suasana kembali hening, untuk beberapa saat adi hanya diam membisu sembari menatap kertas yang ada di tanganku.
lalu kemudian. "emang ada apa sama kertas ini?" adi justru balik bertanya.
aku sempat bingung dan bertanya-tanya dalam hati ( kok dia malah nanya gitu ya. apa jangan jangan kertas ini gak sengaja ada ditas dia terus dia sebenernya gak tau apa-apa ).
"gak ada apa-apa sih sebenernya. tapi jujur aja selama ini aku penasaran sebenernya siapa yang nulis surat ini. soalnya di dalem surat ini tertulis jelas nama aku tapi aku gak tau siapa yang ngirimnya" jelasku.
saat itu sebenarnya aku mulai bimbang karena aku merasa adi bukanlah jawaban yang kucari, namun siapa sangka yang kudengar berikutnya membuatku tercengang.
"maaf nai..." lalu adi terdiam cukup lama.
"tapi sebenernya aku yang nulis surat ini" lanjut adi seraya menatap mataku.
kubalas tatapan mata adi seraya terdiam seribu bahasa, dan didalam kepalaku aku bertanya-tanya apakah aku tak salah dengar.
"maksudnya?", hanya itu yang terlintas dibenakku.
"aku yang nulis surat itu dan emang aku juga yang naro surat itu dibawah meja kamu!" adi menjelaskan dengan tenang.
"tapi kalo emang kamu yang naro surat ini bukannya rian pasti liat ya!, terus kalo rian liat gak mungkin banget dia selama ini cuma diem diem aja" ucapku tak percaya.
"soalnya rian emang gak liat. waktu aku naro surat itu rian lagi buang sampah dan waktu dia balik ke kelas aku udah duduk di bangku aku sambil baca buku" adi terus menjelaskan.
"tapi waktu itu aku jelas jelas liat kamu di perpustakaan pas istriahat. jadi sebenernya kapan kamu naro surat itu?". tanyaku masih tak percaya.
"mmmm jadi sebenernya aku emang pergi ke perpus buat belajar, tapi pas aku sampe perpus aku gak sengaja liat naya lagi nulis di buku diarynya dan gak tau kenapa tiba tiba aku inget kamu. akhirnya aku minta kertas dari buku diary naya selembar terus nulis sesuatu di kertas itu terus aku langsung balik lagi ke kelas deh!" terang adi dengan penuh kesabaran.
sayangnya aku masih merasa tidak percaya, sehingga akupun melontarkan pertanyaan terakhir yang menurutku akan sulit di jawab adi. "okay.... terus kalo emang bener kamu yang nulis surat itu, coba kasih tau alesannya!, kenapa?"
mendengar pertanyaanku adi sempat berfikir untuk beberapa saat, namun setelah itu dia menjelaskan semuanya dengan tatapan mata yang hangat menyiratkan bahwa dia mengatakan yang sebenarnya. "mungkin kamu bakal mikir kalo aku mengada-ngada, tapi emang ini yang sebenernya. setiap kali ada sesuatu yang terjadi sama kamu tanpa kamu sadari aku selalu ada di deket kamu. contohnya waktu kamu minta izin buat gak ikut olahraga karna sakit sebenernya aku juga lagi ada di kantor karna guru BK manggil aku. terus waktu kamu izin pulang lebih dulu karna ayah kamu kecelakaan aku juga lagi ada di kantor dan aku denger semuanya. dan besoknya sebenernya aku liat kamu jatoh di depan gerbang, waktu itu aku hampir nolongin kamu tapi karna aku liat kamu kayanya gak butuh bantuan jadinya aku pura pura mainin HP supaya kamu gak tau kalo aku liat. tapi karna aku terus terusan kefikiran jadinya aku punya inisiatif buat nyemangatin kamu lewat surat ini. tadinya aku pengen kamu nyaman dan gak mikirin apa apa makanya aku gak nyantumin nama aku, tapi ternyata aku salah karna aku justru bikin kamu penasaran selama ini. maaf ya!".
semua pertanyaanku sudah terjawab, dan semua yang adi katakan terdengar sangat meyakinkan. meski masih ada rasa bingung namun saat itu tak ada lagi yang ingin ku tanyakan sehingga aku memutuskan untuk mengakhiri pembicaraanku dengan adi. "okay... cuma itu doang kok, sorry udah ganggu waktu kamu!" ucapku dengan canggungnya.
"gak ganggu kok. aku malah seneng semuanya jadi clear" balas adi.
kamipun segera pulang karena hari semakin gelap. kami berjalan beriringan menyusuri lorong kelas tanpa sepatah katapun. dan saat itu aku baru menyadari sesuatu, rupanya selama ini aku dan adi menaiki bis yang sama karena kita berdua pulang menuju arah yang sama.
sesampainya dirumah aku membalas rasa laparku di hari sebelumnya dengan memakan banyak sekali makanan hingga rasanya perutku akan meledak. karena teka-teki telah terpecahkan semua makanan yang masuk kedalam mulutku dengan lancarnya turun ke kerongkongan.
aku masih seorang diri ketika adzan maghrib berkumandang karena keluargaku belum pulang. setelah kenyang aku mengistirahatkan tubuhku di kamar dan bersantai sembari menelusuri social media. aku fikir semuanya telah berakhir, namun saat itu ada yang mengganjal di hatiku.
tak ada lagi pertanyaan, namun ada rasa penasaran.
aku bertanya-tanya apakah normal bagi seorang laki-laki memperlakukan wanita seperti adi memperlakukanku tanpa ada perasaan khusus, memikirkan hal itu tiba-tiba bibirku tersenyum bahagia.
sebelumnya aku sama sekali tak perduli dengan adi, namun semenjak kami belajar bersama kini aku memandangnya dengan berbeda. baru kusadari senyumnya sangat lembut sehingga bisa membuat tenang siapapun yang melihatnya, dan setelah mengetahui apa yang telah adi lakukan padaku rasanya aku mulai berharap lebih.
masih terlalu dini untuk menyebutnya suka apalagi cinta, namun tetap saja ada rasa bahagia yang tidak bisa ku ungkapkan dengan kata ketika adi terlintas di benakku.
waktu berlalu. setelah keluargaku pulang rumah jadi terasa lebih ramai dan nyaman. akupun keluar dari kamar dan bergabung dengan keluargaku di ruang TV mencoba untuk sejenak mengistirahatkan fikiranku dari adi.
berbagai macam topik di bicarakan sembari mononton TV, keadaan toko di pasar, kemajuan kuliah kakakku, dan juga perkembangan belajarku di sekolah. selain itu kamipun sesekali bercanda tawa, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. setelah ayahku mematikan TV kami masuk ke dalam kamar masing-masing dan suasana kembali hening.