Chereads / sejak kapan?! / Chapter 3 - JANGGAL

Chapter 3 - JANGGAL

keesokan harinya aku kembali bersekolah seperti biasa dan kembali pulang kerumah seperti biasa pula.

waktu terus berputar dan hari terus berganti meski tanpa dinanti. jadawal keseharianku tetap sama, aktifitaskupun tak berubah, jam tidurku tak jadi lebih cepat dan tidak pula jadi lebih lambat, dan aku masih merasakan kesunyian seperti hari-hari sebelumnya.

ketika mataku terbuka mataharipun kembali bersinar setelah sebelumnya bulan menerangi malam dan tak terasa hari berganti menjadi jum'at.

hari itu semua berjalan normal di sekolahku, satu pelajaran di ganti oleh pelajaran lainnya seolah tak ada kata usai dalam belajar. namun seketika suasana hari itu berubah setelah aku mendapatkan panggilan dari ibuku setelah jam istirahat pertama berakhir.

" halo nai, " suara ibu terdengar letih dan kebisingan pasar membuatku terganggu. " gimana sekolahmu?, hari ini bisa izin gak abis dzuhur! " lanjutnya dengan sedikit berteriak karena disana terdengar sangat ramai.

" izin gimana bu, nai gak ada jadwal kosong, abis dzuhur masih ada satu pelajaran lagi." jawabku

" ini bapakmu tadi keserempet motor pas lagi nyebrang jalan nganterin belanjaan pembeli yang ketinggalan, katanya mau istirahat aja dirumah tapi ibu bingung ini lagi banyak pembeli, bisa gak kamu bantu ibu di pasar biar bapakmu bisa istirahat " ibu menjelaskan panjang lebar.

karena tak ada ulangan dan hal penting lain disekolah akupun mengiyakan permintaan ibuku, aku bahkan menawarkan pulang lebih cepat dari yang diminta karena aku fikir itu lebih baik. " kalo gitu nai pulang sekarang aja ya bu. kalo maksain belajar juga nai pasti gak fokus! ".

" oh yaudah kalo gitu sekarang ibu izin sama gurumu, kasih HP nya biar ibu ngomong "

akupun bergegas menuju ruang guru dan memberikan ponselku yang masih terhubung dengan ponsel ibuku pada guru yang bertanggung jawab. karena kondisi ayahku dianggap mendesak, maka guruku memberikan izin dengan mudah dan membolehkanku pulang saat itu juga.

kurang lebih pukul 10.30 siang aku berangkat dari halte busway dekat sekolahku dan sampai dipasar satu jam kemudian. rupanya sebelum aku tiba ayahku sudah lebih dulu pulang sehingga sesampainya disana aku langsung disibukkan dengan pekerjaan yang membuatku bahkan tak sempat bersalaman pada ibuku.

" nai ni catetin belanjaan si ibu ini, jumlahin trus nanti cek barangnya udah lengkap apa belom di dalem kardusnya baru hitung total harganya ya! " ibuku memberi perintah sembari sibuk melayani pembeli lain yang tak henti berdatangan.

tangan kananku sibuk mencatat jumlah dan harga barang sedangkan tangan kiriku sibuk mengecek keadaan barang yang sudah di masukkan kedalam kardus agar banyaknya barang yang keluar seimbang dengan banyaknya uang yang masuk dan tak ada yang tertinggal.

beginilah pekerjaan yang dilakukan oleh orangtuaku setiap harinya, sudah 20 tahun mereka membuka toko grosir jajanan dan kebutuhan sehari-hari di pasar yang tidak begitu jauh dari rumahku dan setiap hari selalu banyak pelanggan setia yang membeli .

awalnya toko hanya buka dari jam 7 pagi hingga jam 6 sore, namun beberapa tahun belakangan orangtuaku juga menambah sayuran dalam daftar jualannya sehingga mereka harus membuka toko lebih awal pada pukul 5 pagi. dan karena pelanggan semakin bertambah tokopun jadi selalu ramai meski hari sudah gelap, sampai akhirnya ayahku memutuskan untuk membuka toko lebih lama hingga pukul 8 malam dan bahkan kadang lebih.

dulu bahkan orangtuaku masih mempunyai hari libur tetap, mereka membuka toko dari hari senin hingga sabtu layaknya perusahaan kantoran dan meliburkan diri pada hari minggu. namun semenjak mereka memiliki banyak pelanggan yang selalu ingin mereka layani akhirnya mereka kewalahan dalam mengatur jam buka toko sehingga mereka memutuskan untuk selalu membuka toko dan menutupnya hanya jika mereka merasa lelah.

dalam sebulan kadang mereka hanya berlibur dua kali, kadang hanya sekali, namun jika sedang benar-benar merasa lelah mereka bisa menutup toko hingga 6 kali dalam sebulan.

sebenarnya orangtuaku pernah mempercayakan toko pada seorang pegawai agar toko bisa selalu buka meski orangtuaku sedang beristirahat dirumah. namun pegawai tersebut menipu orangtuaku dan membawa lari uang jutaan rupiah sehingga kini orangtuaku tak lagi percaya pada siapapun kecuali aku dan kakakku.

hari itu benar-benar melelahkan, namun bagiku lelahnya fisik tak masalah karena lelahnya fikiran lebih bisa membuat tubuhku lemas tak berdaya.

saat waktu menunjukkan pukul 7 malam toko kian sepi dan pelangganpun sudah tak ada lagi yang datang. para pegawaipun tengah bersiap untuk pulang namun aku dan ibuku masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sehingga kami tetap berada di toko hingga pukul 8 malam.

setelah semua selesai akhirnya aku dan ibuku pulang dengan menggunakan motor yang ditinggalkan ayahku dan sampai di rumah pada pukul 8.30.

rumah terasa sepi karena ayahku sudah terlelap dalam tidurnya akibat obat penahan rasa sakit sedangkan kakakku berada di dalam kamarnya yang dikunci rapat.

karena merasa lelah aku dan ibukupun langsung masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat setelah membasuh diri seperlunya.

pagi kembali menyingsing, terdengar suara sahut menyahut antara kakak dan ibuku dari arah dapur hingga membuatku terbangun dan saat kubuka mataku rupanya waktu sudah menunjukkan pukul 5.

meski kantuk masih terasa aku tetap bangun dan memaksakan kakiku melangkah keluar kamar menuju kamar mandi untuk membasuh muka.

karena penasaran, setelah selesai urusan dikamar mandi akupun bergabung dengan kakak dan ibuku di meja makan.

"nih lauknya, terserah deh kamu mu makan disini sarapan dulu apa mau dibungkus buat dimakan di toko"

seru ibuku sembari menyodorkan ayam goreng pada leo yang tengah mengipas nasi menggunakan kipas anyam berbentuk segi empat dengan sebuah gagang dibagian sampingnya.

"makan sini ajalah, biar nanti sampe toko langsung kerja, dah siang juga ini" timpal leo yang sudah berhenti mengipas dan mulai menyendok nasi untuk mencicipinya.

"ya udah nanti abis makan langsung berangkat ! ibu mau istirahat lagi" ujar ibu pada leo.

"nai nanti kalo ibu belum bangun uang jajan ambil sendiri di laci biasa ya di lemari pajangan" lanjut ibu padaku, dan aku menjawab dengan menganggukkan kepala.

kemudian ibuku masuk kedalam kamarnya disusul olehku yang segera beranjak dari kursi meja makan dan kembali ke kamarku karena tak mau berlama-lama berduaan dengan leo.

rupanya hari itu ibu menugaskan leo untuk menjaga toko karena ibu harus merawat ayah yang belum pulih sekaligus ikut mengistirahatkan dirinya sendiri. dan akupun merasa lega karena tak perlu khawatir dengan kesehatan orangtuaku.

pada pukul 7.15 aku sampai di halte bus dekat sekolah. akupun berjalan dengan santai karena masih banyak waktu tersisa sampai bel masuk berbunyi. namun malangnya diriku karena setelah dua puluh langkah aku tak sengaja menginjak sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa yang tergeletak di jalan sehingga aku sedikit tersungkur dan tanganku terluka akibat menahan tubuh.

rasanya tak begitu sakit karena hanya ada sedikit goresan yang mengeluarkan sedikit darah dikedua telapak tanganku, namun yang ku khawatirkan adalah berapa banyak orang yang menyaksikanku terjatuh saat itu.

akupun segera bangkit sembari menengok kanan dan kiri untuk memastikan situasi. untungnya kulihat hanya ada beberapa orang saja di sekitar halte yang sibuk dengan ponsel masing-masing dan mereka bahkan bukan anak sekolah sepertiku.

( kayanya gak ada yang lihat deh ) gumamku di dalam hati. ( bodo amat lah kalo ada yang liat juga, gak ada orang yang ku kenal ini ko ) lanjut suara hatiku agar aku merasa tenang.

lalu sekolah dimulai, waktu terus bergulir dan dua mata pelajaran sudah terlewati sampai akhirnya tiba saatnya untuk beristirahat.

seperti biasa rara dan nita dua orang teman kelasku yaang tak pernah bosan mengajakku bermain bersama meski sering kutolak datang menghampiri tempat dudukku.

"nai ayo jajan yuk" ajak nita dengan wajah sedikit merajuk sembari menarik tanganku.

aku yang sedang enggan untuk menolakpun mengiyakan ajakan mereka.

aku bangkit dan berdiri di samping mereka seraya berkata "ayok, jajan kemana?" tanyaku sedikit berbasa-basi.

"udah ikut aja" timpal rara sembari merangkulku dan kamipun berjalan beriringan keluar kelas.

tak ada yang spesial, kami bertiga hanya berkeliling kantin dan memutuskan untuk membeli bakso dan juga jus jeruk lalu setelah itu kami hanya mengobrol kesana kemari sampai waktu istirahat selesai.

tepat sebelum bel berbunyi aku kembali ke kelas lebih dulu karena ingin menyiapkan buku untuk mata pelajaran selanjutnya.

setelah berada di dalam kelas kulihat hanya ada 3 orang teman lelaki yang tengah duduk di kursinya masing-masing dan yang lainnya masih berkeliaran diluar kelas.

segera setelah duduk aku meraba laci meja belajarku untuk mengeluarkan buku yang akan kugunakan. namun ketika ku keluarkan tumpukan buku dari laci tiba-tiba (plukk) terdengar ada sesuatu yang jatuh ke bawah meja.

akupun menunduk untuk melihat apa yang terjatuh dan seketika aku terheran karena kulihat ada secarik kertas terlipat berwarna pink tergeletak di lantai dan aku sangat yakin kertas itu bukan milikku.

karena penasaran akupun mengambil kertas itu dan kubuka lipatannya untuk melihat apakah ada catatan di dalamnya.

( tetep semangat ya kanaira ! jangan lupa senyum juga ^ _ ^ ). tulis seseorang dalam kertas itu.