akupun merasa tak perlu membuktikan lagi dugaanku. sangat tidak diragukan lagi nayalah orangnya sehingga aku memutuskan untuk menyudahi investigasiku dan melanjutkan kehidupan normalku dengan mendengarkan musik selama tak ada guru.
haripun berlalu seperti biasa. saat jam kosong atau saat istirahat teman-temanku sibuk menghabiskan waktu luang dengan cara mereka masing-masing dan aku sibuk dengan ponselku atau sesekali dengan bukuku.
tak lagi terlintas dibenakku tentang surat itu yang ternyata sudah hilang dari laci mejaku, dan akupun sudah tak memperhatikan naya karena keyakinanku sudah bulat.
sekolah akhirnya usai.
semua berjalan normal namun tidak pada saat aku berada di perjalanan pulang. tiba-tiba ada perbaikan trotoar yang baru saja dimulai sehingga jalanan menjadi macet dan aku terjebak di dalam bis selama hampir 2 jam.
parahnya lagi ponselku mati selama macet sehingga selama 2 jam itu emosiku memuncak dan ketika aku turun setelah sampai di gang rumahku rasanya sangat melelahkan.
ketika ku berjalan rasanya aku sedang berlomba dengan matahari yang akan mulai tenggelam sehingga kulangkahkan kakiku secepat yang aku bisa dan hal itu membuatku semakin lelah.
jika selama macet rass emosi membuat batinku lelah, berjalan cepat selama menyusuri gang membuat fisikku yang lelah.
sesampainya dirumah ternyata kakakku sudah lebih dulu pulang dan dia sedang bersantai di ruang TV. karena canggung akupun tak menyapanya dan segera masuk ke kamar untuk mengambil handuk lalu keluar lagi menuju kamar mandi.
bertepatan dengan kumandang adzan maghrib aku selesai membersihkan diri. akupun bergegas shalat agar bisa cepat berbaring diatas kasur dan beristirahat.
malam berlalu, karena lelah aku tertidur dengan sangat nyenyak hingga tak kusadari jam berapa orangtuaku pulang. namun bersyukur pada pagi harinya aku bisa bertemu orangtuaku selama beberapa saat ketika mereka tengah bersiap untuk pergi ke pasar.
karena tak ingin kesiangan akupun merelakan waktu tidurku dari jam 4 pagi dan mengisi waktu dengan menonton film di laptopku sembari menunggu matahari terbit.
setelah waktunya tiba akupun bersiap-siap, sarapan, menyempatkan sedikit waktu untuk menyapu lalu berangkat sekolah pukul 6 pagi lewat 15 menit.
hari rabu adalah waktunya untuk pelajaran olahraga yang sangat amat tidak aku suka. namun karena minggu lalu aku sudah menggunakan kesempatan untuk beristirahat maka hari itu aku terpaksa mengikuti pelajaran tersebut.
bel masuk setelah istirahat pun berbunyi. semua siswi pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian dari seragam putih abu ke kaos olahraga sedangkan para siswa berganti di ruang kelas.
saat semua siswi berdesakkan di kamar mandi aku sengaja menunggu diluar agar nanti aku bisa berganti seorang diri.
setelah beberapa menit terlihat seseorang keluar dan ternyata itu naya, " hey, aku duluan ya " ujar naya sembari tersenyum padaku dan berlalu.
( gak heran sih kalo dia ngasih surat itu, dia baik banget soalnya. padahal aku cuma diem doang disini sambil masang muka jutek tapi dia tetep nyapa aku ) ucapku dalam hati.
olahraga dimulai.
pertama semua murid berkumpul dilapangan dan melakukan pemanasan. seperti biasa aku mengambil posisi di ujung paling belakang barisan agar tak ada yang menyadari kehadiranku.
pemanasan selesai dan selanjutnya adalah pembagian tim untuk olahraga Voli. dua tim wanita dan dua tim pria. saat tim wanita sedang bermain semuanya berjalan normal. ada yg sangat bersemangat, ada yang terlihat sangat lelah meski baru beberapa menit berlalu, ada yang selalu menjerit ketika bola mendekat padanya, dan ada yang bermain dengan sangat fokus seakan dia sedang dalam sebuah pertandingan penting.
sedangkan diriku hanya bergerak ketika bola menghampiri, berusaha untuk memukul supaya bola memantul melewati net dan tim ku tidak kalah, lalu aku hanya berdiri diam ketika bola sedang di perebutkan oleh teman-temanku yang lain.
15 menit berlalu, tiba saatnya tim pria bermain.
meski lelah para wanita tetap bersemangat menyoraki tim pria dan membuat suasana menjadi sangat riuh.
awalnya setelah selesai ku berniat untuk pura-pura pergi ke kamar mandi namun tak akan kembali lagi karena aku lelah dengan kebisingan dan ingin menyendiri. namun guru olahraga terus mengawasi sehingga aku tak bisa berkutik dan terpaksa menonton tim pria.
baru 5 menit berlalu namun aku sudah merasa bosan karena aku bahkan tidak melihat apa yang terjadi di lapangan. ku hanya menunduk sembari memainkan daun kering yang jatuh dari pohon tempatku berteduh di pinggir lapang.
5 menit kembali berlalu, sorak-sorak masih terdengar riuh namun aku tetap tak bergeming. disampingku para siswi begitu bersemangat meneriaki para pemain voli sampai tiba-tiba sesuatu terjadi dan semua terdiam.
(duggg) " awww " malangnya aku karena sebuah bola mendarat tepat di keningku membuat tubuhku goyah dan hampir terjatuh ke belakang.
untungnya tanganku sigap menopang sehingga aku tetap berada dalam posisi duduk ketika bola itu mengenaiku dan aku hanya merasa sedikit pusing. namun ketika aku hendak membersihkan telapak tanganku ternyata ada sedikit darah mengalir karena tanpa kusadari rupanya ada batu kecil yang menggores tanganku ketika tanganku mendarat di lantai tepi lapang.
kejadian itu hanya berlangsung sepersekian detik dan akupun tak berteriak terlalu kencang namun semua menjadi hening sampai tiba-tiba seseorang meneriakkan namaku.
" naira " ucap naya sembari berlari ke arahku.
" kamu gak apa apa kan? " lanjut naya bertanya.
" aku gak apa apa kok, cuma agak perih aja ini " jawabku sembari menunjukkan luka di telapak tangan.
" yaudah kita ke UKS aja ya " seru naya dengan mimik wajah khawatir.
selanjutnya naya meminta izin kepada guru olahraga dan kami berduapun pergi ke UKS untuk mengobati lukaku.
( biasanya aku cuma ngeliat naya ngurusin temen yang sakit tapi sekarang kejadian juga aku yang dia urusin ) fikirku selama perjalanan menuju UKS.
sebenarnya aku sama sekali tidak merasa senang dengan perhatian naya padaku hanya saja perilaku naya yang seperti itu membuatku semakin yakin dengan tebakanku dan justru hal itulah yang membuatku bersemangat.
sesampainya di UKS dengan sigapnya naya mengobatiku layaknya seorang ahli dan ketika dia melakukan itu tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan di benakku yang tanpa kusadari kulontarkan dengan mulutku.
" O iya nay, kamu ngasih surat ke aku yang isinya nyemangatin aku ya! " ucapku spontan.
mendengar pertanyaanku seketika tangan naya yang tengah mengoleskan salep berhenti dan dia terlihat sedikit bingung.
" surat apa ya? " tanya naya tanpa melihat ke arahku dan terus fokus pada lukaku.
" itu yang kertas diary selembar warna pink " jawabku berusaha menjelaskan dengan detail.
saat itu dalam beberapa saat aku jadi merasa ragu karena naya bersikap seolah dia tak tahu apapun.
sampai akhirnya " oh itu... mmmmm ", meski tak mengiyakan dengan kata yang jelas namun naya mengangguk.
bertepatan dengan selesainya naya mengobatiku akhirnya teka-teki terpecahkan seratus persen dan semuanya menjadi jelas, bukan hanya karena aku menduga duga melainkan karena ada bukti yang nyata.