Chereads / Istri Sambung 2 / Chapter 25 - UJIAN? CALON BAYI?

Chapter 25 - UJIAN? CALON BAYI?

"Kata bibi, hari ini akan makan kimchi, ya. Kak?" tanya Wendi sambil menatap semua kakak-kakaknya secara bergantian.

"Iya, mama ingin makan kimchi buatan papa," jawab Hani.

"Wah pasti enak kimchi buatan papa," lanjut Dani.

"Sudah pasti enak," sambung Doni.

Sejenak, suasana hening. Winda sudah kembali ke kamar kedua orang tuanya sambil membawa satu sisir buah pisang di tangannya.

Winda menyimpan buah pisang itu di atas meja dan para kakak-kakaknya langsung mengambil satu persatu pisang tersebut. Semua kakak-kakaknya juga mengucapkan terimakasih terlebih dahulu setelah sang adik membawa pisang itu ke kamar.

Setelah itu, mereka semua menyantap buah pisang itu dengan tenang sambil menatap tv. Mereka sedang menonton acara kartun.

Selang beberapa menit kemudian. Kedua orang tuanya sudah selesai mandi, dan mereka ternyata mandi bersama.

"Sepertinya mama sedang ngidam karena ingin makan kimchi buatan papa," celetuk Hana.

"Hei, mama tidak sedang hamil loh!" Tiba-tiba saja aku protes dengan ucapannya Hana.

"Eh, mama udah selesai mandi?" tanya Hana sambil cengengesan.

"Sudah barusan," jawabku sambil mengeringkan rambut yang masih basah menggunakan handuk kecil.

"Sayang, sini deh pakai hairdryer aja!" Yunki menghampiriku dan mengambil alih handuk kecilku.

Aku tidak mengatakan apapun sampai akhirnya, Yunki menuntun diriku duduk di kursi depan meja rias. Yunki mencolokkan kabel hairdryer, lalu mulai mengeringkan rambutku.

Yunki benar-benar pria idaman, bahkan keenam anak-anak kami sambil mengalihkan pandangannya ke arah kami.

"Aduh, papa sama Mama selalu saja romantis," celetuk Wendi dengan suara gemas kepada kami.

"Memang harus romantis biar mama tidak tergoda dengan pria lain," sindir Yunki sambil menatapku dari arah cermin meja rias.

"Idih, siapa juga yang nakal tergoda dengan pria lain," balas aku sambil memutar bola mataku dengan malas.

"Katanya mama mau selingkuh sama tukang sayur yang sering keliling komplek," goda Doni.

Aku mengerutkan keningku lalu menoleh ke belakang dan menatap bingung ke arah anakku, Doni.

"Tukang sayur yang mana?" tanyaku dengan ekspresi yang benar-benar bingung.

"Yang itu loh mama, tukang sayur yang pakai mobil," jawab Dani.

"Mama saja tidak tau, bagaimana bisa selingkuh dengannya," balasku yang kembali memutar posisiku kembali menghadap cermin meja rias.

Yunki yang sedang mengeringkan rambutku hanya bisa menghela napas saja, karena dia juga ikutan merubah posisinya kesana-kemari.

"Jadi, kalau kamu kenal tukang sayur itu kamu mau selingkuh dengannya?" tanya Yunki yang menatap ke kaca meja rias.

"Untuk apa juga selingkuh," jawabku dengan kesal. "Satu suami saja tidak habis-habis," sambungku sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Hah? Habis? Emangnya kalau punya suami harus di habisi ya, ma?" tanya Winda dengan raut wajah polosnya.

"Iya harus di habisi seperti kita makan," jawabku dengan asal dan cengengesan.

"Kamu ini, ajarin anak yang tidak-tidak!" Yunki menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak suka dengan jawabanku.

Setelah sedikit bercanda, akhirnya Yunki selesai mengeringkan rambutku dengan hairdryer. Setelah itu, keenam anak-anak kami juga melangkah pergi dari kamar. Entah mereka akan ke mana, aku dan Yunki duduk di sofa sambil menatap tv.

"Sayang ih, cepat buatkan aku kimchi!" titahku sambil menatap ke arah Yunki.

Yunki menepuk pelan jidatnya sendiri dan berkata. "Astaga, aku lupa sayang. Maafkan aku ya!" Yunki bergegas mengecupkan bibirnya pada bibirku, setelah itu dia bangun dari duduknya.

"Ya sudah kalau sudah selesai kabari aku ya ayang beb," ucapku.

"Bahasa dari mana itu?" Yunki mengerutkan keningnya.

"Bahasa dari Instagram," jawabku.

"Aneh-aneh saja!" Yunki hanya geleng-geleng kepalanya dan bergegas melangkah keluar kamar.

Yunki melangkah menuju dapur untuk membuatkan kimchi dan daging yang sudah aku inginkan saat tadi di kantornya. Lalu, aku membaringkan tubuhku di atas sofa tadi sambil menatap langit-langit.

Perlahan-lahan aku mengusap-usap perutku dan berkata. "Kenapa akhir-akhir ini perutku sering mual? Apa lambungku kambuh lagi?" tanyaku pada diri sendiri.

Sejenak, aku memejamkan mataku dan mulai masuk ke dalam mimpi. Mimpi di mana aku bertemu dengan mendm mendiang kakakku, Yura Putri Bagaskara.

"Kak Yura, aku rindu!" Dengan cepat, aku memeluk erat tubuhnya kak Yura yang nampak pucat.

Yura membalas pelukanku dan mengusap punggungku, lalu berkata. "Yuna, terimakasih sudah menjaga kedua anakku dan suamiku. Aku sangat bangga padamu bisa merawat mereka dengan baik, aku sudah tenang meninggalkan kalian semua." Yura membisikkan itu tepat di daun telingaku.

"Kakak tidak perlu berterimakasih padaku, karena itu sudah menjadi kewajiban aku sebagai seorang istri sekaligus ibu." Perlahan-lahan aku melepaskan pelukanku dan menatap lekat ke arah sang kakak, Yura.

Yura tersenyum sambil membelai rambutku. "Kamu memang wnaita hebat dan sangat kuat, aku juga sangat bahagia melihat kamu bisa memberikan banyak anak untuk Yunki." Yura terus-menerus tersenyum manis padaku. "Bahkan sekarang saja kamu sedang mengandung benihnya lagi," ucap Yura yang mengalihkan tangannya ke arah perutku.

"Hah? Benih?" Seketika aku melotot saat mendengar ucapan sang kakak. "Aku tidak hamil, kak!" tegasku padanya.

"Yakin tidak hamil? Sudah berapa lama tidak datang bulan?" tanya Yura.

Seketika, aku terdiam saat mendengar pertanyaan darinya. Aku bahkan lupa kapan terakhir aku datang bulan, karena aku memang tidak pernah memperhatikan semua itu.

"A ... aku tidak tau," jawabku dengan gelengan kepala.

"Segera periksa ke dokter kandungan agar kamu dan calon bayi sehat selalu!" Yura kembali tersenyum manis dan perlahan-lahan tubuhnya memudar.

"Kak!" Dengan cepat aku menyentuh tangannya kak Yura tapi tidak bisa, aku seperti menembus tubuhnya begitu saja.

"Jaga dirimu dan calon bayimu itu, karena kandungan kamu saat ini akan sangat lemah. Apa lagi kamu dan Yunki akan menerima ujian yang sangat berat," ujar Yura yang seperti sedang memperingati diriku.

"Ujian? Ujian apa? Aku tidak paham!"

"Apapun ujian yang akan Tuhan berikan pada rumah tangga kalian, percaya lah kamu akan selalu mempertahankan rumah tangga kamu demi anak-anak!" tegas Yura yang lambat laut menghilang dari pandangan ku.

Dan benar saja. Yura langsung menghilang dari hadapanku, aku yang kelimpungan mencari sosok kak Yura dan tidak juga bertemu dengannya lagi.

"Kak Yura! Ujian apa yang kakak maksud? Aku tidak ingin memiliki banyak masalah dalam rumah tanggaku!" teriakku dengan sangat histeris.

Tiba-tiba saja air mataku mengalir deras dan membasahi kedua pipiku, aku terus-menerus mencari sosok kak Yura tapi dia benar-benar menghilang begitu saja.

"Kak Yura!" teriakku dengan isakan tangis yang tidak juga berhenti.

Tiba-tiba saja seseorang menepuk-nepuk pundakku, aku seperti sedang di sadarkan oleh seseorang dari mimpi itu.

"Kak Yura!" teriak aku dengan histeris dan langsung membuka kedua mataku.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Yunki yang sudah berada di hadapanku.