"Lalu, apa kata tante Bella?" Kini Doni juga ikut tidak sabar mendengarkan jawaban selanjutnya.
Aku sedikit tersenyum melihat keenam anakku yang benar-benar tidak sabar, dan sekilas aku melirik Yunki yang juga masih tersenyum.
Yunki langsung merangkul pinggang ramping aku membuatku sedikit terkejut. Lalu aku kembali menjawab dan menjelaskan kenapa Fira dan Feri tidak jadi menonton.
Selesai menjelaskan pada keenam anak-anakku dan mereka mulai paham, setelah itu kami langsung masuk ke dalam mobil yang terpisah. Kami melanjutkan aktivitas masing-masing.
Aku dan Yunki di dalam mobil yang sama. "Sayang, apa hari ini kamu sibuk?" tanyaku setelah mobil yang di kendarai Yunki sudah keluar dari pekarangan rumah.
"Tidak tau," jawab Yunki. "Memangnya kenapa?" tanya Yunki yang sekilas menatap ke arahku.
"Tidak apa, aku hanya bertanya saja," jawabku sambil cengengesan.
Yunki hanya mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti kenapa diriku seperti itu. Yunki juga kembali fokus pada mobilnya dan mengendarai dengan sangat hati-hati.
Yunki sebenarnya masih memiliki trauma ketika berada di dalam mobil bersamaku, ia masih mengingat jelas saat kecelakaan yang menimpa dirinya dengan kak Yura.
Namun, Yunki mencoba melupakan memori itu yang sangat mengerikan. Karena bagaimanapun saat ini kak Yura sudah tenang di sana.
"Sayang, sepertinya kita sudah lama tidak ke rumah abu," celetuk Yunki.
"Iya benar, nanti hari Sabtu sebelum kencan kita ke rumah abu saja," usul aku pada sang suami.
"Ide bagus sayang!" Yunki menganggukkan kepalanya dan tandanya ia setuju dengan usulan aku.
Selang beberapa menit. Mobil Yunki berhenti tepat di depan gedung milik Bagaskara Company. Seperti biasa, Yunki selalu membukakan pintu untukku.
Aku merasa seperti ratu ketika bersama Yunki, ia sangat baik dan memperlakukan diriku layaknya wanita yang sangat beruntung bisa menikah dengannya.
Aku mulai keluar dari dalam mobil dan sudah berdiri di hadapannya Yunki. Yunki merapihkan rambutku yang sedikit kusut.
"Bekerja yang serius ya istriku sayang, kalau lelah istirahat!" Yunki mendaratkan bibirnya tepat di bibirku membuatku langsung bersembunyi di dada bidangnya.
Aku langsung memukul pelan dada bidangnya Yunki dan berkata. "Kamu ini kebiasaan banget sih, apa enggak bisa melakukan itu di rumah saja," ucapku dengan wajah yang sudah memerah.
Yunki hanya tertawa geli mendengar ucapanku, apa lagi saat melihat wajahku yang mulai memerah karena malu.
Yunki tidak merespon ucapanku, tapi ia langsung menuntun diriku masuk ke dalam gedung. Yunki juga tidak lupa menutup pintu mobil tadi.
"Ya sudah aku langsung ke kantor ya, kamu bisa masuk ke ruanganku sendiri, kan?" tanya Yunki sambil menatapku.
"Tentu bisa, memangnya aku anak bayi," jawabku sambil cemberut.
"Haha, ya sudah. Bye!" Yunki mengecup keningku lalu melambaikan tangannya, setelah itu pergi dari gedung Bagaskara Company dan melanjutkan perjalanan menuju kantornya.
Setelah melihat Yunki pergi dengan mobilnya, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku karena bisa-bisanya aku menikah dengan suami seperti Yunki.
Yunki itu selalu saja bersikap berlebihan di depan publik seperti ini, aku merasa malu kalau Yunki melakukan ini padaku.
Namun, aku juga bahagia kalau Yunki memperlakukan diriku seperti ini. Sudah pasti Yunki mencintaiku dengan tulus.
"Di kira dia, aku anak TK apa yang selalu harus di antar dan di awasi olehnya," gerutu aku yang masih mengingat ucapan Yunki tadi.
Setelah menggerutu seperti itu, aku melangkahkan kakiku menuju lift dan masuk ke dalam lift lalu menekan nomor di mana ruanganku berada.
Tidak lama kemudian. Pintu lift terbuka dan aku langsung keluar dari lift, setelah aku keluar dari lift beberapa pegawai langsung membungkuk dan menyapa lalu menyambut sopan padaku.
Seperti biasa, aku membalas sapaan dan sambutan mereka dengan ramah. Setelah itu, aku masuk ke dalam ruangan dan kembali bekerja seperti biasa.
***
Di ruangan Pratama Company.
Yunki baru saja masuk dan duduk di kursi kerjanya. Yunki melihat beberapa berkas yang ada di atas mejanya, ia melihat ada nama asing dalam dokumen itu.
"Iskandar Company?" Yunki membaca nama dokumen asing itu.
Lalu, Yunki membaca dokumen itu. Yunki membaca dokumen itu lalu ada nama Tarra dan Bella. Seketika keningnya berkerut dan mencoba berpikir keras.
"Sepertinya ini perusahannya sahabat istriku," gumam Yunki.
Yunki kembali berpikir dan memang benar pasti Bella akan terjun dalam dunia bisnis. Namun, Yunki semakin penasaran kenapa Bella melakukan itu.
Yunki membuka berkas lamanya yang tercantum beberapa perusahaan yang sudah bekerjasama dengannya. Ia melihat ada nama Juno yang sudah menjadi salah satu kerjasamanya.
"Apa Bella ikut bisnis karena Juno?" Lagi-lagi Yunki seperti penasaran dan ingin tau.
Seketika Yunki kembali teringat saat tadi pagi dirinya tidak menemui diriku di atas ranjang. Lalu, ponselku bergetar ada pesan masuk. Yunki langsung membuka pesan itu, dan ternyata pesan itu dari sebuah grup.
"Tumben sekali istriku memiliki grup chat," gumam Yunki yang kembali memikirkan teka-teki ini.
Sesekali Yunki memijat pelan pelipisnya dan kembali mengingat pesan-pesan yang ada di dalam grup chat diriku. Yunki juga melihat anggota yang ada di dalam grup itu.
Yunki melihat nama Jimi yang paling ia pantai setelah masuk ke dalam grup, dan ternyata Jimi memang ada di dalam grup itu.
"Sebenarnya itu grup apa ya?" Lagi dan lagi Yunki penasaran.
Tok.
Tok.
Seseorang mengetuk pintu ruangan Yunki, dan ia mencoba melupakan masalah grup chat itu.
"Masuk!" Yunki mempersilahkan seseorang itu amsuk ke dalam ruangannya.
"Permisi, bos!" Seorang wanita sudah masuk ke dalam ruangannya Yunki dan membungkuk sopan padanya.
"Ya, ada apa, Lia?" tanya Yunki saat melihat wanita itu sudah berdiri di depan meja kerjanya.
Lia adalah sekertarisnya Yunki, ia sudah lama bekerja dengannya. Lia selalu bersikap sopan dan baik pada bosnya--Yunki.
Lia juga tidak seperti sekertaris lainnya di luaran sana yang sering menggoda bosnya. Lia sangat menghargai bosnya dan keluarganya.
"Di dokumen itu ada perusahaan baru yang ingin..." Belum sempat Lia menjelaskan, tapi Yunki sudah mengatakan sesuatu.
"Iskandar Company," ucap Yunki.
"Iya bos!" Lia menganggukkan kepalanya.
"Oke, saya akan membaca dokumen ini dan kau bisa kembali bekerja," kata Yunki.
Lia menganggukkan kepalanya dan ia langsung undur diri dari ruangan bosnya. Lia kembali bekerja dan Yunki kembali membaca dokumen Iskandar Company.
Setelah hampir satu jam lamanya. Yunki menyudahi membaca dokumen Iskandar Company, ia langsung mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya.
Yunki mencoba menghubungi seseorang dan ponselnya sudah ia tempelkan di salah satu telinganya.
"Tumben sekali tidak di jawab," gumam Yunki setelah satu kali panggilannya tidak di ajwab oleh seseorang itu.
Namun, Yunki kembali menelepon seseorang itu dan kedua kalinya telepon Yunki tidak di jawab oleh seseorang itu.
"Mungkin istriku sedang sibuk," kata Yunki yang sudah menyerah.