Chereads / sejak kapan?! / Chapter 5 - BISAKAH KU LUPA

Chapter 5 - BISAKAH KU LUPA

sudah satu jam lamanya aku berfikir keras. kepalapun mulai terasa sedikit berat. kuputuskan untuk melupakan surat yang tak berarti itu dan kembali fokus pada mata pelajaran terakhir.

( tik tok tik tok ) suara detak jam terdengar lebih kencang disaat semua murid fokus menulis apa yang ada di papan tulis.

susasana heningpun membuatku merasa lebih tenang sehingga kekacauan yang ada di dalam kepalaku perlahan hilang.

meski masih ada sedikit tanda tanya namun saat bel pulang berbunyi aku memutuskan untuk tak lagi mencari tahu tentang siapa dibalik surat kaleng itu dan melupakannya.

aku bahkan tak membawa surat tersebut bersamaku ketika pulang dan hanya meninggalkannya di tempat semula agar jika seseorang merasa kehilangan orang tersebut bisa menemukannya.

sepanjang perjalanan menuju halte bus tak ada seorangpun yang menyapaku, bahkan melihat ke arahku pun tidak.

( semua orang cuek kaya gini mana mungkin ada yang perhatian sama aku coba. udahlah lupain aja. paling cuma orang iseng doang. kalo aku gak nanggepin surat itu pasti orang yang mu iseng kesel sendiri dan berenti ngisengin aku ), jelasku pada diri sendiri dalam hati.

banyak berfikir selalu membuatku merasa lelah. selama duduk di dalam bus kuhanya melamun dan menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.

bahkan ketika berjalan menyusuri gang aku hampir terperosok kedalam got karena fikiranku melayang entah kemana.

sesampainya dirumah, " Assalamualaikum!!! " ucapku seraya membuka pintu.

karena tak bekerja hari itu kepulanganku ke rumah disambut oleh ayah dan ibu yang tengah bersantai diruang TV.

" dah pulang kamu nai " sambut ibu yang tak memalingkan wajahnya padaku karena fokus pada acara tv.

" Hmmm " jawabku singkat tak bertenaga.

" kenapa kamu, kaya habis marathon aja kehabisan nafas sampe gak bisa ngomong, cuma hamm hemm hamm hemm " singgung ayahku karena jawabanku pada ibu.

sebenarnya ayahku tak marah, meskipun kata-katanya tidak lucu namun nada bicaranya yang datar dan rendah membuatku tahu bahwa ayah hanya sedikit bercanda sekaligus memastikan apakah aku sedang lelah atau apakah mungkin aku sedang marah.

namun aku benar-benar merasa tak punya tenaga untuk menanggapinya sehingga aku hanya berjalan melewati sofa tempat ayahku berbaring dan segera masuk ke dalam kamar.

didalam kamar aku sama sekali melakukan apapun.

aku bahkan tak membuka kaos kaki yang masih melekat di kakiku, tak berganti pakaian, dan tak mendengarkan musik seperti biasa.

aku hanya duduk melamun di atas tempat tidur seperti orang bingung yang tak tahu arah.

padahal sudah kucoba berulang kali untuk melupakan kejadian tadi namun kepalaku dengan sendirinya memikirkan hal-hal yang tak ingin ku fikirkan.

terlihat dari jendela kamar bahwa hari semakin gelap dan itu membuatku sedikit tersadar bahwa aku harus mulai melakukan sesuatu yang memang harus kulakukan.

pertama ku bergegas membersihkan diri, lalu berganti pakaian dan menaruh seragam di mesin cuci, kemudian kucoba untuk berinteraksi dengan kedua orang tuaku yang jarang sekali berada dirumah.

ibuku sedang berada didapur untuk menyiapkan makan malam, namun ayahku masih berada di sofa menonton TV karena sepertinya ia belum pulih.

" masih sakit pa ?" tanyaku sembari duduk di atas karpet depan sofa.

" yaaa sakit sedikit!, udah bisa dipake jalan tapi masih pegel linu linu gitu " jawab ayahku meringis seraya tangannya memijat kaki yang terluka. " bantu ibumu sana di dapur " lanjutnya.

karena bingung dengan apa yang harus kulakukan akupun mengiyakan titah ayahku. " iyyaaa ni juga mau kedapur ".

setelah membantu mencuci beberapa alat masak ibuku akhirnya selesai bertepatan dengan terdengarnya kumandang adzan maghrib.

ayahku memasuki kamar mandi terlebih dulu dengan tertatih tatih, disusul oleh ibuku lalu aku.

kamipun beribadah dikamar masing-masing lalu istirahat sejenak sebelum akhirnya makan malam bersama-sama pada pukul 7.

suasana malam itu terasa sangat hidup dan hangat karena aku tak sendiri lagi menikmati makan malamku. sesekali kami berbincang sembari menyuapkan makanan kedalam mulut, dan beberapa kali ayah bertanya tentang kehidupanku di sekolah.

" gimana sekolah kamu nai?, dah kelas 3 kamu ini ya! ". celetuk ayahku.

" yaaa gitu aja! " jelasku dengan sedikit bingung.

" gitu itu ya gimana?, belajarmu gimana?, temen-temenmu gimana? perasaan kamu gak pernah bawa temanmu kerumah kaya kakakmu tuh! " tanya ibu sangat rinci.

" belajarnya ya kaya biasa aja, ada yang gampang, ada yang susah. kalo yang susah yaaaa di ngerti ngertiin aja." jawabku seraya menghindari satu pertanyaan yang menyinggung tentang teman.

setelah itu orangtuaku berhenti bertanya mengenai diriku dan mulai sibuk membahas mengenai toko sembari terus melanjutkan makan.

setelah selesai orang tuaku diam sejenak untuk mencerna makanan namun aku bergegas mencuci piring dan merapikan sisa makanan karena aku tak ingin mendengar ayahku memberi perintah.

tak lama terdengar suara motor memasuki pekarangan rumah, kakakku baru saja pulang setelah menjaga toko seharian.

" dah makan malem kamu leo? " tanya ibuku ketika leo baru saja masuk.

" cuma jajan jajan aja tadi pas gak ada yang beli " leo menjawab sembari membuka jaketnya.

kemudian ibu menyuruhku untuk kembali meletakkan sisa makanan diatas meja agar leo bisa menyantapnya. " nai sisa nasi sama lauk yang barusan taro lagi di meja makan biar abangmu makan! ".

" iya ! " akupun mengiyakan.

setelah itu segera kumasuk kedalam kamar dan membiarkan leo mengurus makan malamnya sendiri.

karena besok adalah hari minggu aku berencana untuk bergadang dan menghabiskan waktu malam dengan menonton film kesukaanku.

laptop telah kusiapkan di atas kasur, begitupun speaker mini dan tak lupa juga air minum didalam tumbler yang akan menghilangkan rasa haus ditengah malam.

harry potter adalah film kesukaanku yang tak pernah membuatku bosan meski sudah kutonton ribuan kali. aku bahkan memiliki jubah dan tongkat sihir asesoris yang dijual online karena begitu takjub dengan tokoh harry.

itulah mengapa disaat ku sedang hilang semangat dan tak ingin mendengarkan musik apapun aku mengalihkan diriku pada film.

film pertama mulai kutonton pada jam 10, film kedua kutonton pada jam 12 dan ketika film kedua berakhir rasanya mataku sudah tak sanggup lagi.

akupun menyerah dan mematikan laptop lalu tertidur pulas tanpa sempat memindahkannya ke meja belajar.

sepertinya hari sabtu itu otakku benar-benar kewalahan sehingga tak seperti biasa tidurku pulas bahkan sebelum jarum jam menyentuh angka 3.

tak hanya itu, keesokan harinya ketika adzan subuh berkumandangpun aku tak mendengarnya sehingga aku bangun lebih siang dan membuat ayahku sedikit marah.

minggu pagi yang cerah di awali dengan sedikit omelan dari seorang ayah.