"Baik mbak saya tunggu dan saya siapkan dulu alat- alatnya" ujar Fajar sembari mengeluarkan sebuah kain jarik batik, body lotion dan sebuah alat asing yang belum pernah aku lihat dan menurut dugaanku sepertinya aroma terapi.

"Aku masuk ke kamar mandi, membuka kaus merahku, celana dalam, bra hitakku serta rok hitam 2 cm di atas lutut lalu melipatnya dengan rapih di atas meja rias di kamar mandi. Setelah itu aku memakai baju jubah kamar mandi berwarna putih yang aku sudah aku gantung sebelumnya di kamar mandi setelah aku selesai makan.

Aku keluar kamar mandi dengan hanya menggunakan baju jubah kamar mandi berwarna putih yang seperti kimono dan berjalan ke arah ranjang. Fajar menunjukan muka kaget melihatku hanya memakai jubah mandi seperti itu padahal ia sebelumnya menyarankan aku memakai baju longgar dan celana pendek bukan jubah kamar mandi ala kimono seperti ini. Walau mukanya menunjukan iya tergiur melihat aku memakai jubah mandi tapi ia mau menunjukan bahwa ia profesional sehingga dia berusaha kelihatan tenang dan santai.

"Sudah mas, bisa kita mulai?" ujarku kepadanya saat duduk di sisi ranjang.

"Baik mbak, silahkan mbaknya berbaring tengkurap. Saya akan memulai memijat setelah mbaknya berbaring dan mengatur posisi yang nyaman untuk mbaknya sendiri" ujar Fajar sembari mengambil handuk dari tasnya.

Setelah aku berbaring tengkurap, ia segera membentangkan handuk yang ia pegang sehingga menutupi tubuhku dari pertengahan paha hingga punggungku tepat setinggi lipatan ketiak ku. Selesai mengatur rapih handuk hangat di tubuhku ia lalu mulai mengoleskan body lotion yang sepertinya merupakan racikan khusus rahasia dari pelayanan pijat hotel yang aku pesan dengan wangi harum beberapa bunga serta menyalakan alat asing yang seperti dugaanku adalah aroma terapi yang mulai mengeluarkan wangi lavender bercampur mawar yang seketika membuat tubuhnya masuk ke tahap rileksasi.

Setelah semua persiapan selesai dilakukan, Fajar mulai memijat lembut namun dengan kekuatan sedang pada telapak kaki kananku dengan cekatan yang membuat otot- otot telapak kakiku menjadi berkurang ketegangannya. Ia memijat telapak kakiku sangat profesional dan membuatku nyaman dengan kekuatan yang pas tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, membuat kakiku nyaman dan rileks.

Namun sebenarnya aku memanggil terapis bukan murni karena ingin mendapatkan sensasi tubuh rileks saja, apalagi aku sengaja hanya menggunakan baju jubah mandi tanpa celana dalam dan penutup payudara, walau Fajar belum menyadarinya. Tentu niat utamaku adalah mendapatkan kenikmatan yang aku gagal dapatkan dari pacarku Anton yang meninggalkankan di saat hampir mencapai puncak.

Namun aku juga tidak mau terlihat terlalu murahan, sehingga aku tidak langsung ke tujuan utamaku yakni kepuasan birahi. Sehingga aku membiarkan saja Fajar memijat kedua telapak kakiku karena kebetulan aku juga membutuhkan pijatan supaya lebih rileks.

Setelah hampir 15 menit memijat kedua telapak kakiku, pijatan Fajar mulai naik ke betisku, aku membiarkannya memijat dengan tenang selama hampir 15 menit kedua betis indahku. Setelah 30 menit berlalu, Fajar mulai memijat pahaku, pemijat profesional dan bukan 'pemijat plus-plus' biasanya hanya memijat paling jauh hingga pertengahan paha saja, namun saat ia sedang memijat daerah pertengahan pahaku aku mulai beraksi.

"Mas Fajar agak lebih naik mas, pahaku yang sakit dilebih atas mas.." ujarku memintanya merubah posisinya pijatannya lebih tinggi tanpa merasa curiga atas permintaanku.

"Lebih atas lagi mas" ujarku padanya yang disanggupi oleh Fajar tanpa ada pikiran tidak- tidak.

"Ke atas lagi mas" ujarku yang diikuti seluruh telapak tangan Fajar yang tangannya sudah tenggelama berada didalam handuk yang dia bentangkan sebelumnya.

Sekitar 5 cm dari telapak tangan Fajar yang sedang konsentrasi memijat adalah pangkal pahaku, dan tujuanku adalah agar ia menyadari kalau aku tidak memakai celana dalam, oleh karena itu aku memintanya untuk menaikan posisi tangannya lagi dalam melakukan pemijatan "Naik lagi mas.. Buka disitu yang sakit"

Fajar dengan polos mengikuti perintahku, ia memindahkan tangannya 3 senti lebih tinggi, menyadari ia masi belum sampai ke daerah yang aky mau aku memberi intruksi lagi padanya "lebih naik dikit mas"

Ia mengikuti perintahku dan memijat pangkalku, tidak sampai seperempat menit Fajar menyadari kalau aku tidak memakai celana dalam. Bagaimana aku tahu kalau ia menyadarinya karena tangannya yang masih memijaku sekarang sudah agak gemetaran

Yess.. Akhirnya dia sadar!! Teriakku dalam hati saat merasakan tangan Fajar memijat dengan gemetar dan mulai memijat disekitar daerah kelangkang dan kerampangku.