"Iya benar, ini ada cemilan coklat. Coba tebak siapa yang membuat semua ini?" tanyaku.
"Mungkin bi Ika," jawab Yunki yang asal.
"Bukan, tapi anak-anakku," ucapku.
"Anak-anak kita, sayang!" Yunki mengoreksi ucapanku yang salah.
Aku hanya terkekeh geli mendengar koreksi dari Yunki, tapi apa yang Yunki koreksi memang benar kalau anak-anak bukan hanya anakku tapi anak-anak kita.
"Sayang, aku tutup ya teleponnya. Ada beberapa berkas yang harus segera di selesaikan," celetuuk Yunki.
"Oke papa Yunki, semangat mencari uangnya untuk anak dan istrimu hihi."
"Siap sayang, aku akan cepat pulang ya!"
"Iya, nanti di jalannya hati-hati dan jangan ngebut ya!" pinta aku sambil mengingatkan keselamatan dalam berkendara pada sang suami.
"Siap istriku, love you!"
"Love you to!"
Yunki langsung mengakhiri panggilan videonya, aku hanya bisa senyum-senyum sendiri. Entah kenapa aku selalu senyum seperti ini jika mendengar ucapan romantis dari sang suami. Sepertinya aku semakin jatuh cinta pada suamiku, pikirku.
Aku menyimpan ponselku di atas meja lalu kembali mencicipi coklat yang di buat oleh anak-anak. Sungguh, coklat ini sangat enak dan aku sangat beruntung memiliki anak-anak seperti mereka.
"Kalian memang harta yang tidak ternilai, nak!" gumam aku sambil menatap satu persatu anak-anakku.
Tiba-tiba saja ponselku bergetar ada pesan masuk, aku langsung mengambil ponselku dan membaca pesan itu.
Bella.
Yuna, hari ini aku akan bertemu dengan Juno. Sepertinya aku akan pulang agak larut malam, kalau suamiku menghubungi kamu tolong bilang saja kalau aku sedang bertemu denganmu di luar ya! Please!
Di akhir pesan itu di berikan emoticon menangis, setelah membaca pesan itu. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku, Bella benar-benar tidak berubah.
"Terserah kau saja lah!" ucapku tanpa membalas pesannya Bella.
Sungguh, aku malas membalas pesannya Bella. Apa lagi aku harus berbohong pada suami orang lain, aku tidak mau melakukan itu.
Aku takut suatu saat menjadi karma, aku juga tidak mau jika suatu saat suamiku malah melakukan itu padaku.
"Astaga, apa yang aku pikirkan," ucapku yang langsung memukul pelan kepalaku.
Aku kembali menyimpan ponselku di atas meja dan mulai melupakan keinginan Bella. Karena aku tidak ingin menjerumuskan sahabatku sendiri dalam jalan yang salah. Bagaimanapun, Bella sudah menikah dan memiliki anak.
Tidak seharusnya Bella melakukan itu pada suaminya, Nandi. Walaupun dulu Nandi pernah hampir tergoda oleh seorang wanita cantik, wanita yang ternyata seorang dosen di tempat Nandi mengajar.
"Rumah tangga memang rumit, yang tidak rumit hanya rumah makan," gumam aku sambil geleng-geleng kepala.
Semoga saja Bella bisa melupakan Juno karena kalau dia terus-menerus melakukan hal itu. Suatu saat pasti Nandi akan mengetahuinya, dan sudah pasti rumah tangganya akan semakin rumit.
***
Di sisi lain.
Bella sudah berada di sebuah Apartemen mewah milik Juno, ternyata di sana mereka sudah melakukan hubungan terlarang. Entah apanyanh ada di dalam pikirannya Bella dengan Juno, mereka benar-benar tidak waras.
"Sayang, ayo lagi!" Juno terus-menerus mengarahkan miliknya pada pujaan hatinya.
Walaupun pujaan hatinya sudah menikah dengan pria lain, tapi Juno masih terus-menerus berharap pada Bella. Namun, Bella sendiri tidak tau apa dirinya bisa mengakhiri pernikahannya dengan sang suami, Nandi.
Karena menurut Bella, Nandi adalah pria yang menemaninya di saat dirinya suka maupun duka. Jadi, sepertinya sulit jika dia harus bercerai dengan sang suami.
Apa lagi Bella sudah memiliki dua anak kembar dari Nandi, itu akan semakin sulit untuk dirinya bercerai. Bella juga tidak tau hubungannya dengan Juno akan di bawa ke mana, semua hanya karena nafsu semata.
"Sebentar, Yuna belum membalas pesanku," ucap Bella yang sedari tadi menatap ke arah ponselnya.
"Mungkin Yuna masih sibuk kerja," kata Juno.
"Iya kali ya?" Bella sedikit berpikir dan menatap jam di ponselnya.
"Iya, sebaiknya kita main lagi. Aku sangat merindukanmu sayang," bisik Juno di telinganya Bella.
Bella akhirnya menyerah, dia menyimpan ponselnya di atas meja dan kembali bermain panas dengan Juno. Mereka berdua benar-benar tidak waras, apa lagi Bella yang sudah memiliki suami dan anak.
Sebenarnya Bella tidak ingin melakukan hubungan intim dengan Juno, tapi karena gombalan Juno yang membuat Bella terhipnotis. Akhirnya Bella luluh juga dalam kungkungan Juno, tapi Juno tidak mempermainkan Bella.
Juno memang masih memiliki perasaan dengan Bella, bahkan dia selalu menunggu Bella menjadi janda walaupun itu mustahil.
Beberapa menit kemudian. Ponselnya Bella berdering dan dia sama sekali tidak menghiraukan ponselnya yang ternyata sang suami menghubungi dirinya. Bella sudah hanyut dalam hujaman Juno, dan dia melupakan perannya sebagai istrinya Nandi.
"Aaaaaaahhhhhhh sayang, nikmat sekali!" Bella terus-menerus mendesah tanpa menghiraukan ponselnya yang terus-menerus berdering di atas meja.
Juno tersenyum bahagia mendengar desahan pujaan hatinya, dia semakin menambah tempo agar memuaskan hasrat Bella. Juno juga tidak menghiraukan ponselnya Bella, karena dia sudah tau pasti suaminya tengah menghubunginya.
Juno dan Bella terus-menerus melakukan hubungan intim itu tanpa memikirkan keadaan. Keadaan yang suatu saat akan menghancurkan segalanya, karena saat ini mereka sudah hanyut dalam hasrat semata.
***
Pukul 12 malam.
Di sebuah kamar yang luas dan sangat nyaman, terlihat sepasang suami-istri baru saja melakukan malam yang panas.
"Terimakasih istriku sayang," ucap Yunki lalu mengecup bibirku.
"Sama-sama sayang," balasku sambil mengecup bibirnya juga.
1 jam yang lalu, aku dan Yunki melakukan hubungan intim. Hubungan yang sangat wajib bagi sepasang suami-istri, entah kenapa sedari tadi Yunki pulang dari kerjanya. Yunki terus-menerus meminta jatah padaku, mungkin hormonnya Yunki sedang meningkat.
Aku juga tidak mempermasalahkan itu, apa lagi aku sebagai istrinya Yunki memang wajib melayani suamiku yang sedang menginginkannya.
Beberapa menit kemudian, aku dan Yunki juga selesai membersihkan diri. Saat ini aku dan Yunki sedang duduk di sofa sambil menatap televisi.
"Sayang, tidurlah!" titah Yunki sambil menatap ke arahku.
"Masih belum ngantuk nih gara-gara kamu," protesku padanya.
"Maafkan aku ya sayang!" Yunki kembali mendaratkan bibirnya pada bibirku.
"Iya sayang, tidak apa-apa," ucapku sambil tersenyum.
Aku langsung menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya Yunki, dan Yunki merangkul pundakku. Kami sedang menonton sebuah berita malam, dan tiba-tiba saja ponselku bergetar ada pesan masuk.
Dengan cepat, Yunki langsung mengambil ponselku dan memberikannya padaku. Yunki hanya berpikir itu pesan penting karena masuknya tengah malam.
Yunki juga tidak melihat pesan dari siapa, dia langsung memberikannya saja padaku. Aku langsung mengambil ponselku dan melihat isi pesan itu, sekilas juga Yunki melirik ke arahku saat diriku membuka pesan.
Pak Nandi.
Malam Yuna, maaf menganggu waktunya tengah malam. Apa Bella sudah pulang? Kalau belum pulang biarkan...