Pak Nandi.
Malam Yuna, maaf menganggu waktunya tengah malam. Apa Bella sudah pulang? Kalau belum pulang biarkan...
Aku menghela napas dengan kasar dan berkata. "Ya ampun, jam segini dia belum kembali?" aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku saat membaca setengah pesan dari suaminya Bella.
"Sayang, kenapa suaminya Bella kirim pesan begitu padamu?" tanya Yunki yang ternyata ikut mengintip pesan dari pak Nandi.
"Rumit kalau di ceritakan," jawabku yang langsung merebahkan tubuh di atas sofa.
Yunki hanya mengerutkan keningnya saat melihat tingkahku, tapi dia tidak mendesak diriku untuk memberikan penjelasan. Karena Yunki tipe pria yang hanya akan mendengarkan penjelasannya sendiri dari pasangannya.
"Sayang, aku pijat ya?" Tawar Yunki sambil menundukkan kepalaku yang saat ini sedang memakai pahanya Yunki untuk menjadikan alas bantal di kepalaku.
"Boleh sayang," ucapku.
Namun, tiba-tiba saja Yunki meremas kedua gunung kembarku. Aku langsung mendongkak dan menatap Yunki dengan kesal, tapi yang di tatap hanya cengengesan dan masih memijat lembut kedua gudung kembarku.
"Ya Tuhan, kenapa pijat itu," protesku yang masih menatap kesal ke arah suamiku.
"Hehehe, habis ini menggodaku," balas Yunki.
Aku hanya menghela napas saja dan malas bertengkar dengannya, sekilas Yunki mengecup bibirku setelah itu kembali meremas gunung kembarku.
Seketika aku memikirkan Bella, entah saat ini dia ada di mana. Aku benar-benar pusing memikirkan Bella, dia benar-benar seperti anak remaja yang baru menemukan cinta.
Aku kembali menatap layar ponsel dan membaca pesan dari pak Nandi, tapi aku tidak membalasnya. Aku tidak sanggup membohonginya, apa lagi membela Bella yang berada di jalan yang salah.
'Sepertinya ada sesuatu,' batin Yunki yang sangat penasaran, tapi dia tidak ingin memaksa diriku untuk menceritakan semuanya.
Yunki yakin kalau nanti diriku akan menceritakan semuanya kalau waktunya sudah tepat, perlahan-lahan Yunki mengakhiri pijat di kedua gunung kembarku. Kini Yunki memijat pelan kepalaku, pijatannya sangat membuatku nyaman.
"Iya sayang, itu enak sekali!" Perlahan-lahan aku memejamkan mataku dan menyimpan ponselku di atas perut.
Namun, Yunki memindahkan ponselku ke atas meja. Dia kembali memijat kepalaku dengan lembut dan sangat cekatan.
"Tidur yang nyenyak istriku sayang," ucap Yunki lalu mengecup keningku dan seluruh wajahku.
Aku hanya membalas senyuman tanpa membuka mataku karena tiba-tiba saja mataku agak lengket dan sepertinya sudah kembali mengantuk. Aku juga mulai melupakan pesan pak Nandi dan masalah Bella, karena aku memang malas memikirkan semua itu.
Bella juga sudah dewasa, dia akan tau mana yang terbaik untuk rumah tangganya dan tidak. Tugasku saat ini tidak ingin ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain.
Walaupun Bella sudah bersahabat denganku sangat lama dan sudah aku anggap sebagai saudara, tapi aku tidak bisa membela Bella jika dirinya berada di jalan yang salah.
Aku hanya bisa berdo'a pada Tuhan, agar Bella di berikan jalan yang benar dan mau mengakhiri semua hal-hal buruk yang saat ini sedang dia lakukan di belakang suaminya.
Beberapa menit kemudian. Yunki melihat diriku sudah tidur nyenyak, akhirnya dia menggendong diriku dan memindahkan diriku ke atas kasur.
Yunki juga langsung ikut tidur di sampingku dan kini kami tidur bersama, karena besok kami harus bekerja lagi demi masa depan keenam anak-anak kami.
***
Keesokan harinya.
Pukul 12 siang.
Aku dan suamiku baru saja meeting dengannya, saat ini juga aku sedang berada di kantor Pratama Company.
"Sayang, mau makan apa?" tanya Yunki sambil menuntun diriku duduk di pangkuannya.
"Aku ingin makan yang pedas-pedas," jawabku yang langsung melingkarkan tanganku di leher kokohnya sang suami.
"Makan yang pedas?" Yunki mengerutkan keningnya dan sedang berpikir.
Perlahan-lahan jemari lentik aku meraba-raba dada bidangnya Yunki, dan Yunki langsung mendekatkan wajahnya pada wajahku.
Deru napas kami sangat terasa di wajah masing-masing, dan tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam ruangan Yunki karena pintunya memang tidak di tutup.
"Ma ... Maafkan saya, tuan dan nyonya!" Seseorang itu langsung menundukkan kepalanya.
"Iya tidak apa-apa, Lia. Ada apa?" tanya Yunki yang langsung menoleh ke arah Lia selaku sekertarisnya.
"Menu makan siang di kantor adalah sushi," jawab Lia yang sudah mengangkat kepalanya dan menatap bosnya.
Yunki langsung menoleh ke arah sang istri dan berkata. "Sushi, mau tidak?" tanya Yunki.
"Tidak mau, aku mau makan daging dan kimchi deh," jawabku sambil cemberut.
"Lia, tolong belikan itu di restoran lain ya!" titah Yunki yang langsung menatap ke arah sekertarisnya.
"Baik tuan, kalau begitu saya permisi!" Lia membungkukkan badannya dulu baru pergi dari ruangannya Yunki.
Yunki langsung mendaratkan bibirnya di bibirku, dia melumat bibirku dengan sangat agresif membuatku sedikit kewalahan.
Lama-lama aku kehabisan oksigen, dan Yunki langsung menyudahi ciuman seperti itu. Dia juga langsung mengecup keningku dan membelai pipiku.
"Maafkan aku yang terlalu gemas denganmu," celetuk Yunki.
"Iya tidak apa," jawabku. "Aku memang terlalu gemas," sambung aku sambil bercanda.
Yunki hanya bisa tertawa kecil lalu memindahkan diriku duduk di sofa sampingnya. Yunki bangun dari duduknya dan mengambil air putih yang ada di dalam kulkas.
Di ruang kerja Yunki ada kulkas kecil dan sengaja ada kulkas agar kalau dia kehausan jadi langsung ambil minum di dalam sana. Jadi, tidak perlu meminta siapapun untuk ke pantry kantor.
Yunki mengeluarkan dua botol air putih dan di simpan di atas meja, aku langsung mengambil satu botol dan meneguknya.
"Sayang, kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Yunki setelah kembali duduk di sampingku.
"Masa? Aku sudah pakai riasan tipis padahal," jawabku setelah meminum air tadi.
"Iya," kekeh Yunki yang masih menatap lekat pada wajahku.
"Mungkin karena aku belum makan siang," ucapku sambil tertawa.
"Kamu ini pikirannya makan mulu, mirip dengan anak-anak," balas Yunki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hehehe!" Tiba-tiba saja aku langsung memeluk Yunki, entah kenapa akhir-akhir ini aku sangat ingin bermanja-manja dengan suamiku.
Mungkin karena akhir-akhir ini pekerjaan aku sangat banyak dan Yunki juga sibuk dengan pekerjaannya, jadi kita jarang bermanja-manja dan bermesraan. Terkadang melakukam hubungan intim saja sudah tidak setiap malam lagi, mungkin seminggu hanya dua atau tiga kali saja.
Biasanya aku dan Yunki melakukan hubungan intim setiap malam, tapi kalau aku sedang datang bulan kami tidak melakukan itu.
"Anak-anak pasti sudah pulang," celetuk aku yang sekilas melirik ke arah jam dinding.
"Sepertinya sudah," ucap Yunki yang langsung mengecup keningku.
Di saat kami sedang bermanja-manja dan bermesraan, tiba-tiba saja ponselku berdering ada panggilan masuk. Aku dan Yunki saling melihat layar ponselku yang ada di atas meja, saat melihat kontak si penelepon adalah Bella.