"Sayang, sepertinya aku ingin liburan berdua denganmu," ujarku.
"Tumben, mau liburan ke mana?" tanya Yunki sambil menatapku dengan serius.
"Aku mau ke Bali, katanya di Bali itu sangat indah," jawabku dengan antusias.
"Wah Bali? Itu di Indonesia ya?"
Aku menganggukkan kepala dan berkata. "Benar, itu di Indonesia. Aku ingin sekali ke Indonesia, papa Yunki!" Tiba-tiba saja aku merajuk dengan sangat manja membuat Yunki mengecup bibirku berkali-kali.
Yunki membelai pipiku dengan mesra lalu dia menatap lekat ke arahku, dia juga memainkan hidungnya pada hidungku.
"Aku akan atur jadwal untuk liburan ke Bali, tapi kita harus meminta izin pada orang tua masing-masing."
"Iya sayang, kita memang harus meminta izin pada orang tua masing-masing. Karena kita juga akan menitipkan enam anak kita pada mereka hehe," ucapku sambil sedikit tertawa.
Setelah perbincangan itu, akhirnya kami memutuskan untuk bergegas pergi menuju supermarket. Karena hari ini aku benar-benar ingin makan kimchi buatan suamiku, entah kenapa aku sangat menginginkan itu.
Aku dan Yunki sudah di dalam mobil dan Yunki mulai mengemudi menuju supermarket. Karena hari ini Yunki membawa mobil sendiri jadi kami berada di dalam mobil hanya berdua.
Namun, Yunki memang selalu membawa mobilnya sendiri menuju kantor karena dia selalu ingin pulang kerja bersama diriku. Sungguh, Yunki ini tipe pria romantis.
"Menyebalkan sekali besok harus meeting dengan Bella," gerutu aku setelah melihat notifikasi pesan di ponselku.
Sejenak Yunki melirik ke arahku dan berkata. "Sepertinya kamu sebal sekali dengan sahabat kamu itu," ceeltuk Yunki sambil fokus dengan stir mobil yang sedang dia genggam.
Aku menghela napas. "Ya begitulah," ujarku dengan sedikit kesal.
Yunki tidak menimpali ucapanku, dia hanya fokus dengan mobilnya. Yunki juga tidak ingin membuat diriku semakin kesal, apa lagi sejak Bella yang mulai membohongi suaminya sendiri.
Sebenarnya Yunki ingin melarang diriku untuk bergaul lagi dengan Bella, tapi itu tidak mungkin. Yunki tidak ingin mengekang istrinya sendiri, apa lagi Yunki tau jika diriku dengan bella sudah seperti saudara.
Dan tugas Yunki saat ini hanya bisa memantau diriku tanpa harus menjauhkan diriku dari sahabat-sahabatnya. Karena Yunki tidak ingin membuat diriku merasa tidak nyaman, jadi dia selalu memberikan diriku kebebasan dalam pantauannya.
"Sayang, anak-anak titip buah pisang," ucapku setelah membaca beberapa pesan dari Hana dan Hani secara bergantian.
"Siap laksanakan!"
Selang beberapa menit kemudian. Kami sudah sampai di sebuah supermarket, kami bergegas masuk ke dalam supermarket itu setelah keluar dari mobil.
Yunki mendorong satu keranjang belanjaan, dan kami melangkah bersama ke dalam supermarket itu.
"Kita mirip pengantin baru ya," celetuk aku yang sedang bahagia.
"Kamu ingat saat kita masih pengantin baru?" Yunki melirik ke arahku.
"Sangat ingat, dan kamu menyebalkan papa Yunki!"
"Haha, tapi sekarang aku tidak menyebalkan, kan?" tanya Yunki sambil melirik ke arahku.
"Iya enggak menyebalkan tapi menggemaskan," jawabku sambil merangkul sebelah tangannya Yunki.
Setelah pembahasaan itu, akhirnya kami melanjutkan memilih beberapa belanjaan yang akan kami masak nanti. Hem, maksudnya Yunki yang akan memasak hari ini.
Aku dan Yunki terus-menerus menikmati waktu-waktu seperti ini, waktu yang membuat kami bahagia bersama-sama. Kami masih menelusuri semua inci supermarket ini sambil melihat-lihat bahan makanan dan lainnya.
Setelah cukup berbelanja, akhirnya kami melangkah menuju kasir untuk membayar semuanya. Sampai di kasir, kami mengantri cukup panjang.
"Tumben panjang banget antrinya," bisik aku di daun telinganya Yunki.
"Sepertinya mereka baru dapat gajihan," balas Yunki dengan berbisik di telingaku.
"Oh iya, aku belum gajihan dari kamu," ucapku sambil menatap ke arah Yunki.
"Semalam aku sudah transfer ke rekening pribadi kamu istriku sayang," kata Yunki.
"Iya kah? Haha aku belum mengeceknya," ujarku sambil tertawa kecil.
Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya kami berhasil sampai di depan kasir dan membayar semua belanjaan kami. Setelah itu, kami bergegas masuk ke dalam mobil dan menuju rumah.
Karena sedari tadi keenam anak-anak kami sudah sibuk melakukan panggilan video dan panggilan biasa. Sungguh, mereka selalu membuat kami merindukan rumah.
"Aku tidak bisa membayangkan jika kita memiliki anak bayi lagi," celetuk Yunki saat suasana di dalam mobil hening.
"Ih, apaan sih kamu! Anak melulu," gerutu aku saat mendengar ucapan Yunki.
Yunki tertawa lalu menggenggam tanganku dengan sebelah tangannya, lalu dia berkata. "Aku benar-benar ingin memiliki dua belas anak biar selusin," ujar Yunki dengan tatapan jujur.
"Ih, menyebalkan!" aku langsung melepaskan tangannya Yunki.
Yunki hanya bisa tertawa terbahak-bahak, dia selalu membuatku menggerutu tidak jelas seperti ini.
Selang beberapa menit kemudian. Akhirnya kami sampai di rumah, dan tentunya keenam anak-anak kami sudah menunggu di halaman depan.
Keenam anak-anak kami langsung menghampiri mobil dan kami langsung keluar dari mobil untuk menyambut mereka. Bi Ika juga ada di antara keenam anak-anak kami, bi Ika sudah siap membawa seluruh belanjaan kami hari ini.
'Bahagia selalu tuan Yunki dan nyonya Yuna,' batin bi Ika sambil tersenyum bahagia saat melihat kami saling berpelukan dengan semua anak-anak secara bergantian.
Setelah beberapa saat kemudian, bi Ika dan pak Joko membantu membawa seluruh belanjaan tadi ke dalam rumah. Aku, Yunki dan keenam anak-anak kami langsung masuk ke dalam rumah.
Aku dan Yunki langsung masuk ke dalam kamar untuk menyimpan tas dan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum berkutat di dapur.
Dan seperti biasa, keenam anak-anak kami sedang menonton tv di kamar kami. Padahal di kamar mereka sudah ada tv masing-masing, tapi entah kenapa mereka selalu suka menonton tv di kamar kami.
"Win, tolong ambil pisang ke dapur!" pinta Hana sambil menatap adiknya.
"Enggak mau, Wendi saja!" Winda menolak keras saat sang kakak meminta ambilkan buah pisang padanya.
"Kamu nanti cepat tua kalau di suruh malah menyuruh balik orang lain," ujar Wendi dengan kesal saat dirinya malah di suruh oleh kembarannya.
"Benar itu, nanti kamu tua sebelum waktunya!" Doni menakut-nakuti sang adik.
"Ih, iya deh aku ambil!" Winda bangun dari duduknya dan melangkah malas menuju dapur.
Hana yang meminta Winda untuk ke dapur hanya bisa tersenyum melihat tingkah malas adiknya itu. Entah kenapa Winda itu menjadi sangat malas jika di pinta ini dan itu oleh para kakaknya. Berbeda dengan Wendi yang selalu menurut dan tidak membantah jika di minta tolong oleh semua kakak-kakaknya.
Winda ini sedang dalam fase mager yang sudah menjalar ke DNA. Jadi kalau di pinta ini itu selalu menolak dan beralasan.
"Kata bibi, hari ini akan makan kimchi, ya. Kak?" tanya Wendi sambil menatap semua kakak-kakaknya secara bergantian.