tak terasa hari senin kembali tiba. saatnya untuk aku dan adi mengumpulkan tugas fisika kami. sebelum mengumpulkan tugas aku dan adi sepakat untuk memeriksa ulang hasil kerja kami berdua di perpustakaan agar tak ada yang terlewatkan, dan saat itu adalah pertama kalinya kami kembali bertegur sapa setelah terakhir kami berbicara mengenai surat pink yang kuterima.
"jadi udah fix ya! kamu gak mau nambahin apa apa lagi kan?" tanya adi.
"nggak kok. aku juga udah mentok nih mikirnya. hehe" jawabku dengan sedikit canda.
setelah tugas dirasa cukup selanjutnya adi menjilidnya agar terlihat lebih rapih dan tidak berceceran. aku fikir hanya itu saja, namun ketika tangannya masih sibuk dengan merapihkan tugas tiba-tiba adi membuka percakapan dengan melontarkan pertanyaan. "jadi gimana weekend kemaren? kamu baik-baik aja kan?" sembari sesekali melirikku dengan senyuman.
"hah.. apa...!" aku yang sama sekali tak pernah berbincang dan berbasa-basi dengannya merasa terkejut dengan apa yang kudengar, dan adipun sedikit tertawa melihat tingkahku.
"aku baik-baik aja kok. kaya biasa aja aku cuma diem dirumah sambil nonton" lanjutku sembari tersipu malu.
tak berhenti sampai disitu, adi terus mengajakku berbicara dengan pembahasan yang bahkan menbuatku lebih terkejut lagi.
"oh iya, kayanya rumah kita deket deh! selain kita satu arah sebenernya aku juga tau dimana orangtua kamu jualan" ujar adi.
"hah, kok kamu bahkan tau orangtua aku jualan sih?" aku bertanya-tanya dengan fakta yang sama sekali tak kuduga.
"kamu pasti gak sadar sih, terus aku juga selalu bingung harus mulai darimana kalo mau ngajak ngobrol kamu. sebenernya tiap weekend aku suka nganter ibu aku belanja ke pasar, dan kebetulan salah satu toko langganan ibu aku itu ya toko orangtua kamu. aku tau soalnya beberapa kali aku liat kamu bantu-bantu di toko dan keliatannya sibuk banget".
mendengar penjelasan adi aku hanya bisa berkata "ooohhh" seraya berfikir ( wah kok bisa sih selama ini aku sama sekali gak nyadar kalo adi sering ada di sekitar aku).
selanjutnya meskipun adi sudah selesai menjilid kami memutuskan untuk rehat sejenak dan melanjutkan perbincangan karena semakin lama hal yang kami bahas menjadi semakin menyenangkan.
suasana telah benar-benar mencair, tak ada lagi sekat diantara kami dan aku tak lagi merasa canggung untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam kepalaku.
singkatnya, hanya dalam beberapa saat aku dan adi menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
"oh iya. hampir aja aku lupa, aku baru inget deh. sebenernya sebelom aku nanya sama kamu tentang surat itu aku sempet nanya sama naya lho!. dan waktu itu aku inget banget kalo naya ngakuin surat itu emang dari dia". tepat sebelum bel masuk berbunyi aku bertanya pada adi tentang hal yang tiba-tiba terlintas di benakku.
"hah. masa sih!. tapi kayanya aku yakin banget deh kalo cuma ada aku sama alan di kelas waktu itu. terus aku juga gak pernah cerita sama siapa-siapa!" jawab adi menegaskan.
sayangnya aku dan adi harus segera kembali ke kelas saat itu sehingga pertanyaanku masih tak terjawab. adipun terlihat tak tahu apa-apa mengenai naya sehingga aku tak bisa bertanya lebih lanjut.
teka-tekipun belum usai. awalnya aku kira adi meminta naya untuk berpura-pura karena bagaimanapun mereka terlihat dekat. namun setelah adi dengan tegas memberitahuku yang sebenarnya kini aku kembali bertanya-tanya dengan maksud dan tujuan naya melakukan hal itu.
rasanya saat itu aku menanyakan hal yang jelas sehingga tak mungkin jika naya salah faham. aku yakin betul bahwa aku bertanya mengenai surat yang kuterima dengan ciri-ciri yang jelas, dan aku juga yakin bahwa saat itu naya mengakui dirinyalah yang mengirimiku surat.
selama pelajaran terakhir berlangsung aku sesekali memperhatikan naya. tidak ada yang aneh dari dirinya, dia tetap naya yang rajin, selalu fokus pada pelajaran dan juga ramah pada semua orang. aku jadi semakin penasaran, ( sebenernya kenapa sih naya bohong sama aku?. aku yang salah denger kah waktu itu?, atau naya yang salah faham? ) fikirku tanpa henti.
kelas berakhir.
setelah guru keluar semua murid mulai merapihkan alat belajarnya dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sampai tiba-tiba adi melakukan hal yang membuat kelas hening seketika.
"kanaira! pulang bareng yah, tapi aku ke perpus dulu sebentar" teriak adi dari kursinya yang berada cukup jauh dariku.
aku tercengang dan membeku dalam beberapa saat, lalu kulihat sekelilingku dan semua mata tertuju padaku. tenggorokanku terasa kering hingga rasanya sulit berkata-kata, dan kulihat adi hanya tersenyum menatapku seolah tak terjadi apa-apa.
tak lama terdengar seorang teman menggoda aku dan adi "ciee ada apa nih! tau tau pulang bareng aja!" celetuk indah. lalu yang lainpun mengikuti dan kelas menjadi sangat riuh. ( cie cieeee!!!!!..... huuuuu!!!!!... ada couple baru nih couple baru!!!.... ).
perasaanku bercampur aduk. entah mengapa aku merasa senang tapi juga bingung dan bahkan grogi. dalam situasi itu aku hanya bisa menundukkan kepalaku dan pura-pura sibuk dengan isi tasku. namun disisi lain kulihat adi tetap tersenyum dan terus menatapku sembari mengenakan tas ranselnya seolah tak keberatan dengan semua godaan yang dilontarkan teman-teman kelas.
tak lama adi pergi, pun dengan teman-teman yang lain sehingga perlahan kegaduhan meredup dan kelas menjadi kembali sunyi.
meskipun aku belum mengiyakan ajakan adi tapi aku yakin adi benar-benar mengajakku pulang bersama sehingga aku memutuskan untuk tetap tinggal di kelas sampai adi kembali dari menyelesaikan urusannya.
hanya tinggal aku dan naya di kelas.
setelah ku fikir lagi, sebelumnya ketika semua orang menggoda aku dan adi hanya naya yang tak bergeming dan diam menunduk seolah terjadi sesuatu padanya. begitupun ketika semua orang mulai meninggalkan kelas satu persatu naya masih hanya tetap diam dan bahkan tak merapihkan alat tulisnya.
saat itu ingin ku mendekat ke arah naya dan bertanya perihal surat, namun melihat kondisinya membuatku mengurungkan niat.
5 menit berlalu dan adi masih belum kembali.
karena aku sudah tidak merasa canggung dengannya maka kuputuskan untuk mengirim pesan singkat dan bertanya kapan dia akan selesai dengan urusannya.
namun saat tengah mengetik pesan tiba-tiba.
"jadi kalian dah jadian?" tanpa kusadari naya sudah berada di depan mataku dan bertanya dengan ekspresi wajah yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya.
"hah?" responku spontan.
lalu naya mengulangi pertanyaannya dengan wajah yang kesal, terlihat seperti dia sedang marah karena wajahnya memerah, dan matanya sedikit berapi-api. "gue tanya sama lo! lo udah jadian sama adi? kenapa dia ngajak lo pulang bareng?"
"enggak lah. kita aja cuma baru ngobrol beberapa hari lalu. kita cuma searah doang dan kebetulan naek bis yang sama!" jelasku berusaha menenangkan keadaan.
ku kira apa yang ku katakan sudah cukup untuk membuat naya puas dan pergi meninggalkanku, namun perkataan naya berikutnya justru membuatku ikut terpancing dan mulai mengikuti arus yang dia bawa.
"lo jadi orang gak usah muka dua deh, lo gak usah goda-godain adi. emang lo fikir gue gak tau kalo sikap pendiem lo itu cuma pura-pura dan selama ini lo ngincer adi kan!!!" tuduh naya sembari mendorongku dengan jari telunjuknya.
akupun terprofokasi dan akhirnya bangkit dari kursi lalu berdiri tepat di hadapan naya. "maksud lo apasih?. kenapa dari tadi lo bawa-bawa adi. berhubung lo ada dikelas ini seharusnya lo tau dong kalo awal mula gue ngobrol sama adi aja karna kita dapet tugas bareng dari guru jadi gimana caranya gue godain adi?"
sepertinya naya tak terima dengan apa yang ku katakan sehingga dia mendorongku dengan lebih keras sampai tubuhku terbentur kedinding yang ada dibelakangku. "awww apaan sih lo!" ujarku kesakitan dan akupun berusaha mendorong naya untuk membuatnya mundur.
namun emosi naya semakin terbakar sehingga dia terus memojokkanku. " terus kenapa adi sampe bikin surat penyemangat buat lo kalo lo gak godain dia?. lo tau gak sih betapa berusahanya gue buat misahin lo sama dia semenjak dia ngasih surat itu ke elo!. gue sengaja bilang itu dari gue supaya lo stop nyari tau siapa yang ngasih surat itu dan bahkan gue juga sengaja buang surat itu ke tempat sampah supaya lo lupain surat itu. gue juga berusaha nahan rasa benci gue sama lo dan nolongin lo waktu lo kena bola di lapangan karena gue liat saat itu adi hampir lari ke arah lo buat nolongin lo dan gue gak mau itu terjadi tapi sekarang apa!!!! setelah apa yang gue lakuin kalian malah jalan bareng?! bangsat tau gak lo!".
hanya dalam waktu 2 detik akhirnya segala teka-teki terpecahkan bahkan tanpa perlu ku bertanya. aku hanya bisa terdiam karena kenyataan terlalu mengejutkan. naya yang ada di hadapanku saat itu benar-benar bukan naya yang ku kenal selama ini. mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat kasar dan menusuk aku jadi bertanya-tanya sebenarnya siapa naya, dan mana naya yang asli.
"gue kasih tau ya! lo gak perlu marah-marah sama gue! kalo emang lo fikir adi kaya gitu ke gue gara-gara gue godain dia ya lo tinggal godain dia juga lah. kita liat dia bakal lebih milih gue atau lo" akupun menggertak.
"lo gak usah banyak bacot!" lalu naya kembali mendorongku. "lo gak usah sok'-sok'an ngasih tau gue apa yang harus gue lakuin. selama ini gue udah belajar mati-matian itu karna gue pengen terus ada diperingkat kedua supaya gue terus ada di deket adi. gue juga ikut semua organisasi yang adi ikutin supaya dia gak lepas dari pandangan gue. bahkan gue udah berusaha baik ke semua orang supaya adi merhatiin gue. itu semua gue lakuin supaya gue dapetin adi dan sekarang setelah cuma tinggal satu langkah lagi tiba-tiba lo dateng di tengah tengah gue sama adi dan ngerebut dia dari gue. makanya sekarang gue minta supaya lo jauhin adi dan juga jauh-jauh dari pandangan gue sebelom gue bertindak lebih jauh dari ini!" bentak naya tepat di depan wajahku.
saat itu aku terdiam, bukan karena aku merasa salah dan takut pada naya melainkan karena aku bingung apa yang harus kulakukan di hadapan orang yang tengah dikuasai oleh emosinya.
aku terus mencoba membuat naya mundur dengan mendorongnya namun tangan kanan naya terus mendorong dan menekan bahu kiriku hingga tubuhku menempel kedinding. sampai kemudian, "nay apaan sih kamu!" bentak adi seraya melepaskan tangan naya dari tubuhku.
adi tiba-tiba muncul dan terlihat sangat marah, dengan matanya yang menatap tajam kearah naya dia pun bertanya, "kenapa sih nay, kok kamu jadi gini. kenapa kamu sampe kasar sama naira dan apa maksud kamu nyuruh-nyuruh dia buat jauhin aku?".
melihat ekspresi adi yang diluar kendali nayapun terkejut. naya membisu dan tak berkutik. sepertinya dia menyadari bahwa saat itu adalah akhir dari hubungan dia dan adi yang tak pernah lebih dari teman.
kulihat setetes air mata perlahan jatuh dari pipi naya, lalu tanpa mengeluarkan sepatah katapun ia pergi dan membawa semua barangnya dengan tergesa-gesa.
selanjutnya hanya ada aku dan adi. dia bertanya tentang keadaanku dan apa yang terjadi namun aku diam membisu.
setelah itu kita berdua pulang bersama sesuai dengan janji kita sebelumnya namun disepanjang perjalanan hanya ada sunyi dan sepi.
adi turun lebih dulu dan berpamitan padaku namun aku tetap diam, bahkan setelah turun dari bis adi melambaikan tangannya padaku namun aku pura-pura tak melihatnya dan memalingkan wajahku ke arah berlawanan.
sepertinya aku benar-benar terkejut setelah melihat seperti apa naya yang sesungguhnya, sehingga sisa hari itu kuhabiskan dengan lebih banyak diam dan merenung.