Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

sejak kapan?!

Rima_Riv_K
14
Completed
--
NOT RATINGS
10.6k
Views
Synopsis
seorang siswi SMA kelas 3 yang bernama kanaira mendapati kejadian yang sangat tak terduga. dia adalah siswi introvert yang selalu menutup diri dan tak pernah dekat dengan siapapun. kesehariannya dihabiskan dengan mendengarkan musik, membaca atau menonton film. tak pernah ada interaksi antara dia dan teman-temannya kecuali jika mengenai mata pelajaran. namun tiba-tiba suatu hari ia mendapatkan surat kaleng yang sangat misterius, didalamnya tertulis bahwa seseorang nenyemangatinya dan menyuruhnya untuk selalu tersenyum. apakah surat itu dari pengagum rahasianya, atau hanya dari temannya yang usil ???
VIEW MORE

Chapter 1 - SANGAT NORMAL

hari itu cuaca cerah karena musim hujan sudah lama berlalu. semua temanku menghabiskan waktu istirahat dengan mengobrol, bercanda tawa sembari saling melemparkan ejekan ringan ala remaja dan sebagian lagi menghabiskan waktu dengan berwisata kuliner di kantin sekolah.

namun seperti biasa aku hanya duduk di bangku-ku yang berada di pojok kelas dekat dengan jendela yang mengarah ke taman sekolah. mataku tertuju pada sebuah pohon besar di tengah taman dimana rimbunnya dedaunan terlihat sangat menyejukkan.

sembari mendengar lantunan musik pop kesukaanku melalui handsfree, fikiranku melayang membayangkan berbagai macam hal yang membuatku senang seperti makanan, liburan di pantai yang tak ramai, menjalajahi hutan asri yang tak ada satupun sampah tergeletak di tanahnya dan masih banyak lagi.

waktupun berlalu begitu cepat sampai akhirnya bel berbunyi, menandakan bahwa jam pelajaran terakhir akan segera dimulai. semua siswa yang masih berada di luar ruang kelaspun berhamburan masuk berdesakan karena tak ingin di dahului oleh guru yang tengah bersiap untuk mengajar.

setelah 3 menit pelajaranpun dimulai. suasana di dalam kelas sangat riuh karena guru yang mengajar dikelasku saat itu merupakan guru yang santai dan sangat dekat dengan hampir semua murid di sekolah. alih-alih menulis atau menerangkan hal yang berhubungan dengan mata pelajaran, proses belajar mengajar dilakukan dengan cara bercerita santai sembari sesekali bersenda gurau.

sepertinya semua orang sangat menikmati suasana seperti itu namun tidak denganku. aku membenci keramaian, aku membenci kebisingan, aku menbenci tingkah laku yang berlebihan dan aku merasa sia-sia jika waktu belajar dihabiskan dengan bercanda.

namun aku bisa apa?, karena hanya aku yang berbeda.

orang-orang di sekitarku tertawa hingga ada yang terpingkal-pingkal hanya karena celotehan seorang murid laki-laki yang dianggap lucu, bahkan ada yang sampai menepuk-nepuk meja dan ada pula yang menghentakkan kakinya ke lantai berulang kali.

sedangkan diriku yang merasa tak ada satupun hal lucu hanya bisa menunduk menatap meja dimana bukuku tergeletak dan terbuka lebar dengan ekspresi wajah yang datar.

Sebenarnya aku merasa tersiksa, namun untungnya situasi tersebut tak berlangsung lama dan pelajaranpun benar-benar dimulai. perlahan ruang kelas menjadi sunyi, akupun mulai merasa tenang dan bisa mulai fokus pada pelajaran yang tengah diterangkan guruku.

( tenggg.. tenggg... tenggg....) setelah satu setengah jam berlalu akhirnya bel yang nenandakan seluruh rangkaian pembelajaran telah usaipun berbunyi. segera guru meningalkan kelas disusul dengan beberapa siswa yang sejak awal tak pernah mengeluarkan bukunya dari tas untuk belajar.

tanpa tergesa-gesa aku rapihkan buku-buku serta alat tulisku yang sedikit berserakan diatas meja dan memasukkannya kedalam tas dengan perlahan. sengaja kubiarkan semua temanku keluar kelas terlebih dahulu agar aku tak bersinggungan dengan mereka ketika berjalan keluar pintu kelas.

bukannya aku tak suka pada teman-temanku, aku hanya merasa nyaman dengan diriku sendiri tanpa adanya orang lain, aku juga tak ingin berurusan dengan siapapun dan tak ingin terlibat dengan apapun. itulah mengapa aku membuat jarak dengan semua orang disekitarku, agar tak ada yang nenyadari kehadiranku dan tak ada yang mengganggu keberadaanku.

akupun pulang dengan berjalan kaki menuju halte busway, sesampainya disana kulihat tak ada tempat duduk tersisa sehingga aku hanya bisa menunggu kedatangan bus dengan berdiri di bawah pepohonan agak sedikit jauh dari halte.

baru saja tiga puluh detik menunggu kemudian ( ttuukkkkk )

" aww ssi..... " aku merasakan sesuatu jatuh di kepalaku hingga membuatku hampir mengumpatkan kata sial dengan suara kencang.

saat aku mendongak kulihat ternyata pohon tempatku berteduh memiliki banyak sekali buah kecil yang belum matang bergelantungan, dan kukira mungkin salah satu dari buah itulah yang menimpaku. bentuknya hanya sebesar biji salak, namun karena jatuh dari ketinggian dan teksturnya keras kepalakupun sakit dibuatnya.

sembari mengusap bagian atas kepalaku dengan tangan kanan kuperhatikan sekelilingku berharap tak ada seorangpun yang menyadari apa yang baru saja terjadi.

kulihat semua orang tengah sibuk dengan ponselnya dan akupun merasa lega meski hatiku masih sedikit menggerutu akibat rasa sakit yang masih tersisa.

setelah 10 menit buspun tiba dan aku bergegas masuk agar aku bisa duduk di kursi bagian paling belakang yang dekat dengan jendela.

jarak antara rumahku dan sekolah cukup jauh, 3 halte kulewati dalam waktu kurang lebih satu jam lalu setelah itu aku masih harus berjalan kaki selama 15 menit dan barulah aku sampai kerumahku yang berada di pinggiran kota jakarta bagian timur.

sesampainya dirumah aku disambut dengan kehampaan dan kekosongan karena semua anggota keluargaku sibuk dengan urusannya masing-masing.

kedua orang tuaku bekerja di pasar dari pagi buta hingga malam hari dan satu-satunya saudaraku yaitu kakak laki-lakiku sibuk dengan kuliahnya yang sudah tertunda selama 2 tahun.

aku yang sudah sangat terbiasa akan hal ini tak lagi merasa kesepian, seiring berjalannya waktu aku bahkan mulai merasa nyaman dan sebaliknya aku justru selalu merasa kesal dengan keramaian.

aktifitasku di rumah tak jauh berbeda dengan aktifitasku di sekolah. mendengarkan musik dari ponselku, membaca buku, menelusuri internet atau sosial media, dan makan ketika aku sudah merasa benar-benar lapar.

menghabiskan waktu didalam kamar membuatku jarang sekali bertemu dengan orang tuaku. seringkali mereka pulang pukul 10 malam ketika aku tengah bersiap untuk tidur dan keesokannya mereka berangkat pukul setengah 5 pagi sebelum aku sempat membuka mataku.

dua jam sudah aku berada dirumah seorang diri sampai akhirnya kakakku pulang tepat pukul 6 malam. saat itu aku sedang menyantap mi instan di atas meja makan didapur dan kakakku berjalan begitu saja melewatiku.

keberadaan kakakku tak memberikan sebuah perbedaan karena kami tidak dekat. dia tidak pernah menyapaku kecuali jika ada sesuatu yang ingin dia tanyakan dan begitupun sebaliknya. aku selalu merasa canggung setiap berada di dekatnya sehingga mulutku kaku dan tak bisa berkata apa-apa.

setelah habis mi yang kusantap segera kucuci mangkuk yang kupakai begitupun dengan panci yang kugunakan untuk memasak dan akupun kembali ke kamarku tempat yang paling nyaman dan aman bagiku.

malampun berlalu tanpa kusadari, sepertinya aku tertidur dengan ponsel masih menyala karena ketika aku tersadar, terdengar alunan musik dari handsfree yang masih menempel di telinga kiriku.

dengan mata yang masih terasa berat untuk dibuka kulihat layar ponselku dan waktu menunjukkan pukul 4 pagi. gelap masih menyelimuti hari namun sayup-sayup kudengar suara ibu dan ayahku sudah terjaga dan tengah bersiap-siap untuk bekerja.

meski kantuk sulit untuk kutepis namun kupaksakan diriku bangkit dan berjalan keluar dari kamar untuk melihat kedua orangtuaku yang sudah dua hari tak kutemui.

"dah bangun kamu nai" dengan suara beratnya yang khas ayahku menyapa lebih dulu.

"eh nak! ini ibu buatin sarapan nanti makan ya sama kakakmu sebelum berangkat sekolah!" susul ibuku yang tengah sibuk menggoreng nasi sisa semalam.

" iyaa! " jawabku dengan suara parau seraya duduk disamping ayahku yang sibuk membungkus nasi untuk dibekal kepasar.

hanya sebatas itulah percakapan kami. orangtuaku bahkan tak sempat sarapan karena berlomba dengan terbitnya matahari. semakin gelap mereka sampai dipasar maka pembeli akan semakin ramai, itulah yang sering diucapkan orangtuaku.