selama di kelas mataku tak hentinya melihat kearah indah yang duduk di depanku terhalang dua meja.
selama menatapnya aku terus memikirkan waktu yang tepat untuk berbicara dan bertanya padanya perihal diary itu.
satu mata pelajaran selesai, saatnya berganti guru. aku berniat untuk mendekati indah saat itu namun dia mempunyai banyak teman sehingga dia tak pernah sendiri.
aku mengurungkan niatku dan menunggu hingga waktu istirahat tiba.
akhirnya kesempatan datang. saat semua orang pergi ke kantin indah tiba-tiba kembali ke kelas sendirian untuk mengambil sesuatu.
akupun bergegas mendekatinya sampai hanya tinggal satu langkah tersisa namun " ndah gimana ketemu gak? " seorang teman dekatnya muncul dan mendekati indah.
aku yang panik seketika berpura-pura memungut tisu yang kebetulan ada didekat kakiku kemudian membuangnya ke tong sampah seraya melewati indah dan temannya.
karena bingung aku segera kembali ke kursiku dan berpura-pura membuka buku agar sikapku terlihat natural.
saat istirahat kedua aku kembali kehilangan kesempatan karena indah tak pernah jauh dari teman-temannya.
entah mengapa aku merasa seperti akan melakukan sesuatu yang buruk sehingga aku tak ingin ada seorangpun yang menyadari tingkahku sehingga aku sangat berhati-hati.
bel pulang berbunyi, rasanya aku hampir menyerah karena selain saat istirahat pertama tadi aku tidak pernah mendapat kesempatan yang sama.
akhirnya aku memutuskan untuk menunda rencana hingga esok hari dan saat itu aku hanya ingin segera pulang tanpa menunda waktu sedetikpun.
dengan langkah kaki yang cepat kumeninggalkan kelas yang mulai kosong.
tanpa melirik kiri dan kanan ku menyusuri lorong lorong kelas.
dalam waktu singkat gerbangpun terlihat, namun tiba-tiba aku merasa ingin buang air kecil sehingga dengan berat hati juga wajah yang murung ku putar tubuhku 180 derajat dan mulai melangkahkan kakiku menuju toilet terdekat.
setelah itu hal tak terduga terjadi.
baru saja ku masuk area toilet wanita langsung ku terkejut dibuatnya.
kulihat indah sedang berdiri di depan cermin membasuh tas miliknya yang terkena saus. namun aku sedang tak bisa menunda urusanku sehingga ku mengabaikannya untuk sementara dan segera masuk bilik toilet.
" duh semoga indah gak bakal pergi dulu dari sini sampe aku selesai. " fikirku.
" eh tapi aku ngomong apa ya, harus gimana bahasnya, dia bakal ngerasa aneh gak ya " pemikiranku semakin liar.
tak butuh waktu lama akupun selesai. perlahan kubuka pintu bilik dan sedikit mengintip keberadaan indah.
" wah indah masih ada nih, jadi gimana ya ngomongnya ". isi kepalaku terus berkecamuk.
seraya berjalan mendekati indah spontan kata-kata keluar dari mulutku. " kenapa tuh tasnya?" tanyaku canggung.
supaya tak mencurigakan aku lantas mencuci tanganku di samping indah dan sedikit mengulur waktu.
" eh kamu toh ! " jawab indah sedikit terkejut seraya menatapku.
" ini barusan kena saos pas lagi ambil kembalian di abang bakso " tambahnya menjelaskan sembari terus mengusapkan air pada tasnya yang kotor.
" oh iya, tadi buku diary kamu yang jatoh pas pagi-pagi bagus deh, beli dimana? " kalimat itu keluar dari mulutku begitu saja.
" yang ini, bagus kan!!! " seru indah dengan semangat seraya mengeluarkan buku diary itu dari tasnya.
" mmm " aku mengangguk sembari tersenyum kaku.
" beli di mangga dua. seminggu yang lalu juga naya bilang buku aku bagus pas aku nunjukin ke dia, jadi aku kasih satu deh ke dia, soalnya aku beli dua waktu itu " jelas indah panjang lebar bahkan tanpa kutanya.
aku yang sedikit bingung dengan apa yang ku dengar mulai melamun dan berusaha untuk mencerna kata-katanya. sampai kemudian " eh aku duluan ya! " seruan indah menyadarkanku dan membuatku kembali fokus.
setelah ditinggalkan seorang diri akupun mulai berfikir, ( kalo misalnya naya juga punya buku diary itu berarti pasti naya yang ngasih surat itu ke aku. dia kan emang suka perhatian sama semua orang apalagi kalo ada yang sakit, dia bakal sibuk nganterin ke UKS bahkan sampe sibuk ngabarin orangtua murid yang sakit kalo emang sakitnya udah bukan cuma pusing doang. )
selama perjalanan pulang hatiku menjadi lebih tenang, keyakinanku cukup kuat terhadap naya. namun meskipun begitu aku masih tetap memikirkan kemungkinan alasan naya melakukan itu, hingga akhirnya sampailah otakku pada ingatan beberapa hari lalu.
( oh iya. waktu aku izin olahraga pas hari rabu kan ada naya di ruang guru, dia lagi ngobrol sama guru BK dan kayanya dia denger deh aku izin sakit. apa dia fikir aku bener bener sakit kali ya makanya dia nyemangatin aku ). ujarku dalam hati.
keyakinanku menjadi lebih kuat setiap kali aku berusaha menebak alasan naya. rasanya sangat masuk akal dan sepertinya aku memang benar.
selain sikap perhatian dan hati yang hangat naya juga merupakan wakil ketua kelas yang sangat bertanggung jawab. dia selalu berusaha agar kelas tetap kondusif, tidak ada percekcokan dan dia ingin agar semua orang selalu merasa nyaman.
aku yakin hal itu menjadi salah satu alasan naya bersikap baik padaku, dia pasti menyadari bahwa aku terlalu sering menyendiri maka ketika dia tahu aku sakit dia berusaha untuk membuatku tetap semangat bersekolah.
selain itu aku juga cukup sering tersenyum padanya karena selain rara dan nita, naya juga sering menyapaku terutama ketika kami berpapasan.
setelah mendapatkan kedamaian hati semangatku pun kembali. sesampainya dirumah ku bergegas mandi, bahkan untuk mengisi waktu hingga adzan maghrib berkumandang ku menyempatkan diri menyapu dan membereskan bagian-bagian rumah yang terlihat berantakan.
meski orang tua dan kakakku belum pulang dan aku sendirian hingga hampir jam 8 malam aku tak merasa kesepian. semuanya kembali normal dan aku tak merasa mempunyai beban.
keyakinan yang kudapatkan mengenai naya juga membuatku merasa lega hingga lagu yang kudengarkan kembali membuatku senang dan film yang kutonton kembali membuatku bersemangat.
malam itu sangat damai, saat tidur aku bahkan bermimpi indah hingga tak ingin bangun rasanya. berbeda dengan dua malam sebelumnya yang terasa sangat panjang dan melelahkan.
setelah beberapa jam berlalu matahari akhirnya menyapa dan hari esokpun tiba.
entah mengapa tiba-tiba ada ketidak sabaran dalam diriku untuk segera pergi ke sekolah.
aku merasa semua teka-teki telah kupecahkan namun rasanya masih ada 10 persen keraguan yang harus kumusnahkan.
karena sebelumnya aku sama sekali tidak menduga naya adalah orangnya maka dia luput dari perhatianku selama 3 hari kebelakang, itulah mengapa ketika baru saja ku membuka mata segera ku bertekad untuk mengawasinya selama sehari penuh agar benar-benar utuh keyakinanku.
terburu-buru membuatku melewatkan sarapan. aku bahkan berjalan dengan cepat dari rumahku menuju halte bus karena ku ingin cepat sampai di tujuan.
pagi itu sangat cerah sehingga rasanya alam pun mendukung semangatku.
tak ada kendala selama di perjalanan sehingga aku sampai di sekolah sepagi hari sebelumnya saat gerbang baru saja dibuka.
turun dari kendaraan yang berbeda-beda beberapa murid tiba diwaktu yang hampir sama denganku.
setelah beberapa langkah kulalui masih tak ada hal aneh yang menarik perhatian.
namun saat hampir saja kakiku menyentuh perbatasan gerbang seketika aku terhenti, kulihat naya 5 langkah tepat di depanku tengah memberi salam pada pak satpam dengan sedikit membungkuk sembari tersenyum.
( wah kebetulan banget nih. kayanya tumben banget aku sama dia dateng ke sekolah di waktu yang sama. ) fikirku.
karena kita menuju kelas yang sama otomatis aku terus berjalan di belakang naya tanpa bermaksud membuntuti. dan karena aku terlanjur melihatnya mataku tak bisa beralih darinya sehingga terus kuperhatikan setiap gerak geriknya.
seperti yang kutahu selama ini, dia sangat ramah dan selalu tersenyum pada setiap orang yang dia jumpai. bahkan sepertinya dia mengenal hampir semua orang baik itu adik kelas maupun teman seangkatan kami karena sejak tadi banyak siswa yang menyapa naya dengan menyebutkan namanya.
sesampainya dikelas naya duduk lebih dulu karena bangkunya berada di paling depan sedangkan aku terus berjalan seraya melewatinya yang sedang menaruh tas di atas meja.
setelah beberapa saat siswa lainpun berdatangan. semua orang memasuki kelas sembari menyapa naya dan nayapun membalas sapaan mereka dengan senyuman dan juga lambaian tangan.
meski tak dekat dengan siapapun namun bukan berarti aku tak tahu apapun mengenai orang-orang dikelasku.
selama ini kulihat naya memang sangat baik sehingga pasti semua orang menyukainya. dan mungkin memberikanku surat kaleng merupakan cara naya untuk mendekati orang introvert sepertiku agar kami bisa dekat sebagaimana dia dekat dengan teman-teman yang lain.