Jimi selalu memperlakukan kedua anaknya seperti itu, karena ia sangat menyayangi dan mencintai anak kembarnya.
Walaupun hubungannya dengan Fanny--mantan istrinya hanya sebentar, setidaknya ia masih bertanggung jawab pada kedua anak kembarnya.
Apa lagi, Jimi mengambil hak asuh itu dari Fanny. Karena Jimi tau kalau Fanny tidak akan bisa menjaga anak kembarnya itu. Hidupnya Fanny terlalu bebas membuat dirinya sulit untuk mengikuti gaya hidup mantan istrinya.
"Makan tidak mengajak aku," celetuk seorang gadis perempuan yang baru saja masuk ke dalam dapur.
Sekilas Jimi menoleh ke arah pintu dapur dan melihat Yuli tengah mengusak kedua matanya. Yuli sepertinya baru bangun tidur juga.
Jimi yang melihat Yuli masih setengah sadar dari tidurnya, ia bergegas menuntun Yuli duduk di sampingnya Yula.
Lalu, mereka bertiga kembali makan bersama dengan hening. Sesekali Jimi tersenyum saat menatap ke arah anak kembarnya.
'Andai, kalian anaknya Yuna. Sudah pasti daddy akan sangat bahagia,' batin Jimi yang tiba-tiba saja memikirkan mantan kekasihnya.
Sekilas Jimi memukul pelan kepalanya, bisa-bisanya ia memikirkan mantan kekasihnya seperti itu. Namun, akhir-akhir ini Jimi memang selalu memikirkan mantan kekasihnya itu.
Entah kenapa otaknya Jimi agak konslet seperti itu, membuat dirinya terkadang tidak bisa fokus pada sesuatu.
"Daddy, kenapa?" tanya kompak dari Yula dan Yuli setelah melihat tingkah Jimi yang sedikit aneh.
Bagaimana tidak aneh, Jimi sedang makan tapi tiba-tiba saja memukul kepalanya sendiri.
Yula dan Yuli hanya sedikit khawatir dengan apa yang terjadi pada daddy nya itu. Kembar tidak ingin daddy nya kenapa-napa, apa lagi mengalami sakit.
"Daddy tidak apa-apa," jawab Jimi yang berbohong pada anak kembarnya.
Yula dan Yuli hanya menganggukkan kepalanya saja, mereka melanjutkan makan nasi gorengnya.
***
Keesokan harinya.
Pukul 7 pagi. Seperti biasa kami baru selesai sarapan bersama, tiba-tiba saja terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.
"Apa itu pak Joko?" tanyaku sambil menatap Yunki.
"Tidak tau," jawab Yunki dengan mengangkat kedua pundaknya, tandanya ia benar-benar tidak tau.
Karena aku penasaran, dan kami juga juga sudah selesai sarapan. Kami memutusakan untuk melangkah bersama menuju pintu utama.
Sampai di depan pintu utama, ternyata ada sebuah mobil mewah yang menurutku agak asing. Karena aku tidak pernah mengenali mobil itu, tapi tiba-tiba saja seorang wanita keluar dari mobil itu.
Setelah aku melihat siapa yang keluar dari mobil mewah itu, aku langsung berlari menghampiri wanita itu. Lalu, aku memeluknya dengan sangat erat.
"Bella, kamu ke mana saja!" Suaraku sangat bahagia saat melihat sahabatku mengunjungi rumahku.
Entah sudah berapa lama aku dan Bella tidak bertemu. Bella membalas pelukanku, dan cukup lama kami berpelukan lalu kami melepaskan pelukan itu.
Bella mengusap pipiku dan sedikit mencubit gemas. Bella masih saja memperlakukan diriku seperti itu.
"Tante Bella, tumben ke sini?" Hana menatap Bella dengan raut wajah terheran-heran.
Sebenarnya kami tidak perlu heran melihat Bella datang ke rumah ini, tapi kami heran karena ini masih sangat pagi Bella bertamu ke rumah ini.
"Aku mau ke kantor mama Yuna dan sengaja tante ke sini," jawab Bella sambil menatap semuanya satu persatu.
"Tumben banget ih, ada apa sih!" Sumpah, aku sangat penasaran dan heran dengan kedatangan Bella saat ini, bahkan aku sampai lupa untuk menyuruh Bella masuk.
"Sayang, ajak Bella masuk dulu!" Yunki mencolek lenganku dan bersuara lembut.
"Astaga aku sampai lupa!" Seketika aku menepuk pelan jidatku sendiri.
Bella hanya tersenyum melihat tingkahku seperti itu, lalu aku mengajak Bella untuk masuk ke dalam rumah. Namun, Bella menolak.
Bella ingin langsung saja pergi ke perusahaan aku, lalu aku meminta izin pada Yunki untuk pergi bersama Bella.
Akhirnya Yunki mengizinkan aku untuk pergi ke kantor dengan Bella, biasanya Yunki tidak pernah mengizinkan aku pergi ke kantor tanpa dirinya.
"Ya sudah kalian hati-hati ya," ucap Yunki sambil menatapku dan menatap Bella.
"Oke sayang, bye!" Setelah aku pamit pada suami dan keenam anak-anakku, aku dan Bella langsung masuk ke dalam mobilnya Bella.
Bella menggunakan supir pribadi, dan sepertinya kedua anak kembarnya Bella sudah pergi ke sekolah terlebih dahulu.
Setelah mobil Bella melaju menuju perusahanku, kini saatnya mobil Yunki melaju menuju sekolahan anak-anak.
Yunki memutuskan anak-anak diantar olehnya saja, karena hari ini ia berangkat ke kantor dengan seorang diri.
***
Sampai di perusahaan Bagaskara Company.
Aku dan Bella langsung melangkah masuk ke dalam gedung. Di dalam gedung sudah banyak pegawai yang langsung menyapa dan memberikan hormat padaku.
Aku membalas sapaan mereka dengan tersenyum manis, lalu aku dan Bella masuk ke dalam ruanganku yang berada di lantai atas.
Sampai di dalam ruanganku, aku dan Bella langsung duduk di sofa. Tidak lama kemudian, Jaya selaku sekertaris aku langsung menyapa aku dan Bella. Aku juga meminta di buatkan teh pada Jaya untuk Bella.
"Bell, jadi ada apa kamu buru-buru pengen ke sini?" tanyaku dengan tatapan sangat penasaran.
Jujur, aku sangat penasaran kenapa Bella ingin mampir ke perusahaan aku. Karena sebelumnya ia tidak pernah mau ke perusahaan aku, walaupun aku yang mengajaknya.
Namun, kali ini Bella benar-benar berubah dan aku sangat penasaran dengan tujuan Bella ke sini.
Perlahan-lahan Bella ingin menjelaskan padaku, tapi terhalang ada Jaya yang baru saja masuk membawa teh dan beberapa cemilan. Setelah itu, Jaya kembali pergi dari ruangan dan Bella kembali menjelaskan padaku.
"Sepertinya aku ingin memulai bisnis juga dengan kakakku, dan rencana perusahaan keluargaku ingin bekerjasama denganmu," ucap Bella tanpa basa-basi.
Lalu, Bella juga menjelaskan kalau beberapa bulan kedepan universitas kami akan mengadakan reuni. Bella juga memasukkan kontakku pada sebuah grup reuni.
Aku sangat senang kalau angkatan kami akan mengadakan reuni, aku juga tidak sabar untuk menghadiri acara itu.
Namun, aku lebih sangat senang dan bahagia saat mengetahui Bella akan menjadi bisnis women.
"Wah Bella, kau tidak akan salah pilih memilih karir untuk mengembangkan perusahaan," celetuk aku sambil menepuk pelan pundaknya Bella.
"Haha, ya semoga saja!" Bella masih tertawa ketika membahas perusahaan, tapi terkadang ia juga serius saat membahas perusahaan.
Cukup lama aku dan Bella membahas perusahaan, tiba-tiba saja Bella membahas masa lalunya dengan Juno.
Bella menceritakan kalau dirinya sempat bertemu berdua dengan Juno dan sembunyi-sembunyi dari suaminya.
Awalnya aku tidak percaya Bella akan melakukan itu, tapi Bella menunjukkan sebuah bukti bahwa mereka berdua benar-benar bertemu.
"Astaga Bella!" Lagi-lagi aku menggeleng-gelengkan kepalaku setelah melihat sebuah foto Bella dengan Juno, foto mereka sangat mesra seperti sepasang kekasih.
"Yuna, aku tidak mengerti dengan perasaan aku sendiri," gumam Bella.