"Sayang, aku ingin ke rumah ibu dan ayah," ucapku.
Sengaja aku mengalihkan pembicaraan agar suamiku tidak terlalu berlarut dalam membahas Bella dan Juno. Karena aku belum siap membahas mereka berdua pada suamiku.
Aku selalu berharap agar rumah tangga Bella dengan pak Nandi selalu langgeng sampai maut memisahkan mereka berdua. Namun, kita tidak pernah tau apa yang sudah di rencanakan oleh Tuhan untuk umatnya.
Kita sebagai umatnya hanya bisa menjalankan apa yang seharusnya di jalankan, karena kalau kita banyak berencana juga akan selalu ada halangan.
"Minggu saja ke rumah ibu dan ayah," kata Yunki sambil membelai rambutku dengan sangat lembut.
"Oke sayang!" Dengan spontan, aku langsung memeluk tubuh Yunki dan bersandar manja dalam dada bidangnya.
Yunki tersenyum dan memainkan pipiku. Yunki sangat suka kalau aku bermanja-manja seperti ini padanya.
Entah kenapa, aku juga selalu ingin bermanja-manja dengan Yunki. Namun, terkadang aku juga selalu ingin marah-marah pada Yunki.
Mungkin hormon aku sedang naik-turun jadi mood aku cepat sekali berubah, tapi aku akan selalu berusaha untuk tidak mengikuti mood yang seperti ini.
"Sayang, mandi yuk!" Yunki mengajak mandi bersama lalu ia menatapku dengan tatapan penuh hasrat.
Sekilas aku melirik ke arah celananya yang agak membesar di area tertentu. Karena miliknya Yunki sudah mengeras, sudah pasti di dalam kamar mandi nanti akan sangat lama.
Karena aku harus melayani nafsu tuan Yunki terlebih dahulu, tapi aku tidak keberatan akan hal itu. Aku juga menikmati semua pelayanan aku pada suamiku.
Yunki menyentuh daguku dan langsung melumat bibirku penuh agresif. Entah kenapa Yunki selalu saja bernafsu saat bersamaku.
Aku melepaskan lumayan Yunki dan mengatakan. "Ayo kita mandi, aku sudah gerah!" aku bangun dari duduk dan mengajak Yunki untuk mandi terlebih dahulu.
Karena dua jam lagi kami akan melanjutkan makan malam bersama, tapi sebelum makan malam bersama. Aku dan Yunki selalj mengobrol terlebih dahulu dengan keenam anak-anak kami.
Sampai di dalam kamar mandi. Yunki benar-benar beringas sekali, ia langsung melepaskan seluruh pakaianku dan pakaiannya.
"Pelan-pelan sayang," ucapku sambil melingkarkan kedua tanganku di leher kokohnya Yunki.
"Aku tidak bisa pelan-pelan karena dia sudah bangun," bisik Yunki sambil menempelkan miliknya yang sudah bangun sejak dari tadi.
Di saat kami sedang melakukan hubungan panas di dalam kamar mandi. Keenam anak-anak kami sedang bersantai di ruang tengah.
Mereka sedang menonton film kartun yaitu kartun Spongebob Squarepants. Mereka sangat suka kartun itu.
Bi Ika juga menyiapkan beberapa minuman dan beberapa cemilan untuk anak majikannya, anak-anak juga mulai menikmati minuman dan cemilan itu sambil menonton kartun.
"Kak, mama dan papa ke mana ya?" tanya Winda sambil menatap keempat kakaknya.
"Mungkin mama sama papa lagi mandi," jawab Hana sambil mengambil salah satu cemilan yang ada di atas meja.
Lalu, mereka kembali menonton kartun dengan serius dan ada tertawa terbahak-bahak ketika ada adegan lucu di dalam kartun tersebut.
Satu jam kemudian. Aku dan Yunki masuk ke dalam ruang tengah dan melihat keenam anak-anak kami masih di sana.
Namun, Wendi dan Winda sudah tertidur di salah satu sofa besar. Sepertinya mereka lelah habis sekolah dan bermain-main tadi.
"Ih dasar anak itu malah tidur," celetuk Hani.
"Benar, padahal tadi dia nanyain mama dan papa," sambung Hana.
"Mungkin mereka lelah," balas aku yang langsung duduk di tengah-tengah Hana dan Hani.
"Mungkin saja!" Hana hanya manggut-manggut.
Pukul 7 malam.
Kami semua selesai makan malam dan keenam anak-anak langsung masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Aku dan Yunki masih di dalam ruang makan.
Semenjak kedatangan Bella, aku sedikit banyak diam dan pandanganku sellau kosong. Aku juga memikirkan kelanjutan Bella dan Juno, padahal mereka berdua yang memiliki hubungan tapi kenapa aku malah memikirkan mereka.
Yunki berpindah duduk di dekatku dan membelai rambutku dengan lembut. Sekilas juga Yunki mengecup keningku.
"Sayang, apa pekerjaan di kantormu hari ini cukup lelah?" tanya Yunki dengan suara lembut, ia juga menggenggam erat tanganku dengan lembut.
"Tidak sayang, pekerjaan aku masih biasa saja hehe," jawabku yang mencoba tersenyum dan berusaha membuat Yunki tidak memikirkan apapun.
"Kalau ada sesuatu yang ingin di bahas denganku, bahas saja ya!" Yunki selalu ingin tau apa yang sudah terjadi padaku, ia juga tidak pernah membiarkan diriku memiliki banyak pikiran.
"Sayang, ke kamar yuk!" aku berusaha mengalihkan pembicaraan lagi dan mengajak suamiku untuk melangkah menuju kamar.
Yunki menganggukkan kepalanya dan mulai bangun lebih dulu ke dalam kamar, lalu aku mengikuti langkah kakinya Yunki.
Tidak lama kemudian. Bi Ika masuk ke dalam ruang makan, ia akan membereskan seluruh peralatan makan yang ada di atas meja makan.
Sampai di dalam kamar. Aku dan Yunki merebahkan tubuhku di atas kasur, Yunki menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya.
"Sayang, sepertinya kita butuh berkencan," celetuk Yunki.
Yunki seperti merasakan aneh pada diriku karena sedari tadi aku selalu banyak terdiam dan melamun. Yunki hanya ingin membuat diriku nyaman dan mencoba menuruti apa yang biasanya anak muda lakukan.
Karena umurku dengan Yunki berbeda cukup lumayan jauh, oleh sebab itu Yunki ingin bertingkah layaknya seumuranku.
"Hehe, tumben suamiku mau berkencan?" tanyaku sambil menatap wajah tampan yang di miliki suamiku.
"Karena aku ingin membuat istriku bahagia dan nyaman saat bersamaku," jawab Yunki sambil tersenyum manis.
Senyuman Yunki membuatku sangat candu, apa lagi mata sipitnya yang selalu membuatku terpesona.
Walaupun Yunki sudah berumur tapi ia seperti laki-laki remaja seumuran dua puluh lima tahun. Terkadang, aku selalu takut kalau Yunki pergi keluar rumah tanpa diriku.
Aku takut ada seorang wanita yang menggoda suamiku dan berhasil masuk ke dalam perangkap wanita itu. Namun, aku percaya kalau suamiku tidak akan pernah seperti itu.
"Sayang, kenapa sih diam melulu?" Yunki membelai pipiku.
"Tidak apa-apa sayangku," ucapku sambil tersenyum. "Ya sudah kita kencan malam minggu saja, gimana?" Akhirnya aku menuruti keinginan Yunki yang ingin berkencan setelah beberapa tahun menikah.
"Oke malam minggu kita kencan dan anak-anak kita titip di rumah ibu dan ayah kamu saja ya," ucap Yunki.
"Titip? Kamu pikir anak-anak barang?" godaku sambil mencolek dagunya Yunki.
"Hehehe, maksudnya. Kita biarkan anak-anak inap di rumah nenek dan kakek Bagaskara saja, karena aku yakin mereka pasti ingin inap di sana," jelas Yunki.
"Iya sayangku, begitu saja!" aku hanya mengikuti apa yang ingin di lakukan Yunki.
Karena memang sudah lama juga keenam anak-anak kami tidak inap di rumah keluargaku, lalu aku juga ingin kencan dengan suamiku yang tampan.
"Sayang," panggilku sambil meraba-raba dada bidangnya Yunki.