"Aku takut kalau kak Yura mengambil kamu dariku," jawabku yang langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.
Yunki membelai rambutku dan mengatakan. "Kak Yura tidak akan mengambilku darimu, dia sudah tenang di surga." Yunki mencoba menenangkan diriku.
Aku kembali menoleh ke arah Yunki dan berkata. "Lalu, kenapa tadi kamu bilang mau menemui kak Yura? Apa kamu sudah bosan denganku?" Kini, aku sedang merajuk pada suamiku. Entah kenapa hari ini perasaanku sedikit berbeda pada Yunki, dan tatapan Yunki juga berbeda.
"Tidak, tidak perlu di pikirkan." Yunki tersenyum tipis.
"Aku tau kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" tegas aku padanya.
Yunki tidak merespon apapun, ia hanya menghembuskan napas. Yunki juga langsung berpamitan untuk kembali ke kantornya, aku dengan berat hati membiarkan Yunki.
Aku juga harus mengurusi pekerjaan aku yang masih tertunda, aku kembali ke meja kerja dan kembali fokus pada pekerjaan.
***
Pukul 4 sore.
Aku dan Yunki sudah berada di sebuah mall besar yang berada di pusat Seoul. Karena Yunki sudah janji akan mengajak diriku ke mall, akhirnya kami benar-benar ke mall.
"Kita mau mengunjungi apa dulu?" tanya Yunki setelah kami baru saja masuk ke dalam mall.
"Aku mau makan es krim," jawabku dengan sedikit tidak sabar.
"Let's go!" Yunki mempererat rangkulan tangannya yang melingkar di pinggangku.
Aku dan Yunki kembali melangkahkan kaki menuju stan event es krim yang sudah di bicarakan Yunki saat di kantor.
Kami menuju lantai satu mall ini, dan ternyata banyak sekali orang-orang yang sudah menghampiri stan itu.
Sekilas Yunki melirik ke arahku dan seperti mengkhawatirkan sesuatu. Yunki seperti ingin mengajak diriku ke tempat lain dulu, baru kembali lagi ke stan event itu.
"Sayang, ayo kita ke sana saja!" ajak aku pada sang suami, karena aku tidak sabar ingin mencicipi banyak es krim hari ini.
Es krim adalah cemilan favorit aku, dan Yunki juga sangat mengetahui jika aku menyukai es krim. Oleh sebab itu, Yunki mengajak diriku ke sini.
Aku juga tidak merasa keberatan di ajak ke sini, apa lagi banyak sekali macam-macam es krim. Aku semakin tidak sabar untuk mencicipi semuanya, seketika aku mengingat keenam anak-anakku.
"Kenapa diam?" Yunki menatap ekspresi aku yang tiba-tiba saja bengong dan terdiam di tempat.
"Sebaiknya kita ajak anak-anak kita," ucapku sambil menatap Yunki.
"Sayang, aku hanya ingin ke mall berdua denganmu!" Yunki menolak ucapanku dan tidak berniat untuk mengajak keenam anak-anaknya.
Sungguh, saat ini Yunki sangat egois sekali. Bagaimana bisa ia hanya ingin ke mall berdua saja denganku? Padahal kami sudah memiliki keenam anak, tapi Yunki selalu ingin berduaan saja denganku.
Hem, pasti ada sesuatu yang Yunki sembunyikan. Apa saat ini Yunki sedang selingkuh di belakang aku? Biasanya orang yang selingkuh selalu bersikap romantis kepada istri sah nya.
Namun, aku tidak percaya jika Yunki berselingkuh. Apa lagi setiap hari Kamis selalu bersama dan selalu di sibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Setiap pulang kerja juga, Yunki selalu pulang ke rumah.
"Hei, kenapa sih kamu bengong lagi." Yunki menggoyang-goyangkan kedua pundakku.
"Hem, maaf!"
"Sudah jangan mikirin pekerjaan, aku ingin saat ini kita bersenang-senang saja!" Yunki langsung mengecup bibirku setelah mengatakan itu.
Sungguh, Yunki benar-benar tidak memiliki rasa malu. Yunki selalu saja mengecup bibirku di mana saja, aku juga sudah malas melarangnya. Karena Yunki sangat keras kepala, kalau diriku melarang Yunki malah ia akan semakin keras kepala.
"Ayo, aku mau es krim," aku langsung menarik tangan Yunki untuk mulai mengantri.
Beberapa orang yang ada di sana langsung menatap ke arah kami, karena sedari tadi Yunki terus-menerus menggenggam tanganku. Bahkan sekarang Yunki berada di belakangku dan memeluk tubuhku.
"Sungguh, aku sangat iri dengan mereka," bisik seorang wanita pada teman wanitanya.
"Benar, beruntung sekali wanita itu," balas wanita itu pada temannya.
"Bukannya itu pasangan anak konglomerat?" Seorang wanita yang berada di belakang dua orang wanita tadi langsung menimpali percakapan mereka, padahal mereka berdua sedang berbisik.
Setelah beberapa menit mengantri, akhirnya aku dan Yunki mendapatkan banyak es krim dengan banyak varian berbeda. Yunki sangat baik mau mengambilkan beberapa varian rasa untukku.
Setelah itu, kami berdua mencari tempat duduk untuk mencicipi es krim tadi. Akhirnya kami menemukan kursi kosong dan kami langsung duduk di kursi itu.
"Aku mau cicipi yang rasa coklat dulu," ucapku lalu mulai mencicipi es krim rasa coklat.
Yunki hanya bisa melihat tingkahku yang mirip sekali anak kecil, padahal diriku sudah melahirkan empat anak untuk Yunki. Namun, Yunki masih selalu tidak percaya bahwa diriku sudah bisa melahirkan empat anak dari rahimku sendiri.
Yunki juga selalu menganggap diriku seperti anak kecil, karena aku selalu mudah terpengaruh pada omongan orang lain. Namun, Yunki tidak meragukan diriku yang mencoba menjadi mandiri dan dewasa ketika bersama anak-anak.
Sebenarnya, aku selalu bisa memposisikan diriku ketika bersama anak-anak dan suami. Hanya saja aku masih selalu bersikap manja dan seperti anak kecil setiap bersama Yunki. Yunki juga tidak mempermasalahkan itu semua.
"Setelah es krim, kita mau ke mana lagi?" tanya Yunki sambil membersihkan ujung bibir akibat sisa-sisa es krim.
"Aku mau beli pakaian," jawabku sambil menatap Yunki.
"Pakaian apa?"
Aku mendekatkan bibirku pada telinganya Yunki, lalu aku mengatakan. "Pakaian dalam sejenis lingerie," bisik aku di telinganya Yunki dengan suara sensual.
"Oke, kita beli yang banyak!" Yunki bersemangat.
"Hih, giliran bahas begitu semangat banget," protes aku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Yunki tidak merespon protes dariku karena ia memang merasa dirinya selalu bersemangat untuk masalah itu. Yunki juga ikut mencicipi es krim. Setelah kami selesai mencicipi semua es krim, kami langsung melangkah menuju 'Pakaian Dalam'
Yunki terus-menerus menggenggam tanganku dengan erat, ia seperti anak remaja yang baru jalan dengan kekasihnya. Yunki bahkan tidak mengizinkan diriku untuk melepaskan tangannya walau hanya sedetik.
Sampai di depan toko, aku dan Yunki langsung masuk ke dalam. Kami berdua di sambut ramah oleh beberapa pegawai di toko itu. Yunki sama sekali tidak malu atau risih saat masuk ke dalam bersamaku.
Biasanya beberapa laki-laki akan merasa risih atau malu saat di ajak ke dalam toko lingerie atau semacamnya. Namun, berbeda dengan Yunki. Yunki semakin bersemangat, bahkan ia yang menuntun jalan menuju beberapa lingerie.
"Sepertinya malam ini kamu yang akan menggunakan lingerie," celetuk aku sambil mencolek lengannya Yunki.
"Tidak, aku masih normal," balas Yunki yang sudah menghentikan langkahnya dan berdiri di depan manekin yang menggunakan lingerie seksi.
Sekilas Yunki melirik ke arahku dan menatap tubuhku dengan tatapan nakal.