aku sangat terkejut dengan apa yang kubaca, sangat jelas tertulis namaku di dalamnya sehingga surat itu sudah pasti di tujukan untukku. apalagi setahuku tidak ada lagi siswi yang bernama kanaira selain aku sehingga tak mungkin jika surat itu salah alamat.
namun masalahnya ( apaan ya ini? siapa yang nulis ini dan kenapa ada yang nulis kaya gini buat aku ), fikirku bertanya-tanya di dalam hati.
sontak kulihat sekeliling, hanya ada 3 orang di dalam kelas saat itu dan ketiganya lelaki, ( mungkin gak sih kalo salah satu diantara mereka pelakunya ) fikirku.
yang pertama ada alan, dia duduk sejajar dengan ku namun jarak antara kami cukup jauh karena terhalang 2 buah meja. aku duduk di pojok belakang kiri kelas sedangkan dia duduk di pojok belakang kanan.
aku ragu dia yang melakukannya karena yang dia lakukan hanya tidur sepanjang waktu istirahat, dan hal itu memang sudah menjadi kebiasaannya sejak lama.
yang kedua adi, dia adalah ketua kelas sekaligus siswa terpintar di sekolah yang selalu menjadi juara umum selama 3 tahun berturut-turut sehingga rasanya sangat tidak mungkin dia pelakunya.
lagipula aku sangat yakin bahwa aku melihatnya masuk kedalam perpustakaan ketika istirahat tadi. dan ketika aku masuk, kulihat adi hanya sibuk mempelajari sebuah buku yang mungkin dipinjamnya dari perpustakaan dan setahuku setiap adi sedang belajar dia tidak akan pernah mengalihkan fokusnya pada hal lain dan tidak ada yang bisa mengganggunya.
yang ketiga rian. ketika aku masuk dia tengah sibuk membersihkan papan tulis yang penuh dengan coretan, lalu setelah itu dia pergi keluar dengan membawa sepidol dan sepertinya dia sedang menuju ruang guru untuk mengisi ulang sepidol tersebut dengan tinta.
melihat apa yang dia lakukan sepertinya dia mendapatkan jadwal piket untuk hari itu, selain itu kuamati sepertinya seseorang baru saja menyapu lantai kelas karena sampah sampah yang kulihat tadi pagi kini sudah tiada.
akupun sedikit curiga dibuatnya, ( mungkin gak sih kalo rian yang naro surat ini di laci mejaku waktu dia bersih bersih selama istirahat tadi? ) tanyaku bimbang di dalam hati.
sesekali ku amati lagi ketiga orang tersebut namun aku sama sekali tidak mendapatkan petunjuk.
selama ini aku tidak pernah dekat dengan siapapun terutama laki-laki, bahkan sahabat wanitapun aku tak pernah memiliki.
tidak pernah pula kulihat satupun ada teman lekaki yang menunjukkan rasa suka atau bahkan tersenyum padaku sehingga rasanya tak mungkin jika aku mempunyai penggemar rahasia.
namun jika seseorang melakukan hal ini karena ingin mengerjaiku maka apa alasannya, karena aku tidak pernah berurusan dengan siapapun sehingga aku tak merasa punya musuh.
siswa lain mulai berdatangan karena waktu istirahat sudah berakhir. kulihat wajah temanku satu persatu untuk memastikan mimik wajah mereka namun semuanya tidak ada yang membuatku curiga.
beberapa sibuk bercanda dengan teman dekatnya, beberapa lagi sibuk mempersiapkan buku dan alat tulis yang akan segera digunakan untuk belajar, dan sisanya hanya terdiam menunggu guru yang akan mengajar selanjutnya sembari fokus menatap papan tulis.
aku yang awalnya sedikit curiga pada rianpun menjadi tak yakin, karena selama di kelas dia tak pernah menatap atau sekedar melihat kearahku sekalipun.
begitu juga dengan yang lain, kuperhatikan sama sekali tidak ada yang memperdulikan keberadaanku, tidak ada yang melirikku, tidak ada yang mengajakku berbicara dan tak ada pula yang pernah bertanya padaku mengenai mata pelajaran.
fikiranku buntu, tak ada yang membuatku curiga baik itu teman wanita ataupun pria.
meski sangat-sangat penasaran namun kucoba untuk tenang selama jam pelajaran berlangsung, dan berencana untuk memikirkan hal ini lagi ketika hatiku sudah tak gelisah.
waktu istirahat makan siang dan shalat dzuhurpun tiba. kembali kukeluarkan surat kaleng tersebut dan terus ku baca tulisan didalamnya berulang-ulang dalam hati.
( orang itu berusaha buat nyemangatin aku, apa itu artinya dia tau sesuatu tentang aku yang bikin dia mikir bahwa aku butuh seseorang untuk jadi penyemangat ) ujarku dalam hati.
( terus dia juga nyuruh aku buat senyum, itu artinya orang yang nulis surat ini pernah liat senyuman aku!. ) lanjutku.
( tapi perasaan aku gak pernah senyum sama siapapun kecuali pas lagi diajak ngobrol dan itupun senyuman terpaksa karena aku takut dibilang jutek. ) aku terus bergumam seraya bertanya pada diri-sendiri.
namun semakin ku berfikir keras rasanya justru semakin buntu. dengan semua sikapku selama ini rasanya sangat tidak mungkin ada orang yang ingin dekat denganku apalagi menyukaiku.
lalu tiba-tiba fokusku teralihkan pada warna dari surat tersebut.
( kertas ini warna pink, gak mungkin banget kalo cowo punya kertas ginian, berarti orang yang nulis surat ini pasti cewe ) fikirku seakan satu teka-teki terpecahkan.
( apa selama ini ada yang pernah merhatiin aku dan ngerasa kasian karna aku gak punya temen kali ya? ) ku kembali bertanya-tanya.
seingatku ada satu orang yang sering menggunakan barang berwarna pink dan bahkan dengan senangnya mengumumkan pada semua orang di kelas bahwa dia menyukai warna pink dan orang itu adalah indah.
namun indah bukan tipe orang yang perhatian pada seseorang yang tidak dekat dengannya, kami bahkan hampir tidak pernah berbicara pada satu sama lain kecuali jika guru menempatkan kami di kelompok yang sama ketika belajar.
lagipula orang yang menulis surat ini pasti mempunyai karakter yang romantis dan tak banyak bicara, sedangkan indah sangat cerewet dan dia selalu mengatakan apapun yang dia inginkan tanpa memperdulikan perasaan orang lain.
akupun kembali pada titik buta. kini bahkan aku tak yakin harus curiga pada teman wanita atau teman lelaki.
alan terlihat sangat mengantuk dan selalu memilih untuk tidur setiap ada kesempatan sehingga aku tak yakin apakah dia pelakunya.
adi tidak pernah tertarik pada lawan jenis karena terlalu sibuk belajar dan mengejar prestasi sehingga diapun tak mungkin pelakunya.
sedangkan rian kudengar dia hanya mengincar siswi populer nan cantik sehingga aku juga tak yakin padanya.
sedangkan untuk sisanya aku tak melihat ada yang berbeda.
semuanya terlihat normal seperti biasa sehingga tak ada seorangpun yang terlintas di benakku akan melakukan hal semacam ini.