Di saat kami sedang bermanja-manja dan bermesraan, tiba-tiba saja ponselku berdering ada panggilan masuk. Aku dan Yunki saling melihat layar ponselku yang ada di atas meja, saat melihat kontak si penelepon adalah Bella.
"Jawab saja," celetuk Yunki setelah melihat siapa yang menelepon pada ponselku.
Sejenak, aku menghela napas dan menganggukkan kepalaku. Aku langsung mengambil ponselku dan menjawab telepon itu, dan Yunki bangun dari duduknya.
Yunki melangkahkan kaki menuju meja kerjanya, di sana dia langsung duduk di kursi kerjanya dan menatap laptopnya.
"Halo," sapa aku setelah menjawab telepon Bella.
"Aku di kantor suamiku," jawabku setelah Bella menanyakan di mana diriku saat ini.
"Bell, maafkan aku. Aku tidak ingin terlibat dalam hal ini," ucapku dengan jujur saat diriku sudah tau kalau Bella sedang membutuhkan pembelaan dariku.
"Semoga kamu bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin, maafkan aku Bella." Setelah mengucapkan itu, aku langsung mengakhiri telepon tersebut secara sepihak.
Aku kembali menyimpan ponselku di atas meja dan menyandarkan punggungku pada sofa, setelah itu aku memejamkan mataku dan memijat pelan pelipis ku.
Yunki bangun dari kursi kerjanya dan melangkahkan kakinya menuju sofa, lalu dia kembali duduk di sampingku.
"Sayang, jangan banyak pikiran!" Yunki mengusap-usap kepalaku dengan lembut.
Aku langsung membuka mataku dan menoleh ke arahnya, lalu Yunki mengecup keningku dengan lembut.
"Setiap rumah tangga seseorang memang akan selalu di berikan beberapa ujian oleh Tuhan, dan semoga rumah tangga kita takkan pernah di berikan ujian yang sulit," ucap Yunki sambil tersenyum.
Perlahan-lahan aku menjelaskan semua masalah Bella dan pak Nandi, Yunki sangat terkejut mengetahui rumah tangga sahabat istrinya yang sedikit bermasalah. Namun, Yunki juga tidak bisa memutuskan permasalahan itu.
Karena Yunki juga tidak ada hak untuk memberikan keputusan apa lagi mencampuri rumah tangga orang lain, karena yang memiliki permasalahan dalam rumah tangga itu sudah dewasa. Sebaiknya mereka menyelesaikannya dengan kekeluargaan, dan kepala yang dingin.
Aku setuju dengan masukannya Yunki, aku juga tidak ingin mencampuri rumah tangganya Bella. Walaupun Bella adalah sahabatku, tapi tetap saja aku punya batasan dalam hal itu.
Tidak lama kemudian. Suara ketukan berbunyi. "Permisi, tuan dan nyonya!" Seseorang mengetuk pintu ruangan Yunki.
"Ya, masuk!" Yunki mempersilahkan seseorang itu masuk.
Seseorang itu masuk ke dalam ruangan Yunki, ternyata seseorang itu adalah Lia selaku sekertarisnya Yunki. Lia membawa beberapa kotak makan siang untuk kedua bosnya.
Lia menyajikan kotak makan itu di atas meja dengan sangat rapih, setelah itu mempersilahkan kedua bosnya untuk makan. Lia juga pamit undur diri dari ruangan, lalu kedua majikannya mulai menikmati makan siangnya.
"Sayang, aku mau di buatkan kimchi sama kamu," celetuk aku setelah memakan satu kali menu makan siang yang barusan di bawakan oleh Lia.
"Kamu ngidam ya?" Yunki menatapku dengan serius.
"Hah? Aku enggak hamil loh sayang!" protesku saat sang suami menyangka diriku sedang ngidam.
"Kali aja hamil lagi," ledek Yunki sambil cengengesan.
"Anakku sudah enam tuan Yunki, tolong jangan menambah anak terus-menerus!" ketus aku padanya.
"Banyak anak itu banyak rezeki istriku sayang," ucap Yunki yang sepertinya kekeh menginginkan seorang anak.
"Tapi sayang, anak kita sudah ada setengah lusin loh!"
"Hei, kamu pikir anak kita itu apa!" Yunki memicingkan matanya.
Aku hanya tertawa mendengar perkataan Yunki yang tak terima membahas anaknya yang sudah setengah lusin. Setelah sedikit bercanda, aku dan Yunki melanjutkan makan siang kami.
Makan siang kali ini, aku sangat lahap dan hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja. Biasanya aku makan mesti menghabiskan waktu minimal dua puluh lima menit. Namun, entah kenapa hari ini aku makan dengan sangat cepat.
Bahkan aku mengalahkan makannya Yunki, makannya Yunki masih ada setengahnya lagi. Karena kebiasaan Yunki selalu memperlambat makannya saat bersamaku, tapi dia tidak tau kalau hari ini aku makan dengan cepat dan lahap.
"Sayang, kamu doyan apa lapar?" tanya Yunki dengan kening berkerut.
"Sepertinya dua-duanya sayang," jawabku sambil memamerkan gigi putihku.
"Bagus sih, ada kemajuan." Yunki hanya manggut-manggut saja.
Setelah selesai makan siang, akhirnya aku memutuskan untuk tidak kembali ke kantorku karena tanggung juga harus bolak-balik ke kantor.
Karena beberapa jam lagi juga akan pulang, jadi aku memutuskan untuk bekerja di kantornya Yunki saja. Aku juga sudah membawa laptop dan beberapa berkasku, jadi bisa mengerjakan semuanya di kantor Yunki.
Saat ini aku dan Yunki benar-benar fokus dalam mengerjakan pekerjaan masing-masing, kami juga ingin pulang cepat karena harus mampir ke supermarket terlebih dahulu.
Karena malam ini aku ingin makan kimchi buatannya Yunki, dan tadi sudah menelepon bi Ika di rumah untuk menanyakan stok sawo putih. Ternyata stok sawo putih kosong, jadi otomatis aku dan Yunki harus mampir ke supermarket saat pulang kerja nanti.
Bi Ika menawarkan diri agar dirinya saja yang belanja sekalian belanja bahan makanan yang sudah sedikit lagi, tapi aku dan Yunki menolak karena aku dengannya ingin belanja bersama-sama saja. Apa lagi di rumah ada anak-anak, sebaiknya bi Ika di rumah saja menjaga anak-anak.
"Huh, lumayan lelah," ucapku saat merentangkan otot-otot aku yang agak kaku.
Yunki melirik ke arahku lalu dia mengambil minuman jus di dalam kulkasnya dan memberikannya padaku. Yunki benar-benar suami yang peka terhadap istrinya, dia juga selalu memanjakan diriku.
"Sayang, aku mau keluar dulu ya?" Yunki meminta ijin padaku.
"Mau ke mana?" tanyaku sambil menatap Yunki.
"Mau ambil berkas di mobil," jawab Yunki.
"Oke," aku mengizinkan Yunki dengan menganggukkan kepala.
Yunki mengecup keningku lalu melangkah pergi dari ruang kerjanya, setelah itu. Aku kembali bekerja sambil menunggu Yunki kembali.
Selang beberapa menit kemudian. Yunki sudah kembali dengan menenteng beberapa berkas di tangannya, setelah itu dia kembali mengerjakan pekerjaannya.
Waktu semakin cepat berlalu dan akhirnya waktu pulang sudah tiba, aku melirik ke arah jam dinding dan ternyata sudah pukul tiga sore. Untung saja pekerjaan aku sudah selesai, lalu aku melirik ke arah Yunki yang sepertinya belum selesai.
"Sayang, apa belum selesai?" tanyaku sambil bergelayut manja di pundak Yunki.
"Baru saja selesai," jawab Yunki yang sudah mulai mematikan laptopnya.
"Hore, kita bisa ke supermarket!" teriak aku dengan girang.
Sungguh, aku merasa seperti anak kecil dan Yunki hanya tersenyum saat mendengar diriku yang seperti itu. Yunki langsung merengkuh tubuhku dan menuntunku untuk duduk dalam pangkuannya.
Yunki mengecup keningku dan mencium bibirku dengan lembut, entah kenapa aku selalu ingin bermanja-manja dengan suamiku.
"Love you my husband," ucapku setelah Yunki melepaskan ciumannya.
"Love you too my wife," balas Yunki.
"Sayang, sepertinya aku ingin liburan berdua denganmu," ujarku.